Mr. Bodyguard

“Aduh!” Kaget Jenna saat kepalanya membentur kursi depan.

“Kenapa kau mengerem seperti itu? Kau ingin membuatku mati?” Kesal wanita itu kepada sopir yang sudah membuat kepalanya menjadi sakit, akibat benturan tadi.

“Ma-maaf Nona Jenna, saya tidak sengaja. Tolong maafkan saya,” mohon sang sopir yang mulai takut dipecat oleh Jenna.

“Perkataan Nona Jenna sangat mengejutkan, jadi yang baru saja adalah reflek alami,” kata Elios sambil menoleh ke belakang dan menatap wanita itu dengan tajam.

Jenna terkesiap kaget, ia tidak tahu kenapa Elios menatapnya begitu. Namun tatapan pria itu terlihat sangat menyeramkan, dan membuatnya tidak bisa bersuara.

“Lain kali jangan mengatakan hal konyol seperti tadi,” Elios kembali menatap ke arah depan, sambil menepuk bahu sopir agar kembali menjalankan mobilnya.

Jenna masih terpaku, tangannya sedikit gemetar. Tatapan menyeramkan Elios terus berputar di kepalanya, baru kali ini pria itu terlihat sangat marah.

Jenna terperanjat kaget saat ponselnya berbunyi, ia segera mengeluarkan ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya.

“Nomor asing?” Wanita itu menatap layar ponselnya yang menampilkan nomor asing, tetapi itu bukan nomor Zelin.

“Biar saya yang mengangkatnya!” Elios merebut ponsel Jenna dan langsung menggeser tombol hijau, serta menghidupkan pengeras suara.

[Jenna sayang, aku sudah sampai di negara asalmu. Sekarang berikan aku alamatmu, aku ingin bertemu denganmu]

Suara laki-laki dan Jenna sangat mengenali suara tersebut.

Tut…

Elios segera mematikan panggilan tersebut, lalu ia memblokir nomor asing itu. Tidak sampai di sana, Elios juga melakukan sesuatu pada ponsel Jenna agar wanita itu tidak bisa menerima nomor asing lagi ataupun tidak ada yang bisa melacak nomor Jenna.

“Hael brengsek, dia benar-benar minta dibunuh!” Geram Jenna yang kini sudah bisa bersuara.

Hael, nama itu terdengar tidak asing bagi Elios. Ternyata yang barusan adalah pria yang membuat skandal terbesar untuk Jenna, dan Elios tidak akan membiarkan Hael untuk mengganggu Jenna lagi.

“Apa Nona Jenna ingin saya membunuhnya?” Pertanyaan itu membuat Jenna terkesiap dan menatap Elios dengan mata melotot.

“Apa kau bisa membunuhnya?” Tanya wanita itu yang sebenarnya sudah tahu jawabannya, tetapi ia hanya spontan mengatakannya.

Elios terlihat menganggukkan kepala, ini adalah pekerjaan sangat mudah dan ia bisa meleyapkan Hael tanpa meninggalkan jejak.

“Ja-jangan! Dia putra dari salah satu mentri di negara besar, aku tidak ingin terlibat apapun lagi dengannya. Kalau dia mati, pasti aku yang dicurigai. Aku belum menikah dan belum memiliki seorang anak, jadi biarkan saja sampai dia lelah sendiri,” ujar Jenna yang tidak ingin dipenjara, karena banyak yang tahu kalau Jenna adalah satu-satunya wanita yang membuat Hael segila ini.

“Nona Jenna tidak perlu khawatir, saya bisa menyelesaikan—”

“Tidak!” Potong Jenna dengan nada suara yang kian meninggi.

Elios menatap wanita itu, tatapannya kembali menyeramkan dan membuat Jenna gelagapan.

“Baiklah, saya akan membuatnya tidak bisa menemui Nona Jenna,” ucap pria itu, sebelum kembali menoleh ke jalanan di depan.

Jenna menghela napas lega, ia sedikit takut untuk membuat Elios marah, karena tatapan pria itu terlihat sangat menyeramkan. Namun Jenna juga tidak ingin Elios menjadi bodyguard pribadinya, walau pria itu sangat hebat dalam hal seperti menjauhkan Hael ataupun membunuh Hael.

