Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#35
Celine duduk seorang diri di meja kerjanya. Jika sedang jam mengajar, maka lobby sekolah akan kosong, hanya dirinya. Sesekali Celine berdiri dan mencuri pandang ke arah luar. Hatinya seakan berharap ada seseorang di sana. Namun, ia tak menemukan siapa-siapa.
Duggg
“Apa kamu merindukannya juga?” tanya Celine sambil memegang perut dan mengelusnya. Belakangan ini ia sudah mulai merasakan tendangan dari anak yang ada dalam kandungannya, meskipun belum terlalu kencang.
Celine juga sengaja menggunakan dress yang berukuran agak besar, supaya Rhys tak melihatnya kemarin itu. Dan memang hingga hari ini, pria itu tak terlihat lagi.
Meskipun ia tenang dan lega, tapi hatinya tak dapat berbohong kalau ia juga merindukannya. Ia memejamkan matanya dan berharap Rhys ada di hadapannya, meskipun berada jauh. Apa mungkin ini karena ia sedang hamil? Bukankah bawaan bayi ada-ada saja?
**
Rhys yang baru sampai kembali di Kota Helsinki, langsung meminta supir untuk mengantarkannya ke Perusahaan Alban. Ia tidak tenang jika belum memeriksa sendiri masalah apa yang sebenarnya terjadi.
“Van, kami akan masuk melalui basemen dan menggunakan lift pribadi,” kata Finn. Ia ingin Revan bersiap dan tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam ruangan milik Rhys.
Revan langsung meletakkan data-data yang ia miliki di atas meja milik Rhys. Setelahnya, ia keluar dan tidak lupa untuk mengunci pintu ruangan itu.
Rhys dan Finn masuk ke dalam lift khusus melalui basemen. Untung saja saat itu basemen sedang sepi karena memang sedang jam kerja, sehingga tak akan ada yang melihat kedatangan mereka berdua.
“Apa Revan sudah menyiapkan semuanya?” tanya Rhys.
“Sudah. Ia mengirim pesan bahwa ia telah meletakkan semua bukti yang dimiliki oleh para pemegang saham di atas mejamu. Kita akan langsung memeriksanya hari ini,” kata Finn.
“Baiklah. Aku juga tidak ingin berlama-lama di sini. Aku pastikan kita akan segera menangkap orang yang ingin bermain-main denganku,” kata Rhys sambil mengepalkan tangan.
Mereka masuk ke dalam ruangan Rhys dengan menggunakan lift khusus dari basemen. Rhys langsung menghampiri mejanya dn melihat setumpuk berkas yang diletakkan oleh Revan.
“Kamu periksa setengah, aku setengah,” kata Rhys dengan cepat.
“Oke,” Finn langsung mengambil setengah berkas itu dan duduk di sofa. Mereka berdua mulai meneliti dan memeriksa setiap laporan dan mencocokkannya dengan laporan yang mereka miliki.
“Aku yakin, ada orang bagian keuangan yang melakukan ini. Dan ia tak bekerja sendiri,” kata Finn.
“Kamu benar. Semua data yang tertera di sini harus atas persetujuan supervisor, manager, hingga direktur keuangan.”
Finn terdiam kemudian melihat ke arah Rhys, “apa kamu mencurigai Uncle Ronald?”
“Menurutmu?”
“Jika memang dia turut andil dalam hal ini, tega sekali dia melakukannya. Bukankah ini akan menghancurkan Perusahaan Alban?”
“Aku tidak tahu, Finn. Aku akan mencoba memeriksa CCTV di bagian keuangan,” kata Rhys.
“Untung saja kita memasang CCTV tanam yang tak terlihat oleh siapapun sehingga mereka tak tahu kalau mereka sedang berada dalam pengawasan,” kata Finn bangga.
Rhys tersenyum tipis dan menganggukkan kepala. Rhys memang sengaja memasang CCTV tanam agar ia bisa melihat mana pegawai yang jujur dan mana yang tidak. Ia tak ingin pegawainya berlaku baik dan jujur hanya ketika diperhatikan.
“Kamu cek CCTV saja, biar aku yang memeriksa laporan,” kata Finn.
