NovelToon NovelToon
JANGAN MADU AKU GUS

JANGAN MADU AKU GUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.

Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.

Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.

Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?

Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Kedatangan Syahla

"Assalamu'alaikum! Assalamu'alaikum!"

Hafsa yang tengah memasak di dapur buru-buru berlari ke ruang tamu. Pintu depan diketuk dengan keras. Hafsa berjalan sembari berpikir, siapa tamu yang datang pukul enam pagi?

"Assalamu'alaikum! Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!" Hafsa tidak sengaja menjawab dengan keras, karena si tamu sama sekali tidak sabaran. Saat pintu dibuka, tampak seorang remaja dengan tas ransel besar di punggung berdiri di sana.

Dalam beberapa saat, mereka berdua saling menatap dalam diam. Hafsa mengingat-ingat, dimana dia pernah bertemu gadis ini sebelumnya? Apa dia santri di Darul Quran?

"Maaf dek, mau cari siapa ya?" Tanya Hafsa dengan ramah. Dia masih belum menemukan siapa gadis itu sebenarnya.

Gadis itu hanya terdiam sembari memandangi Hafsa lamat-lamat.

"Mbak Hafsa kan?"

Mbak Hafsa? Hafsa mengulang kembali pertanyaan gadis itu di dalam hati. Siapa saja orang yang memanggilnya dengan sebutan 'mbak'?

"Syahla?" Gus Sahil muncul dari pintu belakang. Sepertinya merasa penasaran karena Hafsa tidak kunjung beranjak dari ambang pintu.

Hafsa terkesiap sesaat. "Syahla!" Dia berteriak setelah teringat sesuatu.

Syahla adalah adik kandung Gus Sahil yang sekarang sedang mondok di luar pulau. Umurnya masih remaja, sekitar tujuh belas tahun. Gadis itu belum pernah pulang setelah tujuh tahun. Maka tak heran jika Hafsa lupa, apalagi Syahla juga tidak hadir pada hari pernikahannya, hanya dikabari lewat telepon.

"Mbak Hafsa!" Syahla menghambur memeluk Hafsa. Hafsa membalas pelukan Syahla erat-erat. "Aku sudah lama pengen ketemu Mbak Hafsa!"

"Kok bisa pulang sendiri?" Gus Sahil menginterupsi. Ia melihat ke luar, barangkali ada kendaraan yang mengantarkan sang adik. "Kamu naik apa?"

"Naik bis lah!" Syahla menjawab cuek. "Mas Sahil sih pelit, Umi sakit aja aku nggak boleh pulang. Makanya aku nekat pulang sendiri,"

Gus Sahil membelalakkan mata. "Kamu kabur dari pondok?"

"Ngawur!" Syahla mendengus jengkel. "Aku pamit kok, cuma memang nggak mau ngabarin kalian aja,"

Pintu kamar Umi Zahra terbuka. Sepertinya suara mereka terdengar sampai ke dalam kamar. Melihat kemunculan uminya, Syahla segera menurunkan tas ransel ke sembarang tempat, memeluk Umi Zahra.

"Umi!!!"

"Loh, Syahla? Kok bisa sampai sini? Kamu dianter siapa? Berangkat kapan?"

Tanpa menjawab pertanyaan bertubi-tubi Umi Zahra, Syahla memeluk uminya erat-erat. "Syahla kangen banget sama Umi!"

...----------------...

Kedatangan Syahla tentu menambahkan ramai rumah mereka. Syahla yang memiliki kepribadian ceria seperti tidak pernah kehabisan topik, bicara tentang banyak hal.

"Ustadz-ku ada yang namanya Ustadz Amar mbak, MasyaAllah galak banget!" Syahla berkata dengan berapi-api saat mereka sedang sarapan bersama di ruang makan. "Tiap hari aku dimarahin sama dia!"

"Makan dulu baru bicara La," Gus Sahil menegur. "Ntar keselek loh,"

"Apa sih Mas?" Syahla mengerucutkan bibirnya. Bagi remaja seusia dirinya, nasihat sang kakak dianggap terlalu cerewet. "Kok bisa sih Mbak Hafsa betah sama orang kaya begini?"

Hafsa tertawa kecil, sementara Gus Sahil menatapnya dengan tajam.

"Sudah terlanjur dek Syahla," Hafsa berseloroh. "Sudah nggak bisa diganti lagi."

Syahla menganggukkan kepala, kemudian berkata seolah berbisik. "Ganti saja mbak nggak papa, mumpung belum ada setahun, masih ada masa garansi."

Tawa Hafsa dan kedua mertuanya jelas pecah mendengar penuturan Syahla. Sementara Gus Sahil merasa kesal, menjitak kepala sang adik.

"Aduh!" Syahla mengeluh. "Sakit loh Mas!"

"Makanya jadi anak jangan kebanyakan omong!"

"Heh, sudah, sudah," Abah Baharuddin melerai. "Benar kata Mas Sahil La, kalau lagi makan jangan ngomong dulu. Terus Hil, jangan kasar-kasar lah sama adikmu. Adikmu itu baru pulang ke rumah setelah tujuh tahun loh,"

Nasihat Abah Baharuddin membuat dua bersaudara itu seketika terdiam. Meneruskan sarapan dalam damai.

...----------------...

Selesai sarapan, Syahla dan Umi Zahra tampak duduk di ruang tengah. Membuka album foto pernikahan Hafsa dan Gus Sahil yang sudah dicetak.

