Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Untuk Lila
"Bang Yucan! Vito mengikuti kita." ujar Lila seraya mencegah Yucan turun dari mobil.
"Di mana dia?"
"Mobilnya berhenti di balik pos satpam." ujar Lila lagi.
Yucan mengintip dari kaca spion, dia bisa melihat jelas mobil Vito terparkir.
"Sepertinya dia suka kamu!"
"Suka dengan saya?"
"Iya! Kalau tidak buat apa dia mengikuti kamu."
"Ayok kita kerjain." ujar Lila, kemudian menyusun rencana dengan Yucan.
Yucan keluar dari mobil dengan posisi membelakangi Vito, agar wajahnya tak kelihatan, kemudian dia mengulurkan tangan seakan menyambut Lila yang baru turun dari mobil, lalu merengkuh bahu Lila, dan tangan Lila melingkar di pinggang Yucan. Kemudian berjalan menuju pintu masuk.
Sementara Vito yang melihat adegan Lila, dia mencengkram kuat stir mobil.
"Tidak bisa dibiarkan." batin Vito, kemudian meraih ponselnya menelepon Lila. Namun ponselnya tidak diangkat.
"Apa aku samperin saja." gumam Vito lagi seraya menyentuh gagang pintu mobil. Namun dia mengurungkannya turun.
"Di sana pasti ada Tante Mira, kalau aku marah-marah ke Lila ntar ditanya sama Tante Mira. Aku harus jawab apa?" pikir Vito berulang.
"Ada apa denganku? kenapa aku marah saat melihat Lila akrab dengan pria lain." gumam Vito seraya meremas rambutnya, tiba-tiba dia merasa pusing. Vito berusaha membuang jauh pikirannya tentang Lila, lalu memutar balik mobilnya dan pulang ke apartemen, dia ingin menenangkan diri.
*******
Keesokan harinya.
Hari ini pukul sembilan Yucan dan Mario meminta Mira dan Lila untuk menemaninya jalan-jalan sebelum mereka kembali ke Singapura.
Lila menelepon Husien meminta ijin untuk tidak masuk kantor, kemudian memberitahu Nora kalau dia sudah ijin, Lila sengaja tidak memberitahu Vito.
"Kita mau ke mana. Om?" tanya Lila saat Mario dan Yucan menjemputnya.
"Jalan-jalan sambil belanja." ujar Mario.
"Sebelum belanja ke Notaris dulu." ujar Mario lagi.
Dua hari yang lalu Mario beserta direksi petinggi dan pemegang saham perusahaan group Alexsa sudah mengadakan rapat umum penggantian direktur perusahaan, dikarenakan dia akan kembali dan menetap di Singapura dalam waktu lama.
Delapan puluh persen saham grup Alexsa milik Mario maka Mario mempunyai hak penuh Untuk menentukan siapa penggantinya.
Yucan dan Mario sudah sepakat akan memberikan group Alexsa yang berpusat di Jakarta ke Mira, sebagai ucapan terima kasih dan balas jasa, karena dua puluh tahun yang lalu Mira telah menyelamatkan Yucan.
"Selamat datang tuan Mario. silakan masuk dan duduk."
Seorang wanita muda dan cantik menyambut kedatangan Mario, Yucan, Mira dan Lila, dari ID card nya Lila bisa membaca nama wanita itu adalah Annisa. M.H.
Sementara Yucan, Mira dan Lila menunggu di lobby, Mario masuk ke dalam berbicara dengan Anisa, pembicaraannya terlihat sangat serius. Beberapa menit kemudian Mira dipanggil masuk menemui Mario dan Anisa.
"Silakan ibu Mira tanda tangan di sini." Anisa menyodorkan sebuah pena dan beberapa lembar kertas yang tertera namanya.
"Apa ini?" tanya Mira seraya menatap Mario dia tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Sekilas Mira baca judul atas dari berkas yang ada di hadapannya, tertulis serah terima perusahaan grup Alexsa, dahi Mira sempat berkerut saat terbaca tulisan pihak yang menyerahkan Mario dan pihak penerima adalah Mira. Mira kemudian menatap Mario dan Anisa secara bergantian dia ingin mereka berdua menjelaskan.
"Tuan Mario! menyerahkan group Alexsa kepada anda." ujar Anisa.
"Apa! Saya tidak bisa menerimanya." ujar Mira menolak kemudian mendorong berkas itu kembali ke Anisa.
