NovelToon NovelToon
Dinikahi Sang Duda Kaya

Dinikahi Sang Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Duda / Nikah Kontrak / Berbaikan
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Savana Liora

​Kiana Elvaretta tidak butuh pangeran. Di usia tiga puluh, dia sudah memiliki kerajaan bisnis logistiknya sendiri. Baginya, laki-laki hanyalah gangguan—terutama setelah mantan suaminya mencoba menghancurkan hidupnya.

​Namun, demi mengamankan warisan sang kakek, Kiana harus menikah lagi dalam 30 hari. Pilihannya jatuh pada Gavin Ardiman, duda beranak satu yang juga rival bisnis paling dingin di ibu kota.

​"Aku tidak butuh uangmu, Gavin. Aku hanya butuh statusmu selama satu tahun," cetus Kiana sambil menyodorkan kontrak pra-nikah setebal sepuluh halaman.

​Gavin setuju, berpikir bahwa memiliki istri yang tidak menuntut cinta akan mempermudah hidupnya. Namun, dia salah besar. Kiana tidak datang untuk menjadi ibu rumah tangga yang penurut. Dia datang untuk menguasai rumah, memenangkan hati putrinya yang pemberontak dengan cara yang tak terduga, dan perlahan... meruntuhkan tembok es di hati Gavin.

​Saat g4irah mulai merusak klausul kontrak, siapakah yang akan menyerah lebih dulu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Liora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

​Bab 20: Peniti Emas & Tepuk Tangan

​"Minggir. Beri dia ruang buat napas."

​Suara Kiana tenang, tapi otoritas yang terkandung di dalamnya membuat kerumunan panitia dan guru yang panik langsung mundur dua langkah.

​Kiana tidak membuang waktu untuk menenangkan Alea dengan kata-kata manis. Dia berlutut di lantai yang kotor, tepat di depan putrinya yang sedang menangis histeris. Tangan Kiana bergerak cepat membuka tas kerjanya yang besar.

​"Gavin, pegang bahu Alea. Tegakkan badannya. Jangan biarkan dia goyang," perintah Kiana tanpa menoleh.

​"Ki? Kamu mau ngapain? Itu nggak bisa cuma dipeniti!" seru Gavin panik, keringat dingin bercucuran di dahinya. "Kita harus cari kostum cadangan! Atau..."

​"Diam," desis Kiana. "Kostum cadangan nggak ada yang pas. Dan penonton di luar nggak akan nunggu."

​Dari dalam tasnya, Kiana mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna perak. Itu adalah travel sewing kit—perlengkapan jahit darurat yang selalu dia bawa saat perjalanan bisnis ke luar negeri, antisipasi jika kancing kemejanya lepas saat meeting dengan klien penting.

​"Alea, dengerin Tante," suara Kiana rendah namun tegas, memotong isak tangis Alea. "Tarik napas. Tahan. Buang. Lakukan sekarang."

​Alea menurut secara refleks, meski dadanya masih terguncang. Dia menatap Kiana dengan mata basah dan penuh harap.

​"Sakit nggak?" tanya Alea lirih saat melihat Kiana memasukkan benang ke lubang jarum dengan kecepatan tangan yang luar biasa—hasil latihan bertahun-tahun menjahit karung goni di gudang saat merintis usaha dari nol.

​"Nggak akan, kalau kamu diam kayak patung," jawab Kiana.

​"Dua menit lagi! Musik intro sudah mulai!" teriak MC dari balik tirai, suaranya makin membuat jantung Gavin mau copot.

​"Kiana... nggak bakal keburu..." bisik Gavin pesimis.

​"Aku bilang diam, Gavin," Kiana menatap suaminya sekilas dengan tatapan membunuh, lalu kembali fokus pada kain satin biru itu.

​Kiana tidak menjahitnya kembali seperti semula—itu butuh waktu lama dan hasilnya pasti jelek. Otak bisnis dan seninya bekerja simultan. 

Dia melakukan teknik draping dadakan. Dia menarik bagian rok yang robek, melipatnya ke atas secara asimetris, menciptakan layer baru yang artistik, seolah-olah itu memang desain aslinya.

​Tusuk. Tarik. Simpul. Tusuk. Tarik. Simpul.

​Gerakan tangan Kiana cepat, kasar, tapi presisi. Keringat dingin menetes di pelipisnya, tapi tangannya sama sekali tidak gemetar.

​"Sedikit lagi," gumam Kiana.

​Robekan itu tertutup lipatan kain yang cantik. Namun, jahitannya masih terlihat kasar karena benangnya beda warna sedikit. Kiana butuh kamuflase.

​Dia meraba kerah blazer-nya sendiri. Di sana tersemat sebuah bros emas berbentuk bunga matahari bertahta berlian kecil. Bros antik peninggalan neneknya, harganya mungkin bisa buat beli motor baru.

​Tanpa ragu sedetik pun, Kiana melepas bros mahal itu.

​"Ini sentuhan terakhir," bisik Kiana.

