Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Wibisono duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Rencana Desi
Desi mulai melancarkan aksinya, ia mulai menyebrang jalan ketika Amanda melintas..
"Awaaasssss" Amanda panik dan mengerem dadakan..
Desi pun berdiri kaku tepat di depan zebra cross, wajahnya dipenuhi ekspresi terkejut yang dibuat-buat...
Ia bahkan sengaja memegang dadanya, seolah benar-benar hampir tertabrak motor Amanda....
Padahal, langkahnya sangat terukur, setiap detik sudah ia hitung, hanya untuk menciptakan momen ini.
Motor Amanda berhenti dengan rem berdecit panjang..
Amanda turun cepat, terlihat khawatir, tetapi sebenarnya wajah itu… hanya topeng, ia sudah tahu rencana ini, ia sudah menduga Desi akan memulai pendekatannya hari ini..
Dan benar saja, Desi tidak bisa menahan diri terlalu lama..
“Tante tidak apa-apa?” Amanda bertanya dengan nada panik, meskipun matanya memerhatikan gerak-gerik wanita itu dengan penuh kewaspadaan.
Desi tersenyum kecil, senyum yang manis tapi dingin..
"T-Tidak apa-apa, nona… Tante hanya kaget. Tante kira motor kamu tidak melihat tante tadi.” ucap nya berpura-pura lirih
Amanda menunduk, pura-pura merasa bersalah.
“Maaf ya, Tante. Aku benar-benar tidak lihat tadi.”
.
Desi menggeleng lembut, seolah menunjukkan sifat keibuan yang penuh maaf.
“Tidak apa-apa, sayang. Yang penting kamu tidak kenapa-napa juga"
Nada “sayang”-nya sengaja ia lembut kan, taktik pertama:...kedekatan emosional
Amanda hanya menatap datar, namun menutupi kecurigaannya dengan raut polos, dalam hati, ia bergumam:
"Tante Desi… kau benar-benar mainkan permainanmu, baiklah. Aku ikuti"
Sementara itu, dari kejauhan, Selli memperhatikan kejadian itu dari balik pagar sekolah..
Entah mengapa, firasatnya buruk.
"Gue tau ada yang di sembunyi kan sama Amanda… dan gue yakin itu bukan hal kecil" gumamnya.
"Tunggu, bukan kah itu wanita iblis yang telah menjebak Tante Rini masuk penjara karena di tuduh membunuh om Anton" gumamnya lagi..
Pada saat selli ingin memperjelas wajah Desi, Angga datang menghampiri..
"Woooyyy... Lu lagi ngapain masih di sini, yuk kita cabut, anak-anak dah pada nunggu tuh" Angga menarik lengan selli, ia pun pasrah mengikuti Angga..
***
Desi memutuskan untuk melanjutkan rencananya, setelah memastikan tidak ada guru atau siswa lain yang memperhatikan, ia kembali mendekati Amanda...
“Kamu sendirian pulang?” tanya Desi sambil merapikan tas mewahnya yang tadi ia sengaja julurkan ke jalur motor.
"Iya, Tante,” jawab Amanda.
"Tunggu.. tunggu... Kamu ini Amanda kan yang terlihat murung di pesta pernikahan Kevin dan Raisa waktu itu" ucap Desi berpura-pura mengingat sesuatu
Amanda berpura-pura terkejut.
“Oh? Tante yang mengaku teman lama mama itu kan?”
"Tante memang teman mama kamu sayang, baru kemarin Tante bertemu lagi dengan Mama dan ayah sambung mu, kamu seperti mama kamu cantik dan pintar" ucap Desi tersenyum
Kalimat itu sengaja ia lontarkan untuk memancing kedekatan, membuat target merasa “dipilih”.
Namun Amanda tidak jatuh ke jebakan itu.
“Hmm… aku biasa saja kok, Tante,” jawabnya merendah..
Desi semakin yakin bahwa pendekatannya berhasil.
Sementara Amanda semakin yakin bahwa wanita ini berbahaya dan Amanda akan ikuti permainannya..
Desi mendekat sedikit.
“Kalau kamu tidak keberatan, Tante ingin traktir kamu minum sebentar, apa kamu tidak keberatan?" Tanyanya lalu Amanda mengangguk pelan...
