Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
"Puas!? Pak Aslan sudah menghancurkan hidup aku!" teriak Fara dengan isak tangisnya.
"Far, aku..." Aslan sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia semakin berjalan mendekat tapi tiba-tiba Arsyad melayangkan pukulannya tepat di wajah Aslan.
"Udah lama saya ingin pukul Pak Aslan tapi saya tahan dan kali ini Pak Aslan bukan hanya menyakiti Fara tapi juga merusak hidup Fara."
Aslan hanya mengusap pipinya yang terasa panas tanpa berkata apa-apa karena perkataan Arsyad memang benar. Bahkan pukulan Arsyad saja tak sebanding dengan sakit yang Fara rasakan.
"Ar, udah jangan buat keributan di rumah sakit." Ayla berusaha menengahi mereka. Dia menarik tangan Arsyad agar keluar dari ruangan. "Bagaimana pun juga Pak Aslan guru kita dan biarkan mereka menyelesaikan masalah rumah tangga mereka sendiri. Meskipun kita peduli tapi kita gak berhak ikut campur soal itu."
Arsyad dan Ayla akhirnya keluar dari ruangan dan mereka kembali ke sekolah.
Fara masih saja menangis sesenggukan. "Pokoknya aku gak mau anak ini."
"Far..." Aslan kini duduk di kursi dekat brangkar. "Jangan menyalahkan calon anak kita. Aku yang salah. Kamu boleh marah sama aku, kamu boleh hukum aku tapi kamu jangan bilang seperti itu."
"Pak Aslan enak bicara seperti itu karena Pak Aslan gak ngerasain apa-apa. Aku udah relain keinginan aku untuk kuliah di luar negeri dan sekarang harapan untuk kuliah di sini pun udah hancur."
"Kamu masih bisa kuliah." kata Aslan.
"Kuliah dengan kondisi seperti ini? Belum lagi kalau perut ini semakin besar." Fara tak bisa membayangkan itu semua, yang jelas sekarang dia benar-benar tidak mengharapkan kehamilan itu. "Aku akan cari cara buat hilangkan anak ini."
"Astaga Fara! Kamu mau jadi pembunuh anak kamu sendiri! Kamu hamil dan punya suami, bukan hamil diluar nikah."
"Sama aja. Karena anak ini hasil dari paksaan." Fara memiringkan dirinya dan memunggungi Aslan. Dia masih saja menangis terisak.
Aslan tak bisa berkata apa-apa lagi. Menenangkan dan melunakkan hati Fara sangatlah sulit. Lebih sulit dari semua rumus matematika.
"Permisi." Ada seorang suster yang kini masuk dan membawa kursi roda. "Dokter kandungannya sudah datang. Kita lakukan USG dan pemeriksaan lebih lanjut."
Fara hanya terdiam tak bergerak. Dia kini mengusap air matanya asal. Meskipun hatinya masih sangat marah dan kesal tapi ketika ada orang lain, dia harus bisa bersikap biasa saja.
"Far." Aslan berdiri dan membantunya duduk. "Ayo."
Sebenarnya Fara tidak mau periksa. Dia terpaksa bangun lalu duduk di kursi roda karena perintah suster.
Kemudian suster itu mendorong kursi roda Fara menuju poli kandungan.
Aslan kini berjalan di samping Fara. Jauh di lubuk hatinya sebenarnya dia sangat bahagia akan menjadi seorang Ayah tapi melihat kondisi fisik dan psikis Fara yang seperti ini, dia menjadi kasihan. Satu penyesalan kembali muncul. Andai saja dia tidak memaksa Fara waktu itu.
"Berbaring dulu di sini." kata Dokter kandungan saat Fara dan Aslan telah memasuki ruang pemeriksaan. "Kita akan lakukan USG dulu. Sudah terlambat berapa hari sejak hari terakhir haid?" tanya Dokter itu sambil memberi gel di atas perut Fara.
