Mengejar Cinta MAS Ojol

Kini Iwan sudah sampai perusahaan untuk memulai aktifitasnya pagi ini. Pagi tadi sudah sempat bertemu Sheila sebelum berangkat kerja. Sheila masih bersama Vina, agar tidak diketahui kebersamaannya bersama Iwan.

,Iwan hari ini disibukkan dengan bekerja di produksi. Karena ada permintaan, untuk meningkatkan target di bulan bulan ini. Sehingga, Iwan lebih banyak fokus terhadap pekerjaannya.

Sementara Sheila dan Vina sudah sampai di kantor. Terlihat jika sahabatnya tidak masuk kerja . Siapa lagi jika bukan Riska. Sheila mendapatkan kabar jika Riska sedang kecapean dan tidak bisa masuk kerja hari ini.

" Paling kecapean bercinta " Celetuk Sheila, yg sudah tahu kebiasaan dari Riska.

" Bukannya cowok Riska ke luar negeri ya..?" Ucap Vina kemudian menatap Sheila. Sheila hanya mengangkat bahunya sebagai tanda tidak tahu.

" Gw kan dah lama ga kesana Vin. Ketularan entar.." Sahut Sheila, walaupun sebenarnya sudah ketularan seperti Riska. Dan itupun hanya kepada Iwan. Entah sekarang ini kekasih atau apa terhadap Iwan sendiri. Sheila mengabaikannya. Yg penting tetap bisa bersama.

" Eh iya ya.." Sahut Vina, kemudian duduk di tempat kerjanya. Keduanya pun saat ini fokus dengan pekerjaannya. Tak berapa lama kemudian, Sheila pun mencetak beberapa laporan yg akan diserahkan ke kepala bagian.

" Vin, gw anter berkas laporan dulu yah.." Ucap Sheila, dan Vina mengangguk.

Sheila keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Iwan. Dan kebetulan Iwan sedang berada di ruangannya sendiri. Sheila pun masuk.

" Say, ini berkas laporan. Lagi engga sibuk apa..?" ucap Sheila mendapati Iwan sedang duduk santai di ruangan.

" Engga, udah beres semua. tinggal nunggu laporan. Tadi sudah ke produksi dan lancar. Bagaimana.." sahut Iwan, kemudian menarik Sheila agar duduk di pangkuannya.

" Iss, mas. Kalau ada yg lihat, heboh entar.."

" Biarin aja" sahut Iwan kemudian mencium bibir Sheila dan melumatnya.

" Kangen" Ucap Iwan.

" Makanya tadi malam kemana?, aku tungguin lho" Sahut Sheila.

" Dapet orderan jauh Yang, pulang kecapean terus ketiduran" Sahut Iwan bohong.

" Ya udah, entar malam lah. Mumpung belum dapet.." Ucap Sheila membuat Iwan mengerutkan keningnya.

" Iss, tamu bulanan, wanita kan begitu" lanjut sheila.sambil menatap Iwan yg memangku dirinya.

" Ya udah entar pulang bareng" Sahut Iwan, kemudian membiarkan Sheila untuk pindah dari pangkuannya. Sheila mengangguk dan berbisik.

" Mau berapa ronde?" ucapnya sambil tersenyum lebar. Sementara Iwan tertawa, karena pastinya tidak akan kalah dengan Sheila.

" Kabarin entar kalau udah bubar yah" ucap Iwan dan Sheila mengangguk.

Sheila pun kemudian keluar dari ruangan Iwan. Dan Iwan mengecek laporan yg diberikan Sheila untuk diproduksi.

...****************...

Sudah beberapa hari ini Arya tidak menemui Sheila dan Iwan kembali. Bahkan Arya jarang sekali masuk ke kantor. Terlebih karena kondisi papanya yg semakin memburuk. Sheila yg diberitahu pun mengabaikannya. Bahkan enggan pulang kerumah mewahnya. Sebab disana Sheila memang bukan siapa siapa.

Sementara untuk saat ini posisi Arya diwakili oleh pak Suhendar, salah satu orang kepercayaan dari keluarga Ajisaka Mahawira. Usia pak Suhendar sudah lebih dari 50 tahunan. Sehingga sangat berpengalaman dalam dunia perindustrian milik Ajisaka ini.

Pak Suhendar tahu tentang permasalahan keluarga Ajisaka Mahawira. Karena orang ini sudah lama menjadi orang kepercayaan Ajisaka. Walau agak kaku dan kolot. Tapi orang inilah yg sering membantu pengembangan perusahaan Ajisakaplas.

Bahkan pak Suhendar pernah merekomendasikan agar Sheila ikut membantu memimpin perusahaan. Namun itu semua ditolak mentah mentah oleh Ajisaka.

