"Aku mengutukmu, Putri! Kau tidak akan pernah hidup bahagia setelah menjadi istri durhaka!"
Nafsu yang membuat seorang istri memilih pada jalan untuk mengkhianati ikatan suci pernikahan telah membuat wanita bernama Putri Wardhani harus menanggung karma dari perbuatannya.
Apa yang membuat seorang istri memilih untuk menjadi istri tak setia! Apakah karma yang didapatkannya setelah menjadi istri durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Obat penunda kehamilan dan pengaman
Sementara itu, Putri yang dari tadi tidak berhenti mendesah, mendadak mengingat sesuatu hal yang sangat penting dan refleks langsung menarik diri hingga tubuhnya jatuh terhempas sofa.
"Arya, berhenti!"
Arya yang merasa sangat terkejut, kini bunyi gemeretak gigi dan rahangnya mulai terdengar dengan jelas menandakan bahwa saat ini benar-benar sangat kesal.
"Astaga, ada apa?"
"Kamu harus pakai pengaman karena aku tidak ingin hamil! Bukankah kamu ingin kita berhubungan diam-diam sampai aku diceraikan? Jadi, belikan aku obat penunda kehamilan sekarang!" ucap Putri yang saat merasa sangat khawatir jika perbuatan Arya tadi membuatnya hamil.
"Astaga, Sayang. Aku sudah hampir keluar sebentar lagi. Mana mungkin kamu menyuruhku untuk membeli pengaman," umpat Arya yang saat ini merasa kepalanya seperti mau meledak karena menahan sesuatu yang hampir keluar.
"Baiklah. Aku pergi sendiri saja untuk membeli obat penunda kehamilan!" ucap Putri yang merasa sangat kesal karena ia benar-benar takut jika sampai hamil.
Apalagi ia tadi sudah melupakan sesuatu yang sangat penting mengenai obat penunda kehamilan dan juga pengaman karena terbakar gairah. Setelah mendengar perintah Arya, ia berpikir harus menjaga diri agar tidak hamil sampai bercerai dengan suaminya karena ingin merebut hati calon mertuanya nanti.
Ia tidak ingin hamil sebelum menikah dengan Arya, agar tidak dianggap sebagai seorang wanita murahan oleh orang tua pria yang sangat digilainya tersebut.
Sementara itu, Arya yang melihat sosok wanita beranjak dari sofa, kini membuat ia mengumpat kasar.
"****! Aku harus menunda lagi gara-gara masalah obat penunda kehamilan dan pengaman."
Tidak ingin Putri pergi keluar sendiri malam-malam, Arya buru-buru bangkit dari posisinya setelah memakai celananya dan menghampiri Putri yang terlihat baru saja keluar dari kamar mandi.
Tentu saja ia bisa melihat Putri sudah berpakaian lengkap dan membuatnya langsung menahan wanita yang hendak pergi tersebut.
"Biar aku yang pergi ke apotek untuk membelinya. Aku tidak akan pernah membiarkan wanitaku pergi sendirian malam-malam begini. Tunggulah di hotel dan jangan keluar, oke!"
Arya mengecup lembut kening Putri dan meraih kemeja miliknya yang teronggok di lantai dari tadi. Kemudian tanpa menunggu sang kekasih menanggapinya, sudah berjalan keluar dari ruangan kamar hotel tersebut.
Sementara itu, Putri yang saat ini masih berdiri diam di tempatnya, merasa bersalah pada sosok pria yang terlihat sangat mencintainya dan selalu bersabar dengannya.
Rasa bersalah kini menyeruak di dalam dirinya hingga membuatnya merasa sangat iba pada Arya.
"Maafkan aku, Arya. Aku melakukan ini demi kebaikan kita. Untuk sementara, aku hanya bisa melakukan ini. Entah akan seperti apa nasib kita, biarlah waktu yang akan menjawabnya," ucap Putri yang kini sudah mendaratkan tubuhnya di atas ranjang yang meninggalkan aroma percintaan mereka.
***
Setelah setengah jam meninggalkan hotel karena membeli obat penunda kehamilan dan pengaman, Arya yang saat ini baru saja turun dari mobil, membawa paper bag di tangan dah berjalan ke arah loby.
Tak lupa ia sudah sibuk memijat pelipis karena menahan gairah tertahan akibat belum merasakan puncak kenikmatan saat bercinta tadi.