Mario kemudian menjelaskan alasan kenapa dia memberikan grup Alexsa kepada Mira, karena itu sudah merupakan nazarnya dua puluh tahun yang lalu, jika Yucan bisa diselamatkan dia akan memberikan sesuatu yang sangat berharga untuk orang yang bisa menolong putranya.
"Tapi Saya menolong Yucan ikhlas tidak minta imbalan apa-apa" ujar Mira.
"Dan saya juga tidak tahu apa-apa tentang perusahaan."' ujar Mira lagi.
"Tante tidak perlu khawatir. Ada aku, Lila, Wisnu dan direksi petinggi perusahaan lainnya yang akan membantu tante." ujar Yucan meyakinkan Mira.
"Semua direksi bisa dipercaya." ujar Mario ikut meyakinkan Mira.
"Baiklah kalau begitu! Aku akan menerimanya, mohon petunjuk ajarnya tuan Mario." ujar Mira seraya membubuhkan tanda tangan di atas kertas pemindahan hak milik.
"Alhamdulillah.' ucap Mario, dia merasa lega kena nazarnya telah terpenuhi.
"Terima kasih untuk amanah yang telah diberikan ke saya." ujar Mira menjabat tangan Mario.
"Sama-sama! dan aku percaya kalau perusahaan group Alexsa akan berkembang pesat di tangannya."
Yucan, Lila, Anisa dan pengacara Mario serta dua orang saksi dari perusahaan menjabat tangan Mira dan mengucapkan selamat kepada direktur baru perusahaan grup Alexsa sekaligus menjadi pemiliknya.
Anisa menyerahkan sebuah map yang berisi dokumen serah terima perusahaan kepada Mira, Mira yang sama sekali tidak pernah menduga kalau dia akan menjadi orang kaya di kota ini sangat terharu.
"Ya Allah apakah ini nyata?" gumam Mira rasa tak percaya.
"Bunda ini nyata." ujar Lila seraya menepuk bahu Mira dan membuyarkan lamunan wanita paruh baya itu.
"Ibu Anisa! terima kasih atas kerjasamanya." ujar Mario lalu berpamitan.
Setelah berpamitan dengan Anisa mereka kembali ke mobil. Mira masih dengan kebimbangannya, dia menatap map berisi dokumen di tangannya.
"Apakah aku mampu mengelola perusahaan yang diserahkan Mario pada ku." batinnya sedikit resah.
"Bunda kenapa?" tanya Lila saat melihat raut wajah Mira tidak seperti biasa.
"Bunda tidak kenapa-kenapa." jawab Lila seraya menggelengkan kepalanya.
Lila tahu kalau Mira sedang memikirkan amanah yang baru diberikan Mario kepadanya. Lila meraih tangan Mira dan menggenggamnya
"Bunda! Lila percaya kalau bunda pasti bisa menjalankan amanah yang diberikan Om Mario." bisiknya menenangkan Mira.
"Ingat! Bunda itu wanita hebat." bisik Lila lagi seraya merengkuh bahu Mira dan memeluknya.
Setelah mendapat support dari Lila, Mira akhirnya menguatkan diri dan menghilangkan keraguan di hatinya dan dia berjanji pada dirinya, akan menjalankan amanah yang diberikan Mario dengan baik dan tidak akan mengecewakan Mario.
"Pa! makan dulu yuk, aku lapar." ujar Yucan memecahkan kosentrasi Mario menyetir.
Mendengar permintaan putranya Mario membelokkan mobilnya memasuki halaman parkir sebuah restoran mewah, setelah menghentikan mobilnya. Dia turun kemudian membuka pintu mobil untuk Mira dan Lila.
Mereka masuk ke ke dalam restoran, kemudian mengambil meja di sebelah kiri yang tidak terlalu ramai. Pramusaji datang dan menyodorkan beberapa menu.
"Bunda! saya mau ke toilet dulu." ujar Lila yang merasa kebelet dari tadi.
Lila beranjak dari kursinya menuju ke samping restoran, seraya berjalan cepat.
Brukk, seseorang menabraknya dari depan.
"Marisa!" Lila sedikit kaget, dia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu.
"Kenapa kaget?" tanya Marisa sambil menudingkan telunjuknya ke bahu Lila.
"Kenapa Marisa bisa berkeliaran bukannya dia kemarin dibawa ke kantor polisi " batin Lila.