​Dia menusukkan bros emas itu tepat di pusat lipatan jahitan darurat tadi, menutupi benang yang kasar sekaligus mengunci lipatan kain agar tidak lepas saat Alea bergerak.

​Hasilnya?

​Gaun itu justru terlihat lebih couture dan unik. Aksen bros emas di pinggul memberikan kesan mewah dan agung, sangat cocok untuk peran putri kerajaan.

​"Selesai," Kiana berdiri, napasnya sedikit terengah. Dia menepuk rok Alea pelan. "Sempurna."

​"Satu menit! Alea mana?!" Pintu tirai dibuka kasar oleh panitia yang wajahnya sudah pucat.

​Kiana memegang kedua bahu Alea, menatap mata anak itu lekat-lekat. Dia menghapus sisa air mata di pipi Alea dengan ibu jarinya.

​"Dengar, Alea. Gaun kamu nggak robek. Itu model baru. Limited edition. Cuma kamu yang punya di dunia ini," ucap Kiana tegas, menanamkan sugesti positif. "Sekarang keluar sana. Bikin mereka nyesel kalau kedip. Tunjukkan kalau kamu bosnya."

​Alea menunduk, menatap gaunnya yang kini ada hiasan emas berkilau. Dia menatap Kiana yang tersenyum yakin, lalu menatap Papanya yang mengangguk menyemangati.

​Air matanya berhenti total. Rasa takutnya menguap, digantikan oleh perasaan spesial. Dia punya gaun custom buatan Tante Kiana.

​"Oke!" seru Alea mantap.

​Dia berbalik badan, dagunya terangkat tinggi, dan berlari kecil menuju panggung tepat saat namanya dipanggil.

​"Kita sambut... Putri Salju!"

​Tepuk tangan membahana dari luar sana.

​Di belakang panggung, Gavin merosot lemas di kursi plastik reyot. Dia menyeka keringat di dahinya dengan lengan jas. Jantungnya serasa baru saja lari maraton.

​"Kamu..." Gavin menatap Kiana dengan tatapan takjub yang luar biasa, seolah Kiana baru saja melakukan operasi bedah jantung dengan sendok makan. "Kamu bawa alat jahit ke pentas seni?"

​Kiana menutup tasnya dengan santai, kembali ke mode cool seolah tidak terjadi apa-apa.

​"Seorang CEO harus selalu siap menghadapi kegagalan struktural, Gavin," jawab Kiana sambil mengibas debu di celana Loro Piana-nya. "Entah itu keruntuhan pasar saham, atau rok anak SD yang robek. Prinsipnya sama: tambal, poles, jual lagi dengan harga lebih tinggi."

​Gavin tertawa lega, tawa yang lepas dan bahagia. Tanpa sadar, dia berdiri dan menarik Kiana ke dalam pelukan singkat tapi erat.

​"Terima kasih," bisik Gavin di telinga Kiana. "Kamu penyelamat. Saya nggak tahu harus ngapain tadi."

​Tubuh Kiana menegang sejenak. Dia tidak terbiasa dipeluk. Tapi aroma musk dari jas Gavin dan kehangatan tubuh pria itu membuatnya rileks. Dia tidak menolak. Dia membiarkan dirinya bersandar sebentar di dada bidang itu.

​"Sama-sama," jawab Kiana pelan, melepaskan diri dengan canggung. "Sekarang ayo ke depan. Aku mau lihat investasi jahitanku beraksi. Sayang kalau bros itu hilang."

​Gavin tersenyum lebar, menggandeng tangan Kiana (yang kali ini tidak ditepis) menuju sayap panggung untuk menonton.

​Di atas panggung, Alea tampil memukau.

​Dia tidak lupa naskah. Dia mengucapkan setiap kalimat dengan lantang dan penuh percaya diri. Saat adegan makan apel beracun, dia jatuh dengan dramatis—memastikan sisi gaun yang ada brosnya menghadap penonton agar berkilau terkena lampu sorot.

​Dan saat Pangeran (Dino yang terpaksa jadi Pangeran) membangunkannya, Alea bangun dengan anggun, mengibaskan roknya, dan tersenyum sinis pada Dino seolah berkata: Liat kan? Gue keren.

​Penonton bersorak. Ibu-ibu sosialita di barisan depan bertepuk tangan kagum. Bu Siska bahkan terlihat iri melihat bros emas di gaun Alea.

​Gavin merekam semuanya dengan HP, matanya berkaca-kaca. Bapak-bapak bangga mode on.

​"Dia hebat ya," gumam Gavin.

​"Jelas. Mentornya siapa dulu," sahut Kiana bangga.

​Pertunjukan selesai. Para pemain berbaris untuk curtain call. Alea berdiri di tengah, menerima buket bunga, lalu melambaikan tangan ke arah Gavin dan Kiana di sayap panggung.

​Begitu tirai ditutup, Alea langsung lari turun panggung.

​"Papa! Tante!"

​Alea berlari kencang ke arah mereka. Gavin sudah merentangkan tangan, siap menangkap putri kecilnya.

​Tapi Alea tidak lari ke Gavin.

