Menikah dengan orang yang paling di cintai adalah impian setiap insan.
Namun bagaimana jika yang menikah denganmu nyatanya tidak pernah mencintaimu?
Bahkan untuk menyentuhmu saja tidak sudi.
Kisah perjalanan cinta Namira yang menikah karena sebuah perjodohan yang dimana ia tidak pernah mendapatkan perilaku baik dari suaminya pasca menikah.
Hina'an bahkan cemo'ohan dari sang suami seolah menjadi makanannya sehari-hari.
Lantas dapatkah Namira bertahan dengan cintanya yang bertepuk sebelah tangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara Dasella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Malam hari.
Namira yang tertidur sebelumnya kini terbangun di jam 8 malam. Namira beranjak dari tempat tidur lalu turun kelantai bawah. "Dimana Keynan?" Ucap Namira seraya terus berjalan menuruni tangga.
Langkah kaki Namira terhenti saat ia mendengar suara dari ruang tamu milik Keynan. Perlahan Namira menghampiri suara tersebut hingga langkah kakinya terhenti pada sudut meja di ruang tamu tersebut.
"Baiklah, aku akan segera memesan tiket malam ini dan berangkat." Ucap Keynan kemudian menghentikan panggilannya melalu ponselnya. "Sudah jam 8, apa Namira masih ti--" Ucapan Keynan terhenti saat ia memutar tubuhnya dan melihat Namira dihadapannya.
"Namira kau sudah bangun?" Angguk Namira. "Malam ini kita harus pergi ke Swiss, jadi siapkan pakaian yang mungkin penting untuk kau gunakan dan kita berangkat." Ujar Keynan.
"Ke Swiss?" Keynan mengangguk. "Tapi untuk apa? Dan kenapa kita?" Keynan terdiam, ia melangkah perlahan mendekat pada Namira. Sorot mata Namira pun langsung menurun melihat kaki Keynan yang tiba-tiba berjalan kearahnya.
"Key ke-kenapa kau diam saja? Untuk apa kita pergi ke Swiss?" Ucap Namira dengan langkah kakinya yang terus mundur. Hingga akhirnya langkah Namira habis, kini gadis itu terdiam ditepi tembok lantaran sudah tidak bisa lagi melangkah.
"Bukankah aku sudah pernah mengatakan, jika aku akan menjagamu? Jadi kemana pun aku pergi, maka kau akan ikut denganku. Hum?" Jantung Namira seolah berhenti berdetak saat Keynan dengan dekatnya bicara tepat didepan wajahnya. "Ta-tapi Key, kenapa harus ke Swiss bersamaku?"
"Memang harus dengan siapa aku pergi? Apa kau mau kutinggalkan disini sendiri? Mau jika suatu saat Rian mencarimu lagi?" Nara menggelengkan kepalanya cepat. Gadis itu menunduk dan tidak berani menatap wajah serius Keynan. "Kalau begitu bersiaplah karena pesawat akan berangkat jam 10." Angguk Namira dan kemudian ia pun bergegas lari dari hadapan Keynan.
Seketika Keynan pun menghembuskan nafas leganya begitu Namira pergi dari hadapannya. "Untung saja jantungku ini tidak copot. Kenapa selalu seperti ini setiap kali bicara dengan Namira." Keynan duduk disofa dengan mengusap dadanya terus menerus karena detak jantungnya yang terus berdetak tidak beraturan.
30 Menit kemudian Namira turun dengan menyeret koper ditangannya. "Key aku sudah siap." Keynan melihat kearah anak tangga dan menatap Namira yang begitu cantik dengan pakaian dress pendek yang ia kenakan. Sedetik pun Keynan tidak mampu berkedip saat melihat bagaimana cantiknya penampilan Namira malam itu.
"Aku juga sudah memasukkan beberapa pakaianmu disini. Maaf kalau aku lancang atau--" Keynan langsung berdiri dan membuat Namira langsung menatap pada Keynan hingga tidak bisa lagi melanjutkan ucapannya.
"Terima kasih." Ucap Keynan seraya tersenyum dihadapan Namira. Dan yang Namira pikir Keynan akan marah, ternyata justru apa yang dilakukan Namira itu malah membuat Keynan senang karena sudah mau menyiapkan pakaian miliknya untuk pergi. "Baiklah, ayo kita pergi." Keynan memegang tangan Namira lalu keduanya berjalan bersamaan.
...****************...
Sementara itu dikediaman Rian.
Kini pria yang masih berstatus sebagai suami Namira itu terlihat tengah berada dikamar berduaan bersama Elena. Gadis yang dulunya sangat dicintai Rian namun kemudian berkhianat tapi pada akhirnya kini kembali dekat dengannya lagi.
"Bagaimana, apa kau sudah mengurus perceraianmu dengan Namira?" Ucap Elena dengan tangan yang terus merayap pada wajah tampan suami Namira itu. "Sudah, bahkan surat gugatan itu malam ini sedang dikirim kekediaman Keynan." Ya, Rian yang sudah yakin jika Namira pasti berada disana, maka ia mengirimkan surat gugatan perceraiannya itu langsung kerumah Keynan tanpa menghubungi Namira terlebih dulu atau bahkan menghubungi Keynan untuk memastikkan adanya Namira atau tidaknya disana.
kalau suatu saat suaminya didekati wanita lain yang baik dan perhatian pada suaminya dan suami menerima kebaikan wanita itu dan suami author dan wanita itu selalu kontak fisik dan ketika author marah, tinggal aku tunjukkan novel ini bagaimana dia kembangkan kelakuan Namira dan keynan
biar author paham
*semua kelakuan nya dianggap benar
*semua lelaki lain yang suka dan baik pada nya dianggap lelaki paling baik
*wanita lain yang suka dan baik pada suaminya dianggap wanita murahan
*suami selalu salah
*kelakuan menjijikan Namira yang dibenarkan author
*begitu lembut pada pria lain
*selalu menerima ajakan pria lain
*kontak fisik dengan pria lain
*berduaan dengan pria lain
*curhat berduaan dengan pria lain
*pergi tinggal suami
*tinggal berduaan dengan pria lain
*mengumbar aib rumah tangga
*munafik dia yang membuat fitnah dan slaah paham tapi malah menyalahkan suaminya
kelakuan menjijikan keynan
*selalu mendekati istri orang
*sok baik pada istri orang
*kontak fisik pada istri orang
*membawa istri orang
*membuat salah faham dan fitnah yang menghancurkan rumah tangga orang
tapi karena author buta fakta jadi dia selalu membela dan membenarkan kelakuan Namira dan keynan
fakta dan sudah jelas biang masalah di novel ini adalah istri/Namira dan keynan (pebinor), key selalu menemukan dan kontak fisik istri orang berduaan dan Namira seorang istri yang gampang menerima dan melayani pria lain, dan kelakuan namira dan keynan yang membuat fitnah da salah faham
Thor pakai otak musala suami didekati wanita lain dibelakang mu dan suami menerima kehadiran wanita itu dengan baik (kayak Namira dan keynan) bagaimana perasaan loe, pakai otak thor buang egoismu biar tau mana salah mana benar