"Sabar, Arya. Sebentar lagi, kau bisa memuaskan hasratmu pada Putri. Gara-gara mama menelpon tadi, membuatku lama di apotik. Untungnya mama mau mengerti dan mengizinkanku menginap di apartemen Rendi untuk mengarang sebuah kebohongan.
"Mama sangat cerewet. Padahal aku adalah seorang laki-laki dan sudah dewasa. Untung tadi ia percaya pada alasanku yang mengarang kebohongan bahwa Rendi yang memintaku menginap di apartemennya."
Arya terlihat berbicara sendiri seperti orang gila saat berada di dalam lift yang menuju ke lantai presidential suite room dan menatap ke arah angka digital yang saat ini berjalan.
Hingga saat denting lift berbunyi dan pintu kotak besi tersebut terbuka, kini ia sudah melangkah keluar dan berjalan menuju ke arah ruangan kamar hotel.
Saat ia baru saja menempelkan guest key, ia membuka pintu dan berjalan menuju ke dalam. Ia kali ini benar-benar sangat terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya.
"Astaga! Tega sekali ia meninggalkan aku sendirian dengan asyik mimpi indah."
Awalnya, Arya yang merasa sangat kesal, ingin sekali membangunkan Putri, tapi begitu melihat sosok wanita yang berada di atas ranjang tersebut terlihat sangat pulas, membuatnya tidak tega.
Ia bahkan sangat berhati-hati saat menaruh paper bag di atas nakas dan melihat isi di dalamnya ada banyak pengaman dan juga obat penunda kehamilan.
Arya yang kini memilih untuk mendaratkan tubuhnya di atas ranjang sebelah kiri Putri, kini menatap intens wajah cantik itu dan saat pandangannya terhalang anak rambut di dahi wanita yang terlihat masih bernapas teratur tersebut, ia sudah menepikannya agar lebih leluasa.
'Sepertinya ia sangat lelah, tapi bagaimana dengan obat penunda kehamilannya? Apa aku biarkan saja ia tidur sampai pagi?'
Masih sibuk menerka-nerka apa yang saat ini dikhawatirkan olehnya, Arya tidak ingin mengambil pusing karena malah akan membuatnya didera kekesalan yang luar biasa.
'Lebih baik sekarang aku tidur dan tidak memikirkan hal lainnya karena kepalaku rasanya sangat pusing karena tidak menyelesaikan percintaan kami.'
Arya yang sudah selesai membersihkan diri, kini memilih untuk melepaskan kemeja miliknya dan bertelanjang dada. Kemudian sudah naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah wanita di bawah selimut tebal berwarna putih tersebut.
Niatnya adalah ingin tidur dengan posisi memeluk erat tubuh ramping Putri, tetapi tidak jadi melakukannya begitu mendengar suara serak dari wanita yang terlihat perlahan membuka mata tersebut.
Putri yang merasa terganggu karena sebuah pergerakan di atas ranjang dan sekaligus membuatnya terkejut, kini bersitatap dengan iris tajam pria yang ada di hadapannya.
"Kamu sudah kembali, Arya? Maaf, aku tadi ketiduran karena menunggumu. Kamu bawa obatnya, kan?" ucap Putri yang dari tadi menunggu obat penunda kehamilan karena ingin segera meminumnya.
Ia berharap tidak terlambat dan tidak hamil karena meskipun sebenarnya benih dari Arya adalah hal yang paling diinginkan olehnya, tetapi belum siap untuk menanggung resiko besar yang mungkin akan dihadapi jika sekarang hamil sebelum sah menjadi istri pria tampan di hadapannya.
Harapan Arya untuk tidak membangunkan Putri, agar tidak minum obat penunda kehamilan, seolah sia-sia belaka begitu melihat wanita itu sudah bangkit dari posisi yang semula berbaring di atas ranjang dan menoleh ke arah nakas.
"Iya, obatnya ada di situ, Sayang. Aku tadi baru datang dan akan membangunkanmu dengan hati-hati agar tidak terkejut, tapi ternyata kamu sudah bangun."
Putri yang sudah mengambil obat penunda kehamilan, buru-buru langsung meminumnya dan meneguk satu gelas air. Berharap obat yang ditelannya segera larut dan bekerja untuk menghalangi proses pembuahan di rahimnya.
'Semoga aku tidak terlambat,' lirih Putri di dalam hati dan kini kembali menaruh gelas di tempatnya.
To be continued...
good job author anda orang pertama yg bisa buat gua baca novel sampai emosi dan hampir banting hp gua👍😤