Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Nurma
Blugh...
Nurma membanting pintu rumah secara kasar, dia kesal, dia marah karena Niko menghalangi dan membela Diana.
"Kenapa kau menghalangi saya untuk memberikan dia pelajaran? Dia sudah berani menggoda mu." bentak Nurma setelah sampai di dalam rumah.
"Saya mohon sama Nurma untuk tidak menyalahkan Mbak Diana. Dia tidak salah apa-apa. Bli yang menaruh hati padanya dan berniat mendekatinya. Mbak Diana tidak salah, Nurma." pinta Niko pada istrinya. Inilah yang tidak ia sukai dari sifat Nurma, terlalu kasar pada setiap orang bahkan juga kasar padanya. Padahal sebelum nikah Nurma sangat lemah lembut dan sopan.
"Siapa dia sampai Bli segitu membelanya, hah? Nurma tidak akan diam saja menyaksikan wanita murahan itu menggoda Bli dan berusaha merebut bli dari Nurma. Aku tidak akan diam saja," balas Nurma menatap tajam dengan mata memerah.
"Dia bukan siapa-siapa, dan jangan pernah melakukan tindakan bodoh!" sergah Niko berharap istrinya tidak melukai Diana.
"Aku akan tetap memberikan dia pelajaran. Kalau bisa saya akan membuatnya malu. Nurma tidak terima Bli Niko di goda oleh janda murahan itu." pekik Nurma lalu berlari ke luar menghindari kejaran Niko.
"Kau jangan melakukan hal-hal yang aneh, Nurma." Niko mengejar istrinya berusaha mencegah.
"Diam! Jangan mengatur diriku! Aku benci penggoda seperti dia." Bentak Nurma sambil menyalakan motornya.
"Nurma jangan gegabah!" Niko tidak bisa mengejar Nurma saking kencangnya menjalankan motor.
Niko pun celingukan mencari kendaraan karena tidak ada kendaraan lain selain motor yang di pakai istrinya. Hingga Niko melihat tukang ojek pangkalan yang sedang memperhatikan pertengkaran keduanya.
"Sepertinya mereka berantem lagi gara-gara wanita," ujar salah satu dari kedua tukang ojek yang mendengar pertengkaran keduanya.
"Kau benar, dan ini bukan untuk pertama kalinya. Bli Niko memang mata keranjang. Mbak Nurma nya juga buta mata sampai terus mempertahankan buaya itu." perkataannya di angguki oleh kawannya.
"Eh, bli Niko berjalan kesini." lalu keduanya diam tidak melanjutkan obrolannya.
"Bli, tolong kejar motor istri saya. Dia mau berbuat nekat pada orang lain yang tidak salah apa-apa. Ayo beli!" Niko langsung naik ke atas motor lalu menepuk-nepuk pundak punggung tukang ojeknya.
"Baik, bli." tukang ojek yang tadi membicarakan mereka pun menjalankan motornya mengejar Nurma.
******
Berhubung waktu sudah masuk magrib, Diana bersiap beribadah shalat magrib. Dia berwudhu dengan khusus mulai membasuh wajahnya hingga membasuh kakinya.
Setelah selesai wudhu, Diana menghamparkan sejadah menghadap kiblat. Dengan mengucapkan bismillah, Diana memakai kain putih yang di gunakan ibadah. Kemudian shalat penuh kekhusuan.
Namun, baru saja rakaat pertama dia mendengar keributan di depan. Berhubung dirinya sedang melakukan ibadah, maka ia mencoba tetap fokus pada ibadahnya.
Nurma mematikan motornya setelah tiba di depan toko Diana. Tempat dimana Diana tinggal. "Hei janda murahan pelakor, keluar kau!" teriaknya membuat para warga yang lewat menatap heran.
"Ada apa ini Mbak? kenapa kau teriak-teriak tidak jelas di depan rumah orang?" tanya salah satu dari warga yang terganggu oleh teriakan Nurma.
"Bagaimana saya tidak teriak sedangkan orang yang ada didalam sana terang-terangan menggoda bli Niko. Dia itu pelakor murahan," pekik Nurma marah.