"Sudah dua minggu." kata Fara sangat pelan. Dia saja baru menyadari hal itu tadi pagi.
"Kalau dihitung dari hari pertama haid, usia kandungannya sudah hampir 7 minggu." Dokter itu kini mulai mengarahkan alat USG itu ke perut Fara.
Aslan terus menatap layar hitam putih yang mulai menampilkan rahim Fara. Ada satu rasa yang sangat membuncah di dadanya.
Sedangkan Fara sama sekali tidak mau melihat layar itu. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kantong janinnya sudah terlihat." Dokter itu menunjuk sebuah bulatan kecil. "Janin juga sudah terbentuk sebesar kacang."
Aslan tersenyum kecil mendengar penjelasan dari Dokter itu.
"Detak jantungnya masih belum terdengar karena memang masih sangat muda. Kita USG dua minggu lagi untuk memantau perkembangannya." kata Dokter itu sambil mencetak hasil USG nya. "Meski mual berlebihan tetap harus makan yang bergizi dan cukupi cairan dalam tubuh ya. Jangan sampai dehidrasi kembali terulang karena trimester pertama adalah masa yang sangat penting saat kehamilan."
"Iya, Dok." jawab Aslan karena sedari tadi Fara hanya diam saja. Akhirnya Aslan yang bertanya banyak hal pada Dokter agar dia bisa merawat Fara. Apalagi morning sickness Fara termasuk dalam kategori parah. Jika dibiarkan, asupan nutrisi akan terhambat dan bisa membuat janin gagal berkembang.
Setelah selesai, mereka berdua kembali ke ruang rawat Fara. Aslan membantu Fara naik ke atas brangkar. Setelah itu Fara membaringkan tubuhnya. Dia masih tidak memiliki cukup tenaga untuk duduk.
"Aku udah hubungi Ayah kamu dan kedua orang tua aku agar mereka tahu kondisi kamu." kata Aslan.
Fara masih saja menatap kesal Aslan. "Kenapa Pak Aslan hubungi Ayah? Aku gak mau mereka tahu kalau aku hamil soalnya aku memang gak mau hamil. Pak Aslan gak usah maksa aku lagi. Kenapa gak bunuh aku aja sekalian daripada hidup tersiksa dan terus diatur seperti ini." Fara kembali memiringkan dirinya dan menangis.
Sebenarnya bukan hanya Fara yang hatinya terluka tapi hati Aslan jauh lebih terluka melihat Fara seperti ini. "Aku akan bantu kamu melewati semua ini. Aku suami kamu. Aku sayang sama kamu. Aku gak bermaksud menyiksa hidup kamu. Buka hati kamu dan berlapang dada menerima semua ini agar kamu tidak merasa tersiksa."
"Bicara teori memang mudah tapi prakteknya sulit. Aku masih belum bisa memaafkan Pak Aslan tentang pemaksaan itu ditambah lagi masalah ini, aku gak akan bisa maafin Pak Aslan!" Fara masih saja memunggungi Aslan.
"Ya sudah, terserah kamu. Tapi kamu sekarang makan dulu."
Fara menggelengkan kepalanya.
"Dikit-dikit gak papa yang penting perut kamu ada isinya."
Fara masih saja menggeleng.
"Sini aku suapin."
Fara semakin menggelengkan kepalanya.
Aslan hanya menghela napas panjang. Dia tidak tahu bagaimana caranya membujuk Fara agar mau makan. Sepertinya dia butuh bantuan mamanya.
Sedangkan Fara, hanya mendengar kata disuapi saja rasanya dia begitu ingin disuapi Aslan tapi dia tahan keinginannya itu. Dia tidak mau mengiyakan tawaran itu apalagi meminta Aslan untuk menyuapinya.
Jangan gini dong. Aku gak mau disuapi Pak Aslan. Duh, kenapa rasanya pengen banget gini...
💞💞💞
.
Tinggalkan komentar ya... 😁
sayang ama papa aslan