JENNAIRA & KAFINDRA NARAIN DEWANDARU
Gadis bernama Jennaira harus merasakan kecewa terbesar dalam hidupnya karena membiarkan orang asing merampas sesuatu yang amat sangat berharga baginya.
Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan kejadian itu terjadi berulang kali dalam waktu semalam . Tak ada penolakan yang benar-benar ia lakukan.
Dalam keadaan mab*k membuatnya hilang setengah kewarasannya saat itu, hingga ia sadar saat hinaan dan tuduhan tak berdasar dilayangkan padanya .
Wanita ****** dari mana kamu berasal?
Berapa kamu dibayar untuk menghancurkan hidup saya?
Bahkan disaat ia menjadi korban di sini, laki-laki itu sibuk memikirkan kekasihnya. Dunia seolah hanya berisi wanita itu . Tidak memikirkan Jenna yang saat ini tengah terpuruk dengan kenyataan yang ada.
Ikuti kisah Jenna yuk ! Baca dan beri komentar mu tentang karya author 😁🤗 ini hanya untuk orang dewasa ya, anak kecil bukan bacaan seperti ini yang dibaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Butterfly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 8
🦋🦋🦋🦋🦋🦋
Tiga minggu berlalu, Kafindra tengah berdiri disuatu ruangan kosong yang ada dibawah tanah rumah miliknya. Didepannya lima anak buah berbadan kekar tengah menunduk di hadapannya .
" Kalian sudah memastikan dengan benar jika wanita itu bukan komplotan dari mereka? " sebuah pertanyaan melayang saat ia mendapat informasi tentang wanita yang bersamanya malam itu .
" Benar tuan, wanita itu hanyalah terjebak . " Jawab salah satu anak buahnya.
Kafindra menatap sinis, " Lalu kau pikir aku yang menjebaknya? "
" Tidak Tuan, kami yang bersalah karena tidak menjaga keamanan anda dengan baik. "
" Tapi ada bagusnya juga jika wanita itu hanya wanita biasa, aku jadi tidak perlu mengurus terlalu jauh lagi. " Kafindra tersenyum kecil, nyaris tak terlihat.
Kelima pengawal tadi hanya berdiam diri menunggu instruksi selanjutnya. Semua yang mereka lakukan harus atas perintah bosnya yaitu Kafindra Narain Dewandaru.
" Pergi, tunggu saja instruksi dari Zean , baru kalian boleh bertindak. " Kafindra menatap kelima anak buahnya itu dingin. Tak ada wajah ramah, tak ada senyum dibibirnya, adapun senyum itu muncul saat puas lawannya hancur tak tersisa .
Laki-laki itu menaiki tangga yang terletak di lorong menuju ruang bawah tanah. Kedua tangan ia masukkan kedalam saku celana disamping kanan dan kiri . Matanya mengedar menatap sofa yang ada di ruang tamu.
Tas wanita berwarna putih terletak disana, sedangkan tak ada pemiliknya yang terlihat diruang tamu.
Tak perlu repot-repot mencari tau siapa yang datang, Kafindra sudah tau pemilik tas tersebut. Tapi ia tidak tau dimana wanita itu berada.
Seorang pelayan muda datang menghampirinya, kepalanya tertunduk dengan tubuh membungkuk pelan saat tiba di hadapan , Kafindra.
" Nona Briella sedang berjalan menuju kamar anda Tuan " pelayan itu berusaha menekan ketakutannya agar ia dapat berbicara dengan jelas walaupun suaranya bergetar dan sedikit terbata.
Tatapan itu menajam seketika, " siapa yang menginginkannya masuk kesana hah? " hardiknya dengan suara yang menggelegar memenuhi seisi rumah besar tersebut.
" Ma___af Tuan, kami sudah melarangnya. Tapi Nona berbicara jika ia bebas melakukan apapun karena dia kekasih anda. " Suara itu semakin pelan dan bergetar. Tangannya semakin mengerat menggengam satu sama lain, sedang dalam hati ia tengah merapal doa selamat dari amukan Tuannya .
Saat akan melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya, gerakan nya terhenti begitu Briella menuruni anak tangga.
" Sayang.... " Briella merengkuh lengan kokoh milik Kafindra.
Tadinya Kafindra sudah ingin memarahi gadis itu karena sudah mengganggu wilayah pribadinya tapi ia berusaha menahan diri . Sekalipun dia wanita yang ia sayangi, tapi tak ada alasan apapun untuk bisa melanggar aturannya.
" Kenapa kamu memfitnah ku seperti itu ? " Briella memasang wajah sedih , " Padahal kan aku hanya ingin menumpang foto di balkon yang ada dikamar tamu saja, kebetulan matahari sedang terbenam jadi aku ingin mengabadikannya di ponselku. " setetes, dua tetes, air mata wanita itu luruh juga. Suaranya yang lembut membuat siapa saja merasa jika wanita itu lemah lembut dan berkepribadian baik pada semua orang.
