Rhaella Delyth adalah seorang gadis cantik dengan kepribadian dingin dan ekspresi wajah yang selalu datar. Meskipun berasal dari keluarga terpandang, kehidupan yang ia jalani jauh dari kata bahagia. Kehadirannya di dunia tidak pernah diharapkan, membuatnya tumbuh dengan hati yang keras dan kesulitan untuk mempercayai orang lain.
Sementara itu, Gabriel adalah seorang pemuda tampan dan berkarisma yang lahir di lingkungan keluarga kaya dan berpengaruh. Di balik pesonanya, ia memiliki sifat dingin, tak mudah didekati, serta sisi kejam yang tidak banyak diketahui orang.
Bagaimana kisah pertemuan mereka bermula? Ikuti perjalanan mereka dalam cerita ini, yang penuh dengan intrik dan adegan penuh ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Setelah drama mereka tadi di kantin, kini Gabriel sedang sedang berada di rooftop bersama dengan ke 4 sahabatnya. Di ingin tahu siapa yang sudah berani ingin melukai kekasihnya, mereka sengaja melakukan itu saat Rhaella tidak sedang bersama dirinya.
"Jadi?" Tanya Gabriel to the poin pada ke empat Sahabatnya.
"Dari hasil yang mereka dapat, ternyata mereka di bayar oleh seseorang" jawab Merrit.
"Dan para preman itu nggak tahu siapa nama mereka" lanjut kembali Merrit.
"Mereka? Lebih dari satu?" Gabriel bertanya dan di angguki oleh Merrit dan yang lain.
"Saat di tanya mereka memang jujur kalau di bayar tapi mereka ngga tahu siapa nama yang nyuruh mereka, katanya mereka cewe dateng bertiga pake masker katanya, tapi anggota kita berhasil dapetin satu nomor yang di pake sama pesuruh itu buat kirim foto Rhaella, dan setelah gue cek nomor itu ternyata itu adalah nomor Mira" kali ini Rufus yang menjelaskan.
"Gue udah pernah kasih dia peringatan tapi kayanya dia ngga mau gue kasihani" ucap Gabriel tersenyum miring mendengar siapa nama yang berniat menyakiti kekasihnya.
"Apa kita harus kasih dia peringatan yang serius?" Tanya Hans pada Gabriel.
"Suruh mereka bawa Mira di hadapan gue sekarang" ucap Gabriel kemudian dia angguki oleh yang lain. Kemudian Calix pun menghubungi seseorang agar melaksanakan tugasnya untuk membawa Mira ke sini bagaimanapun caranya.
"Gue udah hubungi mereka, sebentar lagi mereka ke sini bawa Mira" Gabriel menganggukkan kepalanya sembari menyesap rokok di tangannya.
Yups, mereka saat ini sedang membolos jam setelah istirahat tadi, mereka akan masuk di jam terakhir saja.
"Tadi lo kemana El, Lo ke sini ngga pake seragam" tanya Hans pada sahabatnya.
"Dari markas WIN" mereka semua pun menganggukkan kepalanya, para sahabatnya sudah tahu jika ketuanya ini adalah seorang keturunan mafia, jadi mereka tidak terkejut jika Gabriel menyebut nama WIN.
"Sebentar lagi kepemimpinan WIN bakal gue ambil alih, gue mau lo semua bersiap karena gue mau kalian yang jadi intinya nanti" ucap Gabriel yang membuat Hans, Rufus dan Calix terkejut kecuali Merrit.
"Anjir.. yang bener lo El?" Tanya Hans yang terkejut mendengar ucapan sahabatnya, Gabriel hanya berdehem membenarkan pertanyaan sahabatnya.
"Astagaa berarti level kita bakal lebih tinggi dong, kita bakal jadi anggota mafia" sambung kembali Rufus yang tak kalah antusias.
"Kita emang bakal jadi anggota mafia, tapi tugas kita juga akan semakin sulit, maka dari itu gue mau lo semua lebih mengasah diri kalian di bidang kalian masing-masing terkhusus Lo Rufus, perkuat lagi keahlian lo di bidang IT" ucap Gabriel pada sahabatnya "Gue bukan meragukan kemampuan lo, hanya saja kita sebentar lagi akan di sahkan menjadi penerus WIN, tugas kita akan semakin berat nggak sama kaya kita saat di geng motor" lanjut Gabriel.
