Tiga tahun menjalin hubungan pernikahan, Gempita mengetahui kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita yang lebih muda.
Dalam situasi seperti ini, ia menghadapi kebingungan. Satu alasan yang tidak bisa diungkap. Apakah bercerai atau mendiamkan perbuatan Melvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cal Sudah Bertekad
Sekarang Gempi merasa kepalanya pusing karena Cal malah nekat kembali ke Indonesia demi membuktikan ucapannya waktu itu.
"Apa dia tidak bekerja?" Gempi meletakan sendok serta garpu di piring. Napsu makannya tiba-tiba lenyap seketika dan beralih pada Cal. "Aku akan menemui dia." Gempi menggeleng. "Sifa! Ini juga karena ide darinya.
Segera Gempi memberi pesan agar Sifa datang ke rumahnya sekarang juga. Masalahnya menjadi besar. Bila ketahuan Melvin bagaimana? Gempi pernah berbuat kesalahan dan ia tidak ingin mengulangnya.
Sekitar satu jam kemudian, Sifa baru datang. Gempita sengaja izin tidak masuk kantor karena masalah Cal. Hanya satu orang pria telah mengalihkan perhatian seorang Gempita.
"Aku baru saja bangun, membaca pesanmu yang menyuruhku datang kemari. Ada apa, Sayang? Kamu mau mengeluh tentang Melvin yang enggak pulang-pulang? Biarkan saja. Yang penting uang bulanan lancar."
Gempita mendengkus. "Ini lebih dari itu. Masuklah ...." Gempita bergeser dengan mempersilakan Sifa masuk rumah, lalu menutup pintu.
Dengan santainya Sifa merebahkan diri di sofa. "Aku belum sarapan. Perutku lapar."
"Pergilah ke ruang makan. Aku ada masak banyak karena Melvin pulang tadi malam."
"Tumben!"
"Cepat makan sana." Gempita berjalan lebih dulu barulah disusul Sifa. Setelah sahabatnya itu berada di meja makan, ia pun memberikan makanan yang masih ada.
"Melvin ini yang dipikirkan cuma ranjang terus. Dia cuma mikir dalam jangka pendek, bukan ke arah yang panjang. Beruntung dia punya istri kayak kamu."
"Sejatinya, pria memang selalu memikirkan masalah tempat tidur. Aku juga tidak mau menyalahkan Melvin. Aku juga salah." Gempita memandang Sifa yang tengah menyantap nasi goreng. "Cal ada di sini."
Nasi goreng yang baru dikunyah, tersembur begitu saja dari mulut Sifa. Wanita itu terbatuk-batuk, dan Gempi lekas memberinya air minum.
"Kamu makannya yang sabar."
Sifa lekas meneguk air putih, menarik napas, lalu menepuk bagian depan tubuh. Ia membersitkan hidung karena ada nasi yang keluar dari sana.
"Ya, ampun, Sifa!" Gempita memberi tisu.
"Kamu ngomongnya bisa, pas aku lagi enggak makan? Bikin kaget aja."
"Terus gimana? Ini idemu yang main kasih harapan pada Cal."
"Ya, aku cuma melihat situasi. Kamu memang dari dulu belum move on sama Cal. Sekarang dia sudah di sini. Eh, dalam rangka apa? Enggak kerja, tuh, laki?" Sifa kembali meneguk air putih.
Gempi mengedikan bahu. "Aku juga enggak tahu. Bisa gawat kalau aku ketahuan jalan bareng dia. Meski dia mau berhenti jadi artis, tetap saja Cal itu artis. Paparazi bakal ngejar dia terus."
"Sebenarnya kalau kamu sama Cal, aku suka banget. Dia bukan lagi pria biasa, tetapi artis, Gem. Bayangin kamu pergi ke acara-acara TV. Ketemu sama artis Internasional. Wih, keren!"
"Kamu malah bahas hal begituan. Ini gimana?"
"Ya, apanya? Jalani ajalah. Kalau Cal serius, terus kamunya suka sama dia, jabanin."
"Melvin gimana?"
"Hempaskan aja. Eh, enakkan si pelakor, dong. Malah Nindi bakalan senang banget kalau kamu pisah sama Melvin."
"Nindi hamil."
"Apa?" Sifa kaget. "Bukannya Melvin enggak mau punya anak?"
"Katanya kebablasan."
"Cih! Sengaja pasti. Jangan kamu restuin mereka. Jangan mau kalau Melvin sampai daftarin pernikahannya sama Nindi ke negara. Posisi anaknya pasti kuat. Kamu enggak bakal dapat apa-apa."