Tapi tidak dengan orang yang sudah mengenali wanita itu pasti merasa muak jika mendengar suara nya itu, bahkan suara anj*ng yang berisik pun itu jauh lebih baik terdengar ditelinga mereka.
" Sudah jangan menangis, " Kafindra mengusap air mata wanitanya itu . wajahnya yang tetap datar membuat Briella tak puas, ia yakin jika pria itu masih curiga padanya.
" Kenapa wajah mu terlihat tidak percaya padaku, sayang? kamu memilih percaya pada pelayan itu? " Kafindra menggeleng pelan , ia tersenyum walaupun hanya sebentar.
" Aku tidak pernah berbohong. Aku mana berani melanggar aturan mu , Kaf . " Masih dengan wajah dibuat memelas, Briella berusaha menarik kembali hati dan kepercayaan pria itu. Sebisa mungkin pria itu tidak boleh mendengar sesuatu yang buruk tentangnya, karena bisa membuat kepercayaan kekasihnya luntur. Ya walaupun Briella tau jika Kafindra pasti mencintai dan menyanyangi nya, tapi pria itu tidak suka jika dibohongi.
" Sudah , lebih baik kita pergi makan malam di restoran favorite mu, Briel ."
Briella menahan tubuh nya saat akan ditarik pergi oleh Kafindra, " Tunggu sayang, kenapa pelayan ini tidak kau beri hukuman? Bukankah dia sudah berani memfitnah ku? " wanita itu merasa tak terima.
Sialan! lancar sekali mulut wanita ular ini memfitnah ku. ucap pelayan wanita dalam hati.
Dengan kepala tertunduk mata nya melirik kearah wanita yang sialnya kekasih dari Tuannya Kafindra. Kenapa Tuannya masih percaya dengan wanita ular ini? sayang sekali, wajah cantik tidak menjamin hatinya juga cantik! .
" Iya, biar diurus anak buahku. " jawab Kafindra, setelah itu menarik tangan kekasihnya untuk segera beranjak dari tempat nya berdiri.
Setelah kedua manusia itu pergi, Pelayan bernama Yuli itu mencakar udara dengan kesal. membayangkan jika yang ia cakar adalah wajah wanita ular itu.
" Sebaik-baik nya kamu menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga wanita ular! " begitulah sumpah serapah yang diucapkan oleh pelayan Yuli karena kesal difitnah.
Dan entah keberuntungan dari mana, ia tak dihukum oleh Tuannya . biasanya jika terbukti bersalah pelayan akan dihukum setelah itu dikeluarkan dari rumah ini dengan keadaan tidak baik-baik saja.
🐣🐣🐣
" Kamu tau perginya Briella malam itu Zen? " tanya Kafindra .
Zean mengangguk dengan yakin, tangannya masih sibuk mengetik pada laptop dihadapannya. Ia tengah duduk dihadapan bosnya setelah menyelesaikan tugasnya melakukan transaksi di sebuah pelabuhan .
" Dia pergi lima menit sebelum anda memasuki kamar itu, dan soal wanita bayaran itu ternyata belum berhasil memasuki kamar anda tapi sudah kedahuluan wanita yang bersama anda malam itu. " jelas Zean.
" Dia ditarik oleh salah satu pengawal sialan itu! Wanita biasa yang terjebak denganku . " Kafindra berdecak ketika mengingat malam itu. Tubuhnya berubah panas dingin ketika sekelebat ingatan itu muncul.
Duduknya berubah gusar, wajahnya sedikit memerah entah karena hawanya atau memang____ ah entahlah Kafindra sedikit tak nyaman karena hal itu.
" Kenapa Tuan? " Zean memicing kan matanya melihat gelagat aneh tiba-tiba bosnya itu.
" Kenapa apanya? " Kafindra seperti seseorang yang tertangkap basah, seolah Zean mengetahui isi pikirannya.
" Aneh sekali, " lirih Zean, kembali fokus pada laptopnya.
" Kau yang aneh karena jomblo terlalu lama , Zen ."
Zean menatap datar bosnya , dalam hati ia merutuki mulut bosnya yang suka berkata pedas. Ia jomblo hingga sekarang juga karena sibuk mengurusi bisnis nya kan , hingga tak punya waktu untuk mencari yang namanya seorang kekasih! .
***
Sepasang kekasih yang tengah makan malam itu sedang tenang menyantap makanannya.
" Sayang " Briella menunjukkan sebuah foto di ponselnya pada Kafindra.
" Beli saja, bukankah kartu ku ada padamu? " Kafindra nampak acuh perihal apa yang ingin dibeli oleh kekasihnya. Toh, uangnya banyak jika hanya untuk menyenangkan wanita itu.
...----------------...