Jodoh Memang Tidak Kemana

“Jadi gitu ceritanya,” setelah menceritakan semunya, atika menunduk sedih. Ingatan masa lalunya yang buruk terputar lagi dikepalanya. Padahal dia sudah berusaha untuk melupakan semuanya. Tapi, tetap saja ingatannya tentang itu tidsak bisa terhapus dari memorinya.

“Dasar lelaki keparat,” umpat Mahar

“Jadi itu cinta pertama lo, dan gara-gara itu lo menjomblo disekian lamanya?”

“Gue bukan jomblo, tapi belum ada orang yang tepat buat isi hati gue”

“Lagi-lagi gitu balasannya, emang orang sendiri itu bukan jomblo namanya?” umpat Mahar dalam hati

“Iya, iyain.”

“Perjalanan cinta lo itu ibarat sebuah perahu besar yang berlayar di tengah lautan. Perahu lo begitu tenang saat berada ditengah lautan, tinggal satu lagi yang lo harus capai, yaitu pelabuhan. Di tengah lautan yang lo dapat angin berhembus dengan damai, ombak begitu tenang, dan perahu lo berlayar diatas laut dengan percaya dirinya. Karena bagi lo cuaca yang cerah ini pasti gak ada halangan buat sampai ke pelabuhan, iya kan? Dan pada saat lo udah sampai di pinggir pelabuhan sangkar lo jatuh dan perahu lo itu tersangkut di dasar lautan, dan pelabuhan yang sedikit lagi lo raih itu malah tertunda . Lalu tiba-tiba saja ombak besar datang dan mengguncang perahu lo dan tanpa lo sadari ternyata ada perahu lain yang mendahului lo untuk mencapai pelabuhan yang indah tersebut. Betulakan ibarta gue. Hahahahaha”

"Hancur deh harapan lo, untuk sampai kepelabuhan yang indah itu"

“Nasib lo sungguh naas yah sahabatku? Hahahaha” bukanya kasihan, dia malah jadikan taqdir temannya itu sebagai candaannya.

“Lo itu manusia atau bukan sih?” Atika berdecak kesal, karena perlakuaan temannya ini sungguh bukan seperti makhluk hidup yang mempunyai rasa kasiahnya sedikitpun. Dia malah terlihat seperti makhluk psikopat yang sangat tidak ada rasa kasihannya. Jauh berbeda dengan Dinda dan Fathir. Mereka mengucapkan kata-kata motivasi untuk atika sedangkan Mahar malah mengejeknya.

“Tapi gue bersyukur sih, dipertemukan orang yang kaya dia. Gue bisa belajar dari kesalahan gue yang dulu dan gak ngulangin lagi.” Meyakinkan diri Atika bahwa masa lalu yang menimpanya sebagai pelajaran berharga untuknya di masa depan nanti, untuk memilih pasangan yang sebaik-baiknya.

“Tiada satupun kesalahan yang gak dijadikan pembelajaran. Semua yang kita lakukan, benar atau salah, pun itu semua ada hikmahnya” Mahar tersenyum lalu memeluk Atika. Walau perasan Atika sudah hilang terbawa angin, tapi tak bisa dipungkiri jika kenangan terus ada menyelimutinya.

“Tumben lo bijak, tumbenan lo inisiatif buat peluk gue yang malang ini? Hahahahaha,” ucap Atika saat masih berada dalam pelukan mahar.

Mahar yang mendengarnya sontak melepas pelukannya, lalu berdecak kesal akibat perlakuan teman sekaligus sahabatnya itu.

“Apa sih lo, Tika. Gue gak kasihani salah, gue beri nasehat salah. Jadi, mau lo apa?”

“Mau masakan kamu!” Atika berucap lesu, dia lapar tapi ingin memakan makan yang sering dibawa mahar ke sekolahnya dulu. Ya, dulu Mahar bisa dibilang bisa masak. Cuman masak telur ceplok doang, tapi soal rasa, tak bisa dipungkiri. Ntah apa yang Mahar taburi di telur mata sapi itu, tapi rasanya sunggguh enak. Bukan hanya atika saja yang mengakuinya, tapi Nasya dan Bonita pun mengukui rasanya.

Bahkan koki yang ada dirumah granny El tidak bisa membuat telur ceplok yang super simpel itu sama seperti buatan Mahar.

“Astaga, kalau itu, gue juga gak tau mau buat apa. Yang adanya gue pasti bakal hancurin tuh dapur”

“Gue laper lagi, habis cerita Panjang, Har”

“Gue sih nggak”

“Lo kan tau, perut gue elastis!”

"Tapi, gue cuma bisa buat telur ceplok doang! Lo mau?"

"Emang gue maunya itu, gue rindu telur ceplok lo" tanpa menunggu jawaban dari Mahar, Atika beranjak berdiri dari kasur lalu berlalu keluar kamar untuk menuju dapur.