Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.
Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.
Bagaimana kisahnya? Simak yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diusir dari rumah
"Jangan ikut campur urusanku."
"Tapi kamu gak bisa seenaknya begini. Dan, ini kan rumah Misha. Kenapa dia harus angkat kaki dari rumah ini? Seharusnya kitalah yang angkat kaki dari rumah ini." Ucap Refan yang sepertinya tidak terima dengan keputusan Rian.
"Udah deh, kamu diam aja. Kamu itu gak tahu apa-apa. Jangan ikut campur urusan orang lain." Jawab Dewi.
"Tapi, Ma."
"Hais, diam." Teriak Tika menggebrak meja.
"Kamu juga Refan. Malam ini juga aku mau minta cerai sama kamu. Kamu kira aku cinta sama kamu? Kamu salah besar. Dan asalkan kamu tahu. Aku ini bukan anak pertama Mama Dewi, melainkan aku ini menantu pertamanya."
"Untuk itu aku sudah tahu. Jadi, syukurlah kalau kamu sendiri sudah mengakuinya." Jawab Refan yang sebelumnya memang sudah mengetahui masalah ini.
Semuanya pun terkejut, termasuk dengan Misha, matanya melotot tak percaya.
'Drama apa lagi nih? Tapi, sepertinya bakal seru.' Batinnya.
"Apa? Kamu sudah tahu? Tap-tapi bagaimana kamu bisa tahu? Tapi ya sudah lah, itu gak penting lagi sekarang." Ucap Tika.
"Iya, kalau kamu sendiri sudah tahu, buat apa kamu masih bertahan dengan Tika sampai sekarang?" Tanya Dewi.
Refan mengangkat kedua bahunya.
"Oke kalau kamu sudah tahu. Sekalian aja aku mau bilang, sekarang aku sedang hamil 3 bulan dan ini anak Rian. Selama ini kamu hanya aku jadikan alasan untuk menutupi aib. Sekarang aku sudah tidak memerlukan kamu lagi. Lagian kamu ini laki-laki kere. Aku tidak sudi punya suami seperti kamu. Cakep tapi kere, gak banget deh ya." Ucap Tika yang saat ini merasa jijik dengan Refan.
Refan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.
"Tika, kamu benar-benar wanita pic1k. Oke, kalau itu kemauan kamu. Malam ini juga, dengan sadar aku Refan menalak 3 kamu. Aku tak akan pernah menyesal menceraikan kamu. Misha, kamu jangan diam saja. Lebih baik, kamu ikut aku aja."
"Nah, bener tuh. Misha, kamu mending ikut sama dia aja deh. Cocok banget sama kamu."
Rian, Dewi, dan Tika pun tertawa.
"Udah deh, kamu pergi aja sana." Ucap Dewi.
Dengan hati yang bergemuruh, Refan beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan mereka.
"Ngapain kamu masih disini? Sana ikut sama laki-laki kere itu. Rumah ini sudah menjadi milikku. Jadi, kamu sudah tidak memiliki hak apapun atas rumah ini."
"Pff,,, kalian lucu. Gue harap kalian gak nyesel suatu hari nanti. Dan saatnya tiba nanti, jangan nangis-nangis macam pengemis." Hanya itu jawaban Misha.
Misha tertawa lalu beranjak dan pergi.
'Ya nikmati saja semuanya ini yang hanya sementara. Oke, gue pastikan secepatnya kalian bakal jadi gelandangan.' Batin Misha.
Sedang ketiganya hanya saling pandang.
"Dia waras kan? Kenapa dia gak ada raut sedih sama sekali, bukannya dia cinta mati sama kamu ya?" Ucap Tika merasa aneh dengan sikap Misha.
"Iya, nangis aja enggak. Dia paham kan maksudnya talak tiga?" Sahut Dewi.
Rian nampak berfikir.
"Benar juga. Ah, biarin aja. Eh sayang, kamu beneran hamil?" Tanya Rian.
Tika mengangguk.
"Iya Rian. Akhirnya kita akan menjadi keluarga beneran. Jangan lupa, kamu harus segera menikahiku dengan sah."
"Iya, tenang aja sayang. Aku akan segera menikahimu. Kita akan buat acara pernikahan kita dengan megah." Jawab Rian.
"Yang benar, Mas? Ah aku jadi gak sabar." Jawab Tika berbunga-bunga.
Rian tersenyum mengangguk.