​Dia melewati Gavin begitu saja, dan langsung menabrak kaki Kiana, memeluk pinggang wanita itu erat-erat.

​"Tante! Aku berhasil! Tadi Dino bengong liat bajuku!" cerocos Alea dengan mata berbinar-binar, mendongak menatap Kiana.

​Gavin yang sudah siap memeluk angin, hanya bisa tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia kalah populer hari ini.

​Kiana tersenyum, mengusap kepala Alea. Ada rasa hangat yang menjalar di dadanya. Rasa yang lebih memabukkan daripada kemenangan tender proyek miliaran. Rasa... diterima.

​"Selamat, Tuan Putri," kata Kiana lembut. "Kamu keren."

​Suasana di belakang panggung itu penuh tawa dan kebahagiaan. Gavin bergabung memeluk mereka berdua, menciptakan group hug kecil yang hangat. Rasanya sempurna. Masalah sekolah selesai, Alea bahagia, dan hubungan mereka bertiga semakin solid.

​Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama.

​Kring!Kring!Kring!

​Ponsel Kiana di dalam tas berdering nyaring, nada dering khusus untuk keadaan darurat kantor.

​Kiana melepaskan pelukannya, merogoh tas dengan kening berkerut. "Sebentar. Mandor gudang telepon. Tumben."

​Gavin dan Alea menunggu sambil tersenyum.

​Kiana mengangkat telepon itu. "Halo, Pak Ujang? Ada apa? Saya lagi di..."

​Senyum di wajah Kiana lenyap seketika.

​Wajahnya yang tadi berseri-seri, berubah pucat, lalu mengeras menjadi topeng kemarahan yang dingin. Matanya membelalak tak percaya.

​"Apa maksud Bapak?! Bagaimana bisa?!" bentak Kiana, suaranya naik satu oktaf, membuat orang-orang di sekitar mereka menoleh kaget.

​Gavin langsung siaga. "Kiana? Ada apa?"

​Kiana mengabaikan Gavin. Dia mendengarkan laporan di telepon dengan napas memburu.

​"Api sudah melahap Gudang A, Bu! Tiga truk kontainer meledak! Pemadam kebakaran belum sampai! Dan... dan kami menemukan jerigen bensin di lokasi titik api. Ini bukan kecelakaan, Bu. Ada yang sengaja bakar!"

​Suara Pak Ujang terdengar histeris di seberang sana, berlatar belakang suara sirine dan teriakan orang-orang panik.

​Tangan Kiana gemetar memegang ponsel. Gudang A. Itu gudang utama. Pusat distribusi barang-barang elektronik impor yang nilainya ratusan miliar. Dan sabotase?

​Kiana mematikan telepon dengan kasar. Dia menatap Gavin dengan wajah tegang, sorot matanya menyala nyalang.

​"Gavin," suara Kiana rendah, berbahaya. "Gudang utama saya kebakaran. Ada yang menyabotase."

​Senyum Gavin hilang. Wajahnya berubah serius seketika. Mode CEO aktif.

​"Kita ke sana sekarang," kata Gavin tegas. "Alea ikut kita atau..."

​"Titip Alea ke Bi Inah. Ini berbahaya," potong Kiana cepat. Dia sudah berbalik badan, melangkah lebar menuju pintu keluar dengan aura perang yang pekat.

1
Nor aisyah Fitriani
lanjuttt
Savana Liora
mantap kak
Savana Liora
asiaaapp
Nor aisyah Fitriani
uppp teruss seharian cuma nungguin kirana
Nischa
yeayyy akhirnya kiana sadar juga dengan perasaan nyaaa, uhhh jadi ga sabar kelanjutannya😍
Savana Liora
😄😄😄 iya, mantap kiana ya
shenina
😍😍
shenina
woah badass kiana 👍👍
shenina
🤭🤭
Savana Liora: halo. terimakasih udah baca
total 1 replies
shenina
👍👍
Savana Liora: makasih ya 😍😍
total 1 replies
Savana Liora
hahahaha
Nor aisyah Fitriani
upp teeuss thorr baguss
Savana Liora: asiaaap kk
total 1 replies
Nischa
lanjut thorr, ga sabar kelanjutannya🥰
Savana Liora: sabar ya. lagi edit edit isi bab biar cetar
total 1 replies
Nischa
cieee udah ada rasa nih kyknya, sekhawatir itu sm Gavin😄
Savana Liora: hahahaha
total 1 replies
Nor aisyah Fitriani
upp kak cerita nya baguss
Savana Liora: bab 26 udah up ya kak
total 1 replies
Nor aisyah Fitriani
baguss bangett
Savana Liora: makasih kak.😍 selamat membaca ya
total 1 replies
Feni Puji Pajarwati
mantap Thor...ceritanya gak kaleng2...maju terus buat karya nya...semangat...
Savana Liora: terima kasih supportnya kakak
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
next thor👍
vote untuk mu
Savana Liora: makasih kak. happy reading ya
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
🤩🤩🤩
Savana Liora: Terima kasih dah mampir kak
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
🤭🤭
Savana Liora: iya kak. harus tetap semangat. 💪
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!