Diusahakan up setiap hari 1-2 bab di jam 18:00-19:00
Demi kesembuhan putranya, Almira Maheswara mau menandatangani kontrak pernikahan sebagai pengantin pengganti pria yang ia sendiri belum mengenalnya.
Namun, Almira dengan hati yang lapang menerima pria itu sebagai suaminya. Namun rupanya, pernikahan itu membawa Almira kembali ke masa lalu.
Pria yang menitipkan noda hingga terpaksa Almira memakai cadar. Kini, pria dan orang-orang itu telah berada didekat Almira.
Bagaimana Almira dapat menyikapi itu semua? Ayo baca dan dukung author nya.
Ikuti ya bebssss😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NingMela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Main Tembak-tembakan
"Macan?"
Kening Alex mengernyit bingung dengan maksud nama hewan itu. Apa ada hewan yang membelikan Almira pakaian? Sangat aneh.
Apalagi melihat Almira mengangguk seakan memang benar.
"Macan apa?"
"Oh, maaf tuan Alex! Maksud ku itu mamah cantik" ucap Almira meluruskan saat ia merasa Alex salah mengartikan.
Kening Alex semakin mengernyit, "Maksud mu mamah ku yang kau sebut dengan julukan macan itu?"
"Iya, mamah bilang untuk memanggilnya dengan sebutan macan saja karena dia malu di panggil mamah oleh ku"
Kepala Alex akhirnya mengangguk menerima, "Mamah ku menamainya macan dan dia menamai mu burung gagak. Apa kalian sepasang rantai makanan?"
"Ih enggak lah tuan" tolak Almira memilih mengurusi barang belanjaan.
"Barang-barang ini buat siapa?" tanya Alex membantu Almira.
"Buat Ronald. Anakku"
"Mamah membelikan ini semua untuk Ronald?" tanya Alex tidak percaya. Pasalnya tadi pagi Vara terlihat kecewa namun ternyata perhatian juga.
Almira mengangguk, "Macan membelikan barang-barang ini untuk Ronald. Ayo tuan, bantu aku sebentar untuk mengangkatnya sampai dalam"
"Oke-oke" jawab Alex memilih membantu Almira.
Sesampainya di dalam kamar Almira melihat banyak mainan dan pakaian yang Vara belikan. Sungguh sangat-sangat banyak sampai kamar hampir penuh dengan belanjaan itu.
"Sementara simpan disini dulu ya tuan? Aku tidak ada tempat untuk menyimpan semuanya"
"Sampai kapan?" tanya Alex berkacak pinggang. Ia tidak betah jika harus berlama-lama dengan barang anak-anak seperti ini.
"Satu malam saja karena besok pagi akan langsung aku berikan kepada Ronald" jawab Almira memperlihatkan kedua mata binarnya.
Sementara Alex nampak tidak suka dan mengusap kasar wajahnya, "Tapi kamar ini jadi sumpek!!"
"Satu malam saja, tuan. Lagian, bukan aku yang minta! Aku sudah meminta untuk tidak membelikan Ronald banyak mainan karena itu juga tidak baik. Tapi, dia memaksa" ucap Almira. Ia harus membuat Alex percaya dan mengijinkannya.
"Mamah membelikan ini semua untuk Ronald yang ia aku sebagai cucunya, dan kau melakukan ini juga untuk Ronald. Adakah yang melakukan sesuatu untuk diriku?"
"A--" Almira tidak melanjutkan kalimatnya karena merasa jawabannya akan di bantah Alex.
Alex melangkah mengambil tembak-tembakan yang ada di tumpukan mainan disana. "Dulu, aku tidak pernah dibelikan ini?"
"Aaaa" sela Almira merampas pistol mainan itu, "Jaman sudah berubah. Mainan seperti ini hanya ada di jaman anak 2000 an, untuk anak 90an, biasanya mainan tradisional seperti gangsing, layang-layang"
"Aku tidak pernah bermain gangsing dan layang-layang. Sedari kecil aku sudah diminta untuk belajar berbisnis" jawab Alex terdengar menyedihkan.
Almira jadi merasa bersalah mengatakan itu. Ia pun segera mengulurkan pistol mainan yang ada di tangannya.
"Kau bisa memainkan pistol ini"
Alex terpaku sejenak, "Untuk apa aku memainkannya?"
"Kau kan belum pernah main pistol-pistolan. Jadi, aku pinjamkan pistol ini kepadamu tapi hanya sebentar nanti kembalikan ya"
Alex melihat pistol dan Almira secara bergantian. Ada rasa heran dengan sikap lain dari istrinya ini. Ia baru menyadari telah menikahi wanita yang jauh lebih muda darinya hingga pikirannya pun masih terasa polos.