"Iya gue faham El, gue cuma tinggal melalui satu proses lagi buat bisa dapetin gelas paling tinggi di bidang IT" jawab Rufus dan di angguki bangga oleh para sahabatnya.
"Lo semua Minggu depan ikut gue ke markas WIN biar ayah kenalin kalian nanti ke anggotanya"
"Siap bos"
Tak lama setelah pembicaraan mereka selesai mereka mendengar ada beberapa langkah kaki yang saling bersahutan menuju ke arah mereka, mereka semua sudah menduga siapa yang datang, mereka hanya tetap duduk sampai orang yang mereka tunggu sampai di hadapan mereka.
"Lepasin gue, gue bisa jalan sendiri" teriak Mira yang baru saja sampai. Namun saat sampai dia di kejutkan dengan keberadaan Gabriel dan sahabatnya, Mira tiba-tiba meneguk ludahnya sendiri karena ketakutan melihat tatapan tajam dari mata Gabriel.
"Bos kami sudah bawa orangnya" ucap anggota Desmond pada Gabriel.
"Kalian boleh pergi" ucap Gabriel, Anggota yang membawa Mira tadi pun sudah meninggalkan area rooftop dan tinggallah kini Mira dan juga para inti Desmond.
Gabriel masih diam, dia masih menatap tajam Mira yang sedang berdiri di hadapannya, Mira bahkan sekarang sudah berkeringat akibat menahan ketegangan berada di sekitar aura dingin Gabriel dan tatapan intimidasi dari yang lain.
"Apa peringatan gue tempo itu, masih kurang jelas buat lo?" Suara datar dan dingin Gabriel langsung membuat jantung Mira berdegup kencang karna ketakutan. Mira diam tidak menjawab karena lidahnya tiba-tiba saja jadi kaku.
"Gue udah bilang untuk jangan sentuh Rhaella, tapi lo sepertinya nggak sayang sama nyawa lo sendiri" Mira langsung menelan ludahnya susah payah mendengar kata nyawa. Tapi sebisa mungkin dia mencoba untuk menahan ketakutannya.
"Ta-tap-pi El gu-gue suk-ka sama lo, gu-gue lakuin i-itu karna Rhaella u-udah rebut lo dari g-gue" Mira bahkan tergagap untuk mengutarakan isi hatinya melihat tatapan tajam dari Gabriel dan yang lainnya.
"Sejak kapan gue dan lo deket sampai lo bilang Rhaella ngerebut gue?"
"Sebenarnya kita-kita ini nggak pernah mukul cewe sekalipun, tapi kayanya lo pengen ngerasain gimana rasanya tangan maut Gabriel Mir" ucap Rufus pada Mira, Mira sudah menggelengkan kepalanya takut.
"El maafin gue, gue janji nggak bakal ulangi itu lagi, gue cuma di hasut sama Daena, itu semua idenya dia, gue berani sumpah gue nggak bohong El" Mira memohon agar Gabriel mau memaafkannya dia sangat tahu betul bagaimana kejamnya Gabriel.
"Gue kasih lo kesempatan, tapi kalau sampai gue tahu lo lakuin itu lagi, gue bakal bikin perusahaan orang tua lo bangkrut dalam semalam dan lo, Lo bakal gue kurung di markas Desmond" Mira langsung melotot mendengar ucapan Gabriel, dia dengan cepat menganggukkan kepalanya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
"Iya gue janji nggak bakal ulangi itu, tapi kalau seandainya itu terjadi lagi sama Rhaella gue jamin itu bukan gue, percaya sama gue El."
"Oke gue pegang omongan lo, lo pergi sekarang" ucap Gabriel kemudian mengusir Mira dari hadapannya. Dan tanpa di suruh dua kali Mira langsung pergi dari area rooftop tersebut.
"Apa rencana lo buat Daena El?" Tanya Calix pada Gabriel.
"Rufus lo cari tahu tentang Daena" titah Gabriel pada Rufus.
"Siap bos" jawab Rufus memberi hormat pada Gabriel.
Setelah mendapatkan jawaban dari temannya Gabriel pun kemudian berdiri dari duduknya dan di ikuti oleh sahabatnya.
"Mau kemana?" Tanya Merrit karena melihat Gabriel berjalan dengan jalur yang berbeda.