"Ya Tante aku mau,” jawab Amanda
Di dalam hati, Amanda berkata:
"Lebih cepat aku dekat denganmu, lebih cepat aku tahu apa rencana mu terhadap mama"
Lalu Desi membawa Amanda ke sebuah kafe kecil tidak jauh dari sekolah, tempatnya sepi, hanya ada dua pelanggan yang duduk di sudut. Perfect, tempat yang ideal untuk melakukan pendekatan tanpa telinga tambahan..
Mereka duduk berhadapan, Desi memesan dua minuman manis..
"Kamu tidak ada acara apa-apa hari ini Manda?" Tanya Desi mulai memancing
"Sebenarnya aku ada urusan keluarga sih Tante hari ini tapi masih ada waktu" jawab Amanda
"Oh, ada urusan keluarga, ya, maaf ya Tante jadi ganggu kamu” ucap Desi berpura-pura merasa bersalah tapi matanya mengawasi setiap gerakan Amanda..
“gak apa-apa kok Tante, gak ganggu santai saja,” jawab Amanda pendek..
"Keluarga kamu harmonis kan?” Desi bertanya sambil memutar sedotan di gelasnya..
Pertanyaan itu… mengandung jebakan.
Ia ingin tahu seberapa jauh Amanda akan berbicara soal keluarganya atau soal Raisa..
Amanda memilih menjawab samar.
“Ya namanya keluarga, Tante… pasti ada masalah kecil-kecilan.”
Desi mengangguk, seolah mengerti sesuatu, namun tiba-tiba, ia mengeluarkan kalimat yang membuat Amanda menegang.
“Kamu dekat dengan mamamu?” tanya Desi
Jantung Amanda berdetak cepat, bukan karena takut… tapi karena ini adalah langkah yang ia tunggu..
Amanda menatap Desi lurus, namun tetap tersenyum.
“Dekat sekali, Tante.”
Desi memperhatikan ekspresi Amanda dengan intensitas lebih tajam..
"Oh… syukur lah,.Tante senang mendengarnya, karena… tidak semua anak bisa dekat dengan ibunya.” senyum tipis muncul..
“Ada juga orang-orang yang terlihat baik… tapi menyimpan masa lalu kelam.” lanjut Desi
Amanda membalas senyum itu.
“Benar, Tante, sama seperti orang dewasa, kan? Orang dewasa yang pura-pura peduli… tapi ternyata punya niat lain.” ia menatap mata Desi lebih tajam
Desi terdiam, jelas ia sadar Amanda tidak semudah itu dimanipulasi..
Namun ia masih yakin bisa menaklukkan gadis di hadapannya itu, maka ia mengubah strategi..
“Kalau kamu butuh tempat cerita… Tante selalu ada.” nada suaranya begitu hangat, bahkan terlalu hangat untuk orang yang baru bertemu..
Amanda mengangguk sopan, tapi matanya berkata:
"Aku tahu yang kau mau. Dan aku akan mengacaukan atau menggagalkan semuanya rencana mu itu"
Saat mereka keluar dari kafe, hari sudah semakin sore, Amanda bersiap memakai helm, namun Desi tiba-tiba berkata:
“Amanda… hati-hati ya.” ia menyentuh bahu Amanda dengan cara yang… tidak wajar..
“Kadang… musuh itu bukan orang yang terlihat seperti musuh.” lanjut nya
Amanda menatap wanita itu lama.
Senyumnya muncul perlahan.
“Iya, Tante Desi.” ucap nya sambil memasang helm.
"Dan kadang… keluarga orang lain juga bisa jadi musuh kita… tanpa kita sadari, benar kan tan" lanjut Amanda
Desi terdiam sesaat lalu mengangguk dan senyumannya kembali mengembang..
“Benar, sayang. Kamu pintar.”
Amanda menghidupkan motor.
Sebelum pergi, ia berkata lirih:
“Sampai ketemu lagi… Tante" ucap nya manis
"Aku tahu ini belum selesai.” gumamnya dalam hati
Desi membalas:
“Tentu. Kita akan sering bertemu… sayang.”
Amanda tancap gas...
Desi berdiri sendirian di tepi jalan, tersenyum ke arah motor yang semakin menjauh.
“Bagus, Amanda… kau sudah masuk dalam perangkap ku" gumam nya merasa senang
Namun ia tidak sadar, di tikungan, Amanda berhenti sejenak.
Ia tersenyum penuh makna.
“Tante Desi… justru aku sudah tahu siapa kau. Dan aku akan pastikan… kau tidak bisa menyentuh mama walau secuil pun"