"Kalau sampai Melvin ngelakuin itu, siap-siap aja bakal aku pidana. Perjanjian sudah jelas."
Sifa mengangguk. "Bagus! Tapi, kamu juga harus hati-hati."
Gempita menghela napas panjang. "Udah, deh. Jangan bahas itu dulu. Sekarang beralih ke Cal aja. Dia tinggal di apartemen kami yang dulu. Aku mau ketemu dan bicara. Kenapa dia sampai nekat. Betul katamu. Memangnya dia enggak punya jadwal konser?"
Pesan terkirim ke ponsel Cal, dan penerimanya tersenyum penuh arti, lalu mengiakan jadwal pertemuan nanti malam.
"Sampai ketemu nanti malam, Sayang." Cal mengecup layar ponselnya sendiri.
Sudah pukul tujuh malam, tetapi Melvin belum juga pulang ke rumah. Artinya, pria ini akan bermalam di tempat Nindi. Ada kesempatan bagi Gempi untuk bertemu Cal.
Gempi bersiap karena ia akan menemui pria itu di kelab malam. Masih banyak waktu untuk berias. Sengaja memakai baju yang agak terbuka, ditambah rambutnya yang dibuat lurus. Lipstik merah adalah andalannya untuk malam ini.
Tengah berias, pesan dari Melvin tiba. Benar dugaan Gempita kalau suaminya menginap di rumah madu. Tidak apa-apa, malah Gempi sangat senang.
Setengah jam sebelum pukul 9, Gempi berangkat menuju Night Club ternama. Ia cukup mengunjungi tempat ini ketika belum menikah, dan saat bersama Melvin, tidak ada lagi niat untuk bersenang-senang. Gempi menghormati pernikahannya. Tapi, semua berubah semenjak perselingkuhan itu terkuak.
Sampai di sana, mata Gempi menjelajah ke sekitar. Musik berdentum keras dan sudah ada beberapa pengunjung berdansa. Semakin malam, maka semakin ramai.
"Halo, Sayang."
Gempita kaget karena ada yang memeluknya dari belakang. Ia meronta, tetapi kecupan di pipi menghentikannya.
"Ini aku, Cal."
"Kamu main peluk saja." Gempita berputar untuk dapat melihat pria itu.
Cal memakai topi serta masker tutup mulut. Pria itu membuka masker agar Gempita percaya kalau ini memang dia.
"Cal!"
"Iya, Sayang. Kenapa kamu terlihat kesal? Bukankah waktu di Italia kamu bilang kalau kita akan menjalani hubungan ini. Kamu juga bilang kalau aku bisa mencarimu." Cal memandang lekat. "Aku sudah di sini, Sayang. Aku merindukanmu." Cal meraih dagu Gempi, lalu mendaratkan kecupan di bibir.
"Kamu enggak konser?" Gempita menarik diri. Jika tidak dihentikan, Cal malah semakin buas menikmati permainan ini.
"Aku memutuskan untuk pensiun dini."
"A-apa?" Gempita kaget. "Kamu apa?"
"Mengundurkan diri. Aku enggak mau nyanyi lagi. Aku mau di sini bersamamu."
"Cal, kamu apa-apaan, sih? Kamu berhenti nyanyi terus mau kerja apa?"
"Kamu pikir aku pengangguran tidak jelas? Aku akan ambil alih butik milik orang tua dan resort mereka. Aku bisa hidupin kamu. Aku bisa juga nulis lagu dan menjualnya."
"Bukan itu. Kamu membuang mimpimu buat aku? Kamu enggak gila, kan?"
"Kalau gitu, kamu pindah ke Amerika. Aku bakal nyanyi lagi, gimana?"
"Kamu sendiri tahu aku punya suami."
"Ceraikan, Melvin."
"Bukan itu. Memangnya kamu berani jamin bakal setia? Aku takut karma, Cal."
"Apa selama kita bersama, aku selingkuh? Enggak, kan?"
"Kamu balik ke Amerika sana."
"Sayang, kamu enggak menghargai aku banget. Aku rela buang semuanya demi kamu." Cal meraih kedua pipi Gempita, lalu mengecup bibir itu kembali. "Aku sayang kamu, Gempi."
Untuk sementara, Gempita bakal mengikuti kemauan pria ini. Mungkin Cal punya rasa bosan dan pasti memutuskan kembali ke Amerika.