"Koperasi ambil seragam" lalu di angguki oleh Merrit dan yang lain.
"Ya udah kita duluan ke kelas, Lo nyusul aja" Gabriel pun mengangguk ucapan Hans padanya lalu pergi menuju koperasi.
...
Inti Desmond minus Gabriel saat ini sudah berada dalam kelas, Rhaella tidak heran dengan tidak adanya Gabriel karena memang tadi dia datang tidak menggunakan seragam, jadi kemungkinan dia tidak akan masuk ke kelas, saat ini mereka sedang duduk mendengarkan penjelasan gurunya di depan namun tiba-tiba saja suara ketukan mengalihkan perhatian mereka.
"Kamu dari mana Gabriel?" Tanya guru tersebut melihat kedatangan Gabriel.
"Dari luar" mendengar nada datar Gabriel guru itu pun tidak lagi bertanya.
"Ya sudah kamu duduk di kursi kamu" ucap guru tersebut, lalu Gabriel pun berjalan menuju kursinya di samping sang kekasih, Rhaella yang melihat kedatangan Gabriel pun terkejut karena dia pikir dia tidak akan masuk tapi ternyata dia sekarang sudah masuk menggunakan seragam baru.
Saat sudah sampai di kursinya dan duduk, Gabriel langsung mengambil tangan Rhaella kemudian menciumnya, Rhaella sudah melotot karena Gabriel mencium tangannya saat sedang dalam kelas seperti ini, para inti Desmond yang melihat itu, sudah menganga dan mengumpati ketua mereka yang bucin tak kenal tempat.
"Ini di kelas El, jangan gila" ucap kesal Rhaella sedikit berbisik pada Gabriel.
"Jangan pasang muka galak sayang, kamu malah ngga ada keliatan serem-seremnya malah lucu" ucap Gabriel berbisik pada Rhaella.
"Ish" Gabriel malah tersenyum tipis melihat wajah kesal Rhaella karena ulahnya.
"Nanti ke rumah yah, bunda pengen ketemu sama kamu" ucap Gabriel pada Rhaella.
"Iyah" jawab Rhaella singkat, meskipun dalam hatinya dia Bertanya-tanya 'ada apa bundanya El mau ketemu gue?, apa karena al udah cerita kalau dia lagi deket sama gue' ucapnya dalam hati.
...
Saat ini Aviel sedang duduk bersama kakaknya Ashley, Aviel sudah menceritakan semuanya awal pertemuannya dengan Rhaella kemarin. Dan Ashley di buat marah karena kebohongan Leif yang mengatakan bahwa anak adiknya telah meninggal saat itu.
"Kurang ajar sekali Leif, apa tujuan dia sebenarnya menutupi ini semua dari kerabat Idylla, apalagi kita yang notabenenya adalah keluarga Idylla sendiri" geram Ashley setelah adiknya bercerita.
"Dan untuk Alane biar kakak yang urus, kakak akan suruh anggota suami kakak menghabisinya" ucap kembali Ashley untuk Alane.
"Tidak kak, Rhaella ingin dia saja yang mengurus mereka, kita bisa membantunya saat memang dia membutuhkan kak, aku hanya tidak habis pikir dengan bang Leif kak, apa selama ini dia tidak mencintai kak Idylla" ucap Aviel pasalnya dia menyadari jika memang Leif saat menikah dengan kakaknya, Leif terlihat seperti tertekan kala itu.
"Leif dan Idylla memang tidak saling mencintai, mereka menikah karena almarhum ayah yang menjodohkan mereka karena ayah dulu punya hutang Budi pada ayah Leif" ucap Ashley. Aviel pun menganggukkan kepalanya.
"Pantas saja aku lihat dulu, bang Leif seperti tertekan saat bersama dengan kak Idylla"
"Viel ayo kamu hubungi Rhaella, kakak ingin sekali bertemu dengan keponakan kakak" ucap Ashley yang sudah menyeka air matanya di pipi.
"Aku akan menghubunginya sebentar, ini masih jam sekolahnya kak"
"Baiklah, kakak pulang dulu kalau begitu, kakak ingin ingin menjemput mas Lorenz di bandara, hubungi kakak secepatnya jika kamu sudah menghubungi Rhaella"
"Iya kak, kakak hati-hati"
"Iya salam sama Citra, Cerys dan Gibran yah"
"Iya kak"
/Sob/