Bagi orang lain, aku adalah Prayasti Mandagiri Bhirawa.
Tapi bagimu, aku tetaplah Karmala Bening Kalbu.
Aku akan selalu menjadi karma dari perbuatanmu di masa lalu.
Darah yang mengalir di nadi ini, tidak akan mencemari bening kalbuku untuk selalu berpihak pada kebenaran.
Kesalahan tetaplah kesalahan ... bagaimanapun kau memohon padaku, bersiaplah hadapi hukumanmu!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ➖ D H❗V ➖, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. ALVARO
Mildrett yang terlena oleh ciuman lembut Brown, kehilangan jejak pria yang harus dikuntitnya. Mildrett memukul dada Brown, lalu bangkit dan segera berlari untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Kenapa aku malah menikmati ciumannya? Ah, sungguh memalukan!" omelnya pada diri sendiri. Ini adalah ciuman pertama bagi Mildrett. Selama ini Mildrett belum pernah mempunyai kekasih. Hidupnya hanya disibukkan untuk menjalankan misi dan misi. Ciumannya terasa sangat kaku, ketika ber-acting mencium Brown tadi. Begitu juga dengan Brown yang berstatus jomblo dan belum pernah berpacaran sebelumnya. Tapi naluri Brown sebagai lelaki yang akhirnya menuntun dan mendominasi ciuman itu.
Brown yang tersadar, segera mengambil ponsel miliknya dan bergegas mengejar Mildrett. Brown tidak rela bila ciuman dan pelukan itu tiba-tiba menghilang dari hidupnya. Padahal bayangan masa depan anti jomblo sudah menari-nari di depan mata.
"Ini adalah kesempatanku untuk mendapatkan Mildrett, tanpa harus meghadapi singa betina itu."
Brown menyangka, Mildrett sedang cuti dan berlibur seperti dirinya. Dan pria yang tadi mengejar Mildrett adalah pesaingnya.
"Tapi kenapa Mildrett harus menyamar? Apakah dia sedang menjalankan misi dari singa betina itu?" Brown mulai berpikir jernih, setelah efek memabukkan dari ciuman itu sudah sedikit luntur.
Mildrett berhasil menyusul pria yang dikuntitnya. Sementara pria yang sudah mencurigai Mildrett itu sengaja bersikap santai, seolah menganggap Mildrett tidak ada.
"Aku akan memancingnya, aku curiga dia adalah anak buah nona Joanna yang sedang menyamar," pria itu tersenyum miring.
Pria itu mulai menyusun rencananya, menghubungi anak buahnya untuk memasang jebakan di sisi pantai yang sepi dan terlindung bebatuan yang tinggi menjulang.
*
Rencana dijalankan sore harinya. Ketika pria itu menikmati sunset di pantai, dia melihat Mildrett kembali menguntitnya.
Mildrett sedang menjalankan misi pribadi dari Joanna untuk menyelidiki siapa pria yang selalu mengawasinya beberapa hari belakangan ini. Memang pria itu tidak melukai atau pun berbuat jahat padanya. Tapi perilaku pria itu sangat mengganggu privacy Joanna. Apa tujuan pria itu mengawasinya?
Joanna tidak mau membicarakan masalah ini dengan Mr. Anthony. Joanna berencana menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa melibatkan klan Garcia. Mildrett satu-satunya pilihan untuk menjalankan misi itu. Tapi siapa sangka, pada akhirnya misi itu juga melibatkan Brown?
Kali ini Mildrett mengubah penampilannya. Bukan lagi menyamar sebagai waria, tapi sebagai wanita yang cantik dan berkelas. Mildrett akan menyapa dan berkenalan untuk mengorek informasi dari pria itu.
Sebuah gaun tanpa lengan dengan motif bunga berwarna hijau lembut dan topi lebar menjadi pilihan outfit -nya kali ini.
Setelah matahari tenggelam sepenuhnya, Mildrett mulai mengajak pria itu berbincang.
"Sebuah pemandangan yang indah bukan?"
"Tentu saja, dan anda terlihat sangat menikmatinya Nona," sebenarnya pria itu hanya meledek Mildrett yang sama sekali tidak bisa menikmati sunset sore itu, karena konsentrasinya terbagi untuk mengawasi dirinya.
"Bagaimana kalau kita berjalan ke arah sana, anda bersedia menemani saya, Nona?"
Mildrett mengangguk menyetujui, dan mereka berdua mengobrol sambil berjalan beriringan menyusuri bibir pantai itu. Para turis yang menikmati sunset sudah meninggalkan pantai itu. Menyisakan Brown yang diam-diam menguntit di belakang mereka.
"Kita belum berkenalan Nona, saya Alvaro," pria itu mengulurkan tangannya.
"Saya Mona," Mildrett membalas uluran tangan pria itu.