"Jangan percaya pada omongan Nurma, Mbak Diana tidak pernah menggoda saya," cegah Niko baru tiba dan segera mencegah agar semua orang tidak percaya.
"Bli ini kenapa terus membelanya, hah? Jelas-jelas dia itu murahan. Dan ini bukan fitnah! Bli Niko sendiri sudah tergoda oleh janda itu! Bli sudah selingkuh dengannya! Saya sendiri melihat Bli Niko terus mendekati wanita itu dan dia juga tidak bisa memaksa harga dirinya."
"Saya akui saya memang ingin memperistrinya, tapi Mbak Diana tidak tahu apapun. Dia sering menolak saya. Sudahlah, Nurma. Jangan buat kekacauan," Niko berharap Nurma tidak membuat ulah.
"Ini sudah tidak bisa di biarkan, keberadaan janda muda itu juga membuat suami saya terus meliriknya," sahut wanita yang juga kesal pada Diana.
"Kau benar, kita usir saja dia daripada para pria tergoda olehnya." usul Nurma mengompori yang lainnya.
"Betul, betul, saya setuju itu."
"Kita usir penjual bunga itu dari sini!" teriak para warga. Mereka sudah terprovokasi oleh Nurma.
"Jangan gegabah, dia itu perempuan baik-baik. Tidak sepantasnya kita menghakimi orang yang tidak salah," cegah Niko menghadang orang-orang mendekati rumah Diana.
"Minggir bli! Jangan cegah kita memberi dia pelajaran." usir Nurma mendorong tubuh suaminya. Saking kesalnya, dia sampai mengambil pot bunga dan melemparkannya ke kaca.
Prang...
Sedangkan Diana masih khusu melakukan shalat rakaat terakhir.
"Usir janda itu dari sini!" beberapa warga lebih tepatnya ibu-ibu berdemo di depan rumah Diana. Sebagian sudah menggedor pintu rumahnya.
"Tukang bunga, keluar kau! Jangan bersembunyi!" teriak Nurma murka.
"Jangan main hakim sendiri, mbak-mbak!" bli Niko khawatir pada Diana dan berusaha mencegah Nurma dan yang lainnya.
"Halah, bli bisa jadi bersekongkol dengan penjual bunga itu. Makanya bli segitu membelanya." Sahut seorang wanita gendut memakai baju daster. Sepertinya itu orang juga korban suaminya yang menyukai Diana.
"Benar, bisa jadi bli Niko sudah di beri kepuasan olehnya," seru Nurma mendelik tajam.
"Astaghfirullah, saya tidak seperti itu, Nurma."
Diana mengucap salam ke kanan dan ke kiri, lalu tangannya menengadah berdoa khusu. Kemudian mengusapkan nya ke wajah.
"Astaghfirullah, apa yang terjadi di depan? kenapa ada keributan di waktu magrib begini?" gumam Diana melipatkan sejadahnya lalu menyimpannya di atas tempat tidur.
Diana tidak habis pikir ada orang seperti itu. Setidaknya jangan di waktu magrib juga. Dia terus mengucapkan dzikir dalam hati berharap perlindungan dari dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang. Dirinya masih mengenakan kain putih alias mukenanya.
"Dobrak saja pintunya dan seret dia keluar dari sini!" teriak Nurma mengompori.
Di saat yang lain hendak melakukan ucapan Nurma untuk mendobrak pintu, pintu itu terbuka dari dalam menampilkan sosok wanita cantik bagaikan bidadari mengenakan kain putih.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Diana lembut sehingga semua orang menengok ke asal suara.
Namun, yang membuat heran adalah semua orang terdiam mematung menatap Diana dengan tatapan kaget.
"Se-se-setan..." teriak semua orang menyangka Diana setan karena mengenakan mukena putih, wajahnya pucat namun masih terlihat cantik.
"Aakkhhh... Setan mana yang telah singgah di sini?" teriak Nurma menjerit kaget.
********
Catatan :
Secara demografis Bali memiliki penduduk sekitar 4 juta jiwa dengan 83.5% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha (0.54%), Islam (13.37%), Kristen Protestan (1.66%), Katolik (0.88%), Konghucu (0.01%), dan Aliran Kepercayaan (0.01%).