Pak Suhendar memanggil Sheila menghadap dirinya, karena Arya sedang mengantarkan papanya ke luar negeri untuk berobat. Menurut kabar berita yg didapat dari Arya, jika papanya sempat kritis. Kemudian dilarikan ke rumah sakit. Namun rumah sakit menolak, sehingga dengan terpaksa di bawa keluar negeri.

" Ya om.." Ucap Sheila ketika datang keruangan pak Suhendar. Dan pak Suhendar menatap Sheila.

" Maaf nak, om hanya ingin mengulang kembali perkataan om waktu lalu. Rasanya om sudah tidak pantas untuk duduk di tempat ini. Dan selain Arya seharusnya ada Arga menggantikan papamu disini. Tapi Arga juga sudah pergi membangun perusahaan sendiri di luar negeri sana. Bagaimana dengan dirimu.." Ucap Pak Suhendar perlahan lahan, ia tahu. Jika Sheila mempunyai watak yg keras dan tidak mudah disinggung.

" Maaf om, bukannya saya menolak ataupun mengiyakan. Hanya saya bukan siapa siapa di keluarga Tuan Ajisaka. Saya hanyalah anak pungut dari seorang janda. Istri tuan Ajisaka.." Sahut Sheila, memang ia sudah mengetahui dirinya. Semenjak kemarahan Ajisaka waktu lampau.

Pak Suhendar menghela nafas panjang. Apalagi mendengar jawaban Sheila saat ini. Membuatnya frustasi dengan sikap dari Ajisaka sendiri. sehingga Sheila semakin menjauh dan tidak mau menganggap keluarga Ajisaka sebagai keluarganya.

Pernah diusir, dimaki maupun dikatai yg tidak benar oleh Ajisaka. Sheila sudah kukuh dengan pendiriannya.

" Setidaknya dirimu pernah menjadi bagian dari keluarga tuan Ajisaka nak. Jadi tidak ada salahnya. Dan ini juga atas saran dari Nyonya Ayudia Paramita, mamamu.."

Sheila hanya menggelengkan kepala. Karena semua bukan hak dari Sheila. Apalagi perusahaan ini. Perusahaan milik Ajisaka dan kedua putranya. Yang entah itu berada dimana saat ini.

" Saya rasa untuk sementara, om Hendar yg memimpin. Saya yakin, jika anda pimpin perusahaan ini akan maju. Saya membantu dari bawah. Walaupun bukan bagian vital penting perusahaan.." sahut Sheila kemudian menunduk. Sheila sangat menghormati pak Suhendar karena dialah yg selalu menampung, jika dirinya kabur beberapa tahun lalu.

" Jika dirimu tidak mau, kira kira nak Sheila mempunyai pandangan tidak, siapa yg mampu untuk memimpin perusahaan ini" lobi pak Suhendar kepada Sheila, agar Sheila bisa menyebutkan orang yg mampu memimpin perusahaan Ajisakaplas saat ini.

" Saya rasa om Hendar lah yg pantas.." Sahut Sheila

" Saya sudah tua, dan ingin sekali pensiun tahun depan" sahut pak Suhendar, karena memang benar benar Sheila memimpin perusahaan ini. Terlebih Ajisaka kemungkinan sudah tidak mampu memimpin perusahaan. Dan Arya mempunyai perusahaan lain yg dikelola.

" Untuk sementara, om Hendar lah yg saya rasa pantas. Tidak ada yg lain.." sahut Sheila kembali.

" Baiklah, tapi saya untuk sementara. Karena kedepannya nak Sheila yg bisa menggantikannya.."

" Tidak bisa om, saya bukan siapa siapa. Ada putra dari pak Arya maupun putri pak Arga yg akan menjadi pewarisnya.

" Suatu saat dirimu akan tahu yg sebenarnya. Ya sudah, om hanya ingin menyampaikan hal itu. Silahkan kembali ke ruangan mu kembali.." Ucap pak Suhendar kepada Sheila. Dan Sheila pun mengangguk, pamit undur diri.

Setelah kepergian Sheila, pak Suhendar menghela nafas panjang. Karena ia juga mengawasi Sheila tanpa sepengetahuan siapapun. Termasuk keluarga Ajisaka.

" padahal perusahaan ini milik ibumu yg meninggal. Perusahaan Ajisaka hanyalah bagian kecil dari perusahaan ini. Kemudian digabungkan. Dan saat ini ahli warisnya adalah namamu. Ajisaka ingin menguasai seluruh aset perusahaan ini. Makanya membiarkanmu untuk kabur. Bahkan jika dirimu mati, maka Ajisaka akan menang.." ucap Pak Suhendar dalam hati. Ia tahu karena sebenarnya, dia adalah asisten pribadi dari nyonya Sarah Purnamasari, ibu kandung Sheila Paramita.

...****************...