"Tuh kan Mi, di fotonya nggak ada Syahla," Syahla terlihat merajuk. "Harusnya Syahla pulang waktu Mas nikah, biar bisa ikut foto keluarga."

Umi Zahra tersenyum, mengelus-elus rambut putrinya. "Kan Syahla waktu itu masih ada ujian. Umi nggak mau mengganggu Syahla yang sedang sibuk belajar,"

Syahla mengerti maksud baik Umi Zahra, tapi ia masih merasa kesal karena tidak ada dirinya di semua foto tersebut.

"Kalau gitu, gimana kalau kita foto keluarga lagi?" Umi Zahra mengusulkan. "Mumpung masih ada Syahla di sini, kita bisa foto bareng sekeluarga. Nanti fotonya dicetak dan dipajang di sini. Menurutmu gimana Sa?" Umi Zahra menoleh pada Hafsa yang baru datang dari dapur dengan membawa piring berisi potongan buah apel.

"Boleh Mi," Hafsa menaruh piring itu di atas meja, ikut duduk di kursi bersama mereka berdua. "Mau kapan? Hafsa punya kenalan fotografer. Kita bisa undang dia untuk datang ke sini,"

"Wah, bagus itu." Umi Zahra mengangguk setuju. "Kamu hubungi dia sekarang ya. Kalau bisa besok kita sudah difoto. Soalnya Syahla mungkin nggak bisa pulang lama-lama,"

Hafsa menganggukkan kepala. Segera mengambil handphone, menghubungi fotografer kenalannya.

...----------------...

Esok paginya, keluarga mereka sudah sibuk sejak subuh. Umi Zahra meminta agar seluruh keluarga memakai seragam keluarga. Umi Zahra ingin foto keluarga itu terlihat serasi dan harmonis.

"Penampilanku bagaimana Sa?" Gus Sahil meminta pendapat sang istri setelah selesai berganti pakaian. Hafsa mendekati sang suami, agak berjinjit meraih kopiah suaminya yang terpasang miring.

Gus Sahil terkejut dengan Hafsa yang tiba-tiba mendekat. Setelah sadar Hafsa hendak merapikan kopiahnya, Gus Sahil menekuk lutut. Merendahkan badan agar tingginya sejajar dengan sang istri.

"Sudah," ucap Hafsa kemudian. Ia tak sadar kalau Gus Sahil sudah menatapnya sejak tadi. Saat kedua mata mereka bertatapan, Hafsa menurunkan tangannya, menjauh beberapa langkah.

Tangan Gus Sahil kemudian gantian maju, kali ini memegang hijab Hafsa. "Jilbabnya miring," kata Gus Sahil, ia lalu membetulkan posisi kain yang menutupi kepala istrinya dengan hati-hati

Hafsa menggigit bibir. Wajah Gus Sahil hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya sendiri. Matanya tak sengaja menatap bibir Gus Sahil, membuatnya kembali membayangkan mimpinya yang mencium sang suami tempo hari.

Hafsa lantas menggeleng-gelengkan kepalanya. Astaghfirullah Hafsa, bisa-bisanya kepikiran hal begitu di saat seperti ini!

"Kenapa Sa?" Gus Sahil bertanya dengan nada khawatir. "Kamu sakit?"

Hafsa kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mungkin kan dia jujur pada Gus Sahil kalau sedang membayangkan yang tidak-tidak?

"Coba sini," Telapak tangan Gus Sahil mendarat pada kening Hafsa. Seketika jantung Hafsa berhenti berdetak. Apa ini?

"Nggak panas kok," Gus Sahil membandingkan dengan suhu keningnya sendiri. "Kamu baik-baik saja kan?"

Hafsa mengangguk cepat. Kepalanya memang baik-baik saja, tapi sekarang hatinya yang sedang tidak baik-baik saja!

Sesaat, tatapan mereka bertemu. Baik Hafsa maupun Gus Sahil hanya saling menatap dalam hening. Seperti sudah saling terhubung, perlahan wajah mereka semakin mendekat. Jarak mereka tersisa lima senti, lalu tiga senti, dua senti...

BRAKKK!

Pintu kamar terbuka dengan lebar. Syahla berdiri di ambang pintu sembari berteriak. "Mbak Hafsa! Mas Sahil! Disuruh Umi cepetan keluar!"

1
Murci Sukmana
Luar biasa
Arin
/Heart/
Anita Candra Dewi
klo ak lgsg tak ganti yg serupa😅
bibuk duo nan
😭😭😭😭
ALNAZTRA ILMU
sini aku tak tahan🥺🥺🥺
ALNAZTRA ILMU
knp tidak dari dulu buat program hamil.. tapi terburu2 carikan suaminya isteri baru sok kuat
ALNAZTRA ILMU
ini agak biadab ya.. sepatutnya, jangan suka ganggu
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣wahhh
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣
ALNAZTRA ILMU
berat ya ujian nya
ALNAZTRA ILMU
mundur saja
Izza Nabila
Luar biasa
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hafsa kasian bnget😭
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hai kak maaf bru mampir🤗
May Keisya
kamu nikah lagi karna nafsu dan mendzolimi istri...paham agama yg ky gmn Gus???
May Keisya
dia tambah setress gesrek egois😂
May Keisya
dia udah mulai ketar ketir...tapi maaf ya Gus aku udah kesel bin kurang suka km dr awal cerita🙄
May Keisya
😂😂😂...bagus ih jujurnya
May Keisya
km knp Gus? kepanasan...syukurin
May Keisya
😭...si Agus emg sableng,dia berilmu tapi tidak beradab...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!