“Baiklah, kita bagi tugas biar lebih cepat selesai,” kata Rhys.
Finn menganggukkan kepala dan mulai melanjutkan pekerjaannya. Mereka menghabiskan waktu hingga tengah malam dan Finn juga meminta Revan untuk membelikan mereka makanan, tapi jangan sampai ada yang tahu.
**
Uncle Ronald duduk sambil melihat ponsel, memperhatikan hasil kerjanya kali ini. Ia merasa sangat bangga dengan apa yang telah dicapainya saat ini.
“Aku akan menghancurkanmu, Rhys! Kalian keluarga Alban, tak memikirkanku. Aku tahu mereka sudah pernah memberiku sebuah perusahaan dan aku gagal. Tapi itu karena kalian memberiku perusahaan kecil!!” teriak Uncle Ronald di dalam ruangannya sendiri.
Ia tak ingin hanya diberi perusahaan kecil, ia ingin Perusahaan Alban. Ia ingin perusahaan besar. Menurutnya di dalam perusahaan besar akan lebih banyak orang yang berkompeten sehingga akan membuat perusahaan menjadi lebih maju.
“Lihat saja, aku akan mengambil alih semuanya. Aku yakin para pemegang saham akan segera mengambil keputusan. Mereka tak akan mau dipimpin oleh seorang pencuri uang mereka,” gumam Uncle Ronald.
Hari sudah menjelang siang, sementara Rhys dan Finn masih berkutat dengan pekerjaan mereka untuk mencari semua bukti.
“Bagaimana, Finn?” tanya Rhys.
“Sudah. Aku sudah menyelesaikan semuanya. Bahkan aku menemukan ke mana aliran dana itu sebenarnya.”
“Kamu memang hebat!” Rhys menepuk bahu sahabatnya itu.
“Lalu, apa yang kamu temukan?” tanya Finn.
“Tentu saja semuanya,” kata Rhys tersenyum.
“Aku tak pernah menyangka bahwa ia akan melakukan sesuatu hingga sejauh ini. Apa yang ia inginkan sebenarnya?”
“Grandpa pernah mengatakan kalau aku harus berhati-hati padanya, tapi aku tak terlalu mengerti. Tapi kini aku mengerti kenapa Grandpa berkata seperti itu. Aku tak menyangka bahwa ia akan menusukku dari belakang.”
“Sebentar lagi ia akan mengadakan meeting bersama dengan para pemegang saham. Apa kita akan langsung ke sana?” tanya Finn.
“Biarkan dia menikmatinya dulu. Ketika ia sudah merasa tinggi dan menang, kita akan langsung menjatuhkannya. Biar ia merasakan sakit tak terkira,” jawab Rhys.
“Ternyata kamu kejam juga ya,” goda Finn.
“Memang! Baru tahu?” Rhys tertawa, meskipun saat ini tubuhnya sangat lelah karena ia belum beristirahat sejak kembali dari Swiss.
**
“Kita mulai saja meetingnya,” kata Uncle Ronald yang menjadi pemimpin dalam acara meeting tersebut.
Sebelumnya, ia sudah mendatangi satu-persatu para direksi dan juga pemegang saham. Ia membuat pernyataan-pernyataan yang akan semakin memojokkan Rhys. Ia bahkan mengatakan bahwa kepergian Rhys kali ini adalah untuk menyimpan uangnya di luar negeri.
“Ya, kita mulai saja!” teriak salah satu pemegang saham.
Mereka pun mulai membahas laporan keuangan yang terlihat di sebuah layar besar. Mereka mencari semua kesalahan yang ada di sana dan Uncle Ronald mulai memanas-manasi seluruh pemegang saham.
“Sebaiknya kita ganti saja posisi Rhys. Ia terlalu muda dan masih labil,” kata Uncle Ronald.
“Benar! Sebaiknya kita turunkan saja dia. Kita lakukan pemungutan suara untuk mencari siapa yang paling pantas untuk menduduki jabatan itu.”
Mereka kembali membahas rencana-rencana ke depan dan akan memulai pemungutan suara ketika tiba-tiba pintu ruang meeting terbuka.
🌹🌹🌹