Pria itu melihat pergerakan Brown dan sengaja membiarkannya. Setelah hampir mencapai bebatuan yang menyerupai bukit kecil, Alvaro mengajak Mildrett mendekat ke arah deburan ombak. Setelah gelombang ombak menjauh, Alvaro berjongkok mengambil cangkang bintang laut dan mendekatkannya pada mulutnya.
"Aku ingin segera menikahinya," suaranya sengaja dibuat agak keras, agar Brown bisa mendengarnya. Lalu Alvaro menoleh ke arah Mildrett.
"Kau bisa mengucapkan keinginanmu, bisikkan saja ke dalam sini." pria itu menyerahkan cangkang bintang laut itu pada Mildrett.
Brown yang terbakar api cemburu, kehilangan kewaspadaan. Kaki kirinya tersandung batu yang sengaja dipasang oleh anak buah Alvaro.
Mildrett yang kaget, segera berbalik badan ke arah Brown. Tapi tiba-tiba dari arah belakang
Alvaro melingkarkan lengan kirinya di leher Mildrett dan tangan kanannya mengarahkan pistol ke pelipis kanan wanita itu. Menariknya di balik bebatuan yang tinggi menjulang.
Brown yang terkejut, segera bangun, mengambil pistol dari balik baju dan menyusul Alvaro.
"Lepaskan dia!!!"
"Pergilah atau gadis ini akan mati!" Alvaro ber-acting hendak menarik pelatuk pistolnya.
"Katakan, apa yang anda inginkan?"
"Salahkan gadis ini, sudah ikut campur urusanku," Alvaro tersenyum mengejek.
"Katakan nona, kenapa kau menguntitku?" Alvaro menunggu jawaban dari Mildrett. Mildrett hanya diam, sampai mati pun dia tidak akan mengatakan misi rahasianya.
Alvaro menggeleng, lalu berkata, "Sampaikan pada nona Joanna, saya ingin bertemu dengannya. Ada hal penting yang harus saya bicarakan."
Mildrett terkejut, ternyata misinya telah terbongkar.
"Lalu gadis itu?" Brown panik, tidak ada tanda-tanda Alvaro akan melepaskan Mildrett. Akankah Mildrett dijadikan sandera?
"Tergantung usaha anda. Bila anda berhasil mempertemukan saya dengan nona Joanna, maka gadis ini akan menjadi milik anda," Alvaro semakin meledek, ketika melihat raut kawatir di wajah Brown.
"Jangan asal bicara, saya bukan barang dan saya bukan miliknya!" Mildrett mendengus kesal.
Alvaro meminta Brown untuk meninggalkan kartu nama. Dia akan menghubungi Brown untuk memberikan informasi kapan dan di mana akan bertemu dengan Joanna nantinya.
"Satu lagi, jangan pernah melibatkan klan Garcia!" Alvaro memberikan peringatan keras pada Brown.
Setelahnya, Brown bergegas meninggalkan pantai itu. Liburan penuh ketenangan yang diimpikannya hancur sudah. Berganti dengan rasa panik karena gadis pujaannya dijadikan sandera. Selama di perjalanan, pikiran Brown dipenuhi dengan beberapa pertanyaan.
"Apa hubungan singa betina dengan pria itu?"
"Apakah aku harus menuruti keinginan pria itu untuk tidak melibatkan klan Garcia?"
"Bagaimana bila Mr. Anthony dan tuan Prado mengetahui hal ini?"
*
Masih ingat dengan seorang sniper di bab 05. HUKUMAN JOANNA ?
Alvaro adalah sniper itu, yang tanpa sengaja melukai bahu kiri Joanna. Alvaro ditugaskan untuk menjaga Joanna yang sejak bayi sengaja dititipkan di panti asuhan. Ibunya meninggal saat melahirkan Joanna.
Ayah kandung Joanna adalah seorang ilmuwan hebat dan jenius, tapi terpaksa menghilang dan berpisah dengan anak kandungnya, karena sebuah penemuan formula canggih miliknya. Sebuah senjata biologis pemusnah masal ciptaannya, telah membuat hidupnya dan keluarganya terancam. Banyak agen rahasia dari beberapa negara bersaing untuk mendapatkan formula itu.
Formula senjata biologis itu dinilai sebagai penemuan paling mutakhir. Karena ketika digunakan, tidak akan meninggalkan jejak sama sekali. Bahkan korbannya akan langsung menjadi abu dan tidak bisa diidentifikasi.
Begitulah yang sering terjadi, sebuah penemuan demi memajukan ilmu pengetahuan, pada akhirnya malah membawa pengaruh buruk, baik bagi keselamatan penemunya, maupun bagi kedamaian dunia. Karena negara-negara yang serakah, akan bersaing mendapatkan formula itu dengan tujuan untuk menguasai dan memimpin dunia.
Apa tujuan Alvaro menemui Joanna?
Kepoin di next chapter yak ...
Thanks for reading & supporting Hope and Pray.