Jenna hanya tidak ingin mendapatkan masalah yang lebih besar kalau Hael dinyatakan mati, pasti semua orang langsung menuduhnya sebagai pembunuh Hael.

Jenna memejamkan matanya, hari ini terasa begitu berat. Ia tidak menyangka kalau kesalahannya menerima perasan Hael akan membuat hidupnya tidak bisa tenang.

“Saya akan melindungi Nona Jenna,” ucap Elios yang membuat wanita itu membuka matanya.

“Itu memang tugasmu!” Balas Jenna yang merasa kesal, karena jantungnya kembali berdebar saat mendengar perkataan pria itu.

Diam-diam Elios menarik sudut bibirnya, saat tidak sengaja melihat pipi Jenna yang mengeluarkan semburat merah.

Sopir yang merasa kalau dirinya tidak terlihat, hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

...***...

Elios menatap layar ponselnya yang terus menyala, karena ada nomor asing yang mencoba menghubungi nomor Jenna. Padahal ini sudah larut malam, tetapi Hael tidak mau berhenti.

Elios sudah menghubungkan ponsel Jenna dengan ponsel miliknya, bahkan ia bisa menguasi ponsel Jenna kalau dirinya mau. Tetapi pria itu tidak ingin Jenna curiga, jadi ia hanya melakukan hal yang perlu dilakukannya.

“Kau cukup gigih juga,” gumam Elios yang kini kembali fokus pada layar komputer di depannya.

Saat ini pria itu tidak berada di dalam Penthouse Jenna, tetapi wanita itu sudah aman dan ada rekan kepercayaan Elios yang berjaga di depan pintu maupun sekitar Penthouse.

Elios memilih pulang ke apartemennya, karena pria itu harus melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di Penthouse Jenna.

Ponsel Elios kembali menyala, tetapi kali ini nama bukan Hael. Kali ini Elios mengangkat panggilan tersebut, karena Sean yan menghubunginya.

“Halo Tuan Sean?” Elios membuka suaranya lebih dulu.

Pria itu mendengarkan apa yang dikatakan oleh Sean, Elios memejamkan matanya sejenak…

“Saya mengerti, dan saya akan menyelesaikannya tidak sampai batas waktu yang Anda berikan.” Jawab Elios dengan tangan yang mengepal kuat.

Setelah itu tidak ada suara lagi, dan layar ponselnya sudah gelap. Elios meletakkan ponselnya, ia tidak lupa siapa dirinya dan juga di mana prioritasnya.

“Akhirnya aku menemukannya,” seringai Elios yang hampir dua jam mencari sesuatu yang bisa menguntungkannya.

Pria itu segera menyimpan semua bukti yang dibutuhkannya, karena ia sangat yakin akan membutuhkan semua bukti itu walau bukan sekarang.

Elios berdiri dari duduknya, setelah mematikan komputernya. Pria itu harus kembali ke Penthouse Jenna yang tidak jauh dari unit apartemennya, karena Elios memang sengaja membeli apartemen baru yang masih satu bangunan dengan Penthouse wanita itu.

Apartemen Elios berada dua lantai di bawah Penthouse Jenna, karena hanya di lantai tersebut yang ada unit kosong.

Ting!

Elios keluar dari lift, kedatangannya membuat beberapa rekannya langsung berjalan ke arahnya.

“Kami pami dulu!”

Elios menganggukkan kepalanya, ia merasa beruntung memiliki banyak rekan yang sangat baik dan sering membantunya. Itu semua juga karena pekerjaan utamanya yang bisa mengenal banyak sekali orang-orang hebat dan juga memiliki rasa kesetiaan yang tinggi.

Elios memasuki Penthouse Jenna dengan sidik jarinya, ia tidak langsung pergi ke kamarnya tetapi menuju kamar Jenna yang hanya diterangi oleh lampu tidur.

Pria itu masuk ke dalam dan berhenti tepat di sisi Jenna yang tampak begitu lelap, tangannya tergerak untuk menyentuh kepala wanita itu. Jenna terlihat tidak terganggu, karena wanita itu sangat lelah hari ini.

“Kali ini biarkan aku yang memulai…”

Bersambung.