"Wah, cucu pertama Mama akan segera hadir. Kamu harus menjaganya dengan benar, sayang. Jangan sampai kamu kelelahan. Pokoknya Mama mau, calon cucu Mama baik-baik aja, karna Mama begitu lama mengidam-idamkan seorang cucu."
Tika tersenyum mengangguk sambil mengusap perutnya.
Misha menaiki tangga, ketika baru sampai dilantai atas, Refan keluar dari kamarnya.
"Misha, cepat kamu ambil barang-barangmu lalu ikutlah pergi denganku." Ucapnya dengan menjinjing koper.
Misha mengangguk. "Sebentar ya, Mas."
Ya, Misha akan ikut bersama Refan untuk sementara waktu. Menunggu sampai surat panggilan dari pengadilan agama itu datang.
Apa tidak takut nanti dikira selingkuh dengan kakak ipar? Jawabannya tidak. Karena ketiga manusia laknut tersebut tidak akan memiliki pikiran sampai kesitu karena dalam pikiran mereka, telah berhasil merebut harta Misha.
Misha langsung masuk ke dalam kamar dan membawa beberapa potong pakaian yang dia beli tadi dan harta bendanya seperti dompet dan ponsel. Semuanya dia masukkan ke dalam tas.
Misha keluar dari kamar, ternyata Refan masih menunggunya.
"Sudah." Tanya Refan.
Misha mengangguk.
Refan mengajak Misha turun. Sampainya di lantai bawah mereka melihat ketiga manusia toxic sedang tertawa cekikikan.
Refan melirik mereka geleng-geleng.
"Abaikan saja mereka." Ucap Refan pada Misha.
Misha pun hanya melirik mereka sekilas.
Refan dan Misha melangkah mengabaikan mereka yang sepertinya sedang merayakan kebahagiaan mereka.
Sementara Tika yang melihat Refan dan Misha berjalan menepuk lengan Rian.
"Mas, lihat. Mereka udah mau pergi." Ucap Tika.
Rian melihatnya. "Hei, berhenti kalian."
Seketika Refan dan Misha menghentikan langkah mereka.
"Mama ke kamar dulu, kalian berdua aja yang urus mereka." Ucap Dewi lalu pergi meninggalkan mereka.
Rian dan Tika berjalan mendekati mereka dan berhenti dihadapan mereka.
"Kalian tidak boleh pergi sebelum kita mengecek tas dan koper kalian." Ucap Rian.
"Iya, siapa tahu kalian ada mencuri barang." Imbuh Tika.
'Cih, dasar benalu gak tau diri. Yang ada itu kalian merampok harta Mbaknya.' Batin Misha.
"Periksa aja, emangnya gue maling kaya kalian. Gak tahu malu." Ucap Misha menatap sinis mereka.
Rian meminta koper Refan dan mengeceknya.
"Sini tasnya." Tika menarik tas milik Misha secara paksa.
Tika mengecek isi tas Misha, seperti diawal, dia hanya menemukan beberapa potong pakaian, dompet dan HP. Tika membuka dompet Misha, di dalam dompet terdapat 5 lembar kertas berwarna merah.
"Wow, uangmu lumayan, ini pasti uang dari Rian kan?" Ucap Tika mengambil uang tersebut.
"Loe berani ambil, gue gak akan segan-segan matahin tangan loe. Lagian, mantan suami gue ini kan pelit dan kere, mana ada dia ngasih gue uang. Cepat kembalikan uang gue sebelum gue nekat." Ucap Misha dengan santai namun tegas.
Tika pun tertawa mendengar perkataan Misha.
"Kamu? Berani mengancam aku?"
"Kenapa tidak?" Jawab Misha mengangkat dagunya dan melipat kedua tangannya didepan dada.
Lagi-lagi Tika tertawa.
"Mas, lihatlah. Mantan istrimu yang tol0l ini mengancamku."
"Tapi, yang dibilang Misha memang benar sayang. Aku mana pernah memberinya uang. Lagian, buat apa aku ngasih dia uang. Tanpa diberi aja dia punya uang kok. Kamu juga tahu sendiri kan? Tanpa dibayar saja dia mau jadi pembantu gratisan."
"Eh iya, benar juga kamu, Mas. Tapi, uang dia banyak Mas. Lumayan bisa aku pakai buat shopping."
"Dasar wanita matre. Sungguh aku menyesal telah menikah dengan wanita sepertimu. Dan kamu, laki-laki brengs3k yang pernah aku kenal. Kalian benar-benar cocok." Ucap Refan tak habis pikir dengan kelakuan Rian dan Tika.