"Kamu pasti mengira aku mendekam di penjara." ujar Marisa tertawa kecil, saat melihat kerut dahi Lila yang merasa heran.
"Iya! Seharusnya kamu sekarang berada di penjara. Apa kamu kabur dari penjara?" hanya Lila seraya mendekatkan wajahnya ke Marisa.
"Kabur? di penjara aja kagak ngapain kabur." ujar Marisa sambil mencibir sampai bibirnya membentuk kerucut.
"Aku ini satu-satunya keponakan Nyonya Farah dan Tuan Husein tidak akan memenjarakan ku." ujar Marisa menohok Lila dengan jari telunjuknya.
"Jadi Husien membohongiku, selama ini hanya drama kalau Marisa dibawa ke kantor polisi." batin Lila, karena dia mendengar dengan jelas, kalau Husien menyuruh orangnya membawa Marisa ke kantor polisi.
"Kamu itu miskin! jadi jangan mimpi bisa mengalahkan aku." ujar Marisa lagi.
Marisa kembali tertawa dan terus mengejek Lila.
"Udah ah! males berurusan dengan wanita sampah seperti kamu." ujar Marisa seraya mendorong tubuh Lila kemudian berlalu pergi.
Masih diselimuti dengan rasa penasaran Lila masuk toilet, beberapa menit kemudian dia kembali lagi dan melihat Marisa sedang beramah tamah dengan Yucan.
"Tuan Yucan. Apakah saya boleh bergabung?" ujar Marisa seraya mengelus lengan Yucan.
Yucan merinding dia merasa geli saat tangan Marisa menyentuh kulit lengannya, dengan cepat Yucan menepis tangan Marisa.
"Bagaimana bisa Marisa ada di sini, kemaren Lila bilang kalau dia di penjara." batin Yucan seraya menatap Marisa dari ujung rambut hingga kaki. Yucan memastikan kalau wanita yang berdiri di sampingnya benar-benar Marisa.
"Maaf Nona Marisa! kami di sini lagi ada pertemuan keluarga." Yucan memberi alasan berusaha menolak Marisa.
"Jijik banget lihat tingkahnya." batin Yucan lagi.
"Saya tidak keberatan kok! menjadi bagian keluarga tuan." ujar Marisa lagi dengan suara dibuat sangat manja.
"Nona Marisa yang terhormat! Anda ingin bergabung di sini? tapi saya cuman boking empat kursi." ujar Lila datang sambil tertawa kecil dan menyelip diantara Marisa dan Yucan.
Melihat Lila yang datang wajah Marisa seketika merubah, dia mundur satu langkah, tidak ingin dekat-dekat dengan wanita miskin seperti Lila.
"Ngapain kamu dekat-dekat." terdengar suara ketus Marisa.
"Kamu yang ngapain dekat-dekat dengan keluarga saya." ujar Lila seraya mencengkram dagu Marisa.
"Lepaskan! Jangan sentuh saya dengan tangan kotor mu." bentak Marisa seraya menepis tangan Lila.
Mendengar bentakan Marisa, Mario bergerak ingin bangkit dari duduknya. Namun dengan cepat Marisa melarangnya dan memberi kode kalau dia bisa mengatasi wanita itu
"Bagaimana bisa Lila satu keluarga dengan Yucan." batin Marisa.
"Mana mungkin kamu bagian dari keluarganya tuan Yucan." marisa menuding Lila, dia masih meragukan keberadaan Lila.
"Siapa bilang! Lila memang bagian dari keluarga kami, dia adik saya." ujar Yucan berdiri seraya merengkuh bahu Lila.
"Kalau kamu tidak percaya tanya saja sama bunda Mira dan papa Mario." ujar Yucan lagi sambil tersenyum ke arah Mira dan Mario.
"Bunda dan papa." batin Marisa tak percaya.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi. Maaf sudah mengganggu." ujar Marisa kemudian berlalu dengan banyak pertanyaan di kepalanya.
"Aku harus menemui Om Husien dan mengabarkan tentang Lila." gumam Marisa lalu meninggalkan restoran.
********
Apa yang akan dilakukan Marisa?
Baca kelanjutannya di part berikutnya.
Terima kasih sudah membaca novelku, Jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan hadiahnya.
I love you sekebon cabe ♥️ ♥️ ♥️ ♥️
emak anak sm" iblis ja***ng