"Ini tuan" tegas Almira menyodorkan pistol mainan itu lagi.
"Daripada mainan aku lebih suka yang sungguhan"
"Nggak boleh itu tuan. Kalau ini boleh" ucap Almira menasihati Alex yang menolak.
Tiba-tiba Alex tersenyum misterius lalu mendekati Almira, "Bagaimana kalau kita ambil jalan tengah?"
"Maksudnya?"
"Aku memilih pistol sungguhan, tapi kau menolaknya. Kau memilih pistol mainan, tapi justru aku yang menolaknya. Bagaimana kalau, kita bermain pistol yang versi terbaru" kata Alex agak membingungkan untuk orang awam seperti Almira.
"Aku masih tidak mengerti" ucap Almira menggelengkan kepalanya berulang kali.
Alex dibuat lelah dengan sikap polos wanita ini. Biasanya jika dengan wanita lain, mereka akan langsung paham. Masak iya dia harus menjelaskan?
"Tembak-tembakan" jelas Alex.
Almira mencoba berpikir, "Tembak-tembakan dengan air?"
"Hampir mirip" jawab Alex dengan refleks.
"Nggak mau basah-basahan, nanti bajunya basah" tolak Almira menggelengkan kepalanya serta melangkah mundur.
"Tidak apa-apa! Yang penting kita main tembak-tembakan. Nanti kan kita nggak usah pakai baju"
Duarr
Almira membeku. Kalimat terakhir itu sukses membuat dirinya menyadari sesuatu. Astaga, bagaimana dia bisa tidak tahu!.
"Hem, Ma-maksudnya tembak-tembakan itu... itu?" tanya Almira menautkan kedua jari telunjuknya tidak sadar.
Alex mengangguk, "Iya, bukan mainan anak kecil dan juga bukan mematikan. Aku senang dan kau juga senang"
"Heeee? Apa wajahku ini terlihat senang?" sanggah Almira kurang terima. Dia saja belum setuju tapi pria ini sudah berani berkomentar.
"Jadi, kau tidak mau?"
"Tid--- Hem" Almira berpikir keras. "Bukannya tidak mau!"
Setelah mengatakan itu Alex segera duduk diatas ranjang mendahului, padahal Almira saja belum menyetujuinya.
Alex menepuk tempat disebelahnya, "Duduklah! Aku tidak akan berlaku kasar jika kau menurut. Lagipula aku ini suamimu, Almira"
Entah karena apa tangan Almira terulur menangkap tangan Alex yang menarik untuk duduk disebelahnya.
Selepas itu Alex membuka cadar penutup wajah cantik Almira serta hijab kebesaran yang menjadi penutup rasa malunya.
Dengan doa serta penerimaan dalam kedua belah pihak membawa keduanya kedalam surga dunia yang tidak mampu ia jabarkan rasanya.
Rasa nyaman, tenang, kelembutan dapat mereka rasakan dengan hati yang lapang tanpa paksaan. Sungguh rasa yang benar-benar tulus.
________
Jika kedua insan itu sedang di mabuk asmara, lalu bagaimana dengan nasib insan yang satu ini? Wanita ini sudah lama menunggu Alex, namun pria itu tidak kunjung datang sampai larut malam begini.
"Kenapa Alex tidak balik ke kantor? Apa aku harus pulang saja? Ih nggak, kalau aku pulang justru malah ada Almira dan kemungkinan besar aku tidak akan ada waktu dengan Alex" monolog Angela di lobby kantor.
Drettt
Ponsel Angela berdering di dalam tasnya. Ia pun segera mengangkat panggilan dari sang mommy.
"Hai mom! How are you?" tanya Angela basa-basi.
"I'm fine. Bagaimana, apa kau sudah mendapatkan informasi terkait anak Arsen kakak mu?" tanya Mimilia langsung to the point.
"Belum mom, aku tidak memiliki waktu dekat dengan Alex. Dia selalu ada pekerjaan dan sering keluar kantor" balas Angela kesal.
"Kalau begitu, kau cari sendiri wanita itu. Jika Alex belum menemukan anak Arsen, maka kau sebagai adiknya harus menemukannya. Mengerti?" tegas Mimilia di Australia sana.
"Mengerti mom!"
"Lakukan apapun! Atau kau cari bukti-bukti yang sudah didapat Alex dan meneruskannya sendiri. Geledah seisi rumahnya sampai menemukan titik terang" kata mimilia membuat Angela prihatin.
Namun, Angela juga memiliki rasa lelah saat mamah angkatnya itu selalu menuntutnya mencari darah daging keluarganya.
'Dikira gampang apa' kata Angela dalam hati.
kena mental ga tuh😄
muhrim = orang yang berihram
Wallahu a'lam