NovelToon NovelToon
SUNDIRAH

SUNDIRAH

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Tamat
Popularitas:292.9k
Nilai: 5
Nama Author: Delima Rhujiwati

Sundirah, adalah anak seorang pekerja upah harian, sebagai pemetik kelapa. Perjalanan cinta Sundirah dengan Mahendra, putra semata wayang juragan kopra adalah sebuah ujian yang tidak mudah ia lalui.
kehilangan kedua orang tua sekaligus bukan fakta yang mudah di terima.
Atmosiman, yang semula sebagai sosok penyayang, melindungi dan penuh kewibawaan. Hanya karena tergiur oleh sebuah kehormatan, Dia lupa akan tujuan utama didalam kehidupannya.
Lurah Djaelani, bersama kamituwo. Sebagai pamong yang seharusnya menjadi teladan pada masyarakat.
Lupa kewajiban sebagai kepala desa, dan lebih memburu harta, berjudi sabung ayam dan menjodohkan anak gadisnya, yang semata-mata untuk menguasai harta sang juragan.
Mampukah Sundirah menghadapi semua cobaan dalam kisah cinta dia, nyawa orang tua nya sebagai taruhan atas nama cinta.
Duri yang paling mematikan disini adalah sosok seorang kamituwo. akan kah ambisi mereka berhasil membawa keberkahan?
Ikuti sebagian dari kisah yang nyata seorang Sundirah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gudang kopra terbakar

Beberapa waktu, sebelum kejadian kebakaran di gudang kopra milik Atmosiman.

Semua berjalan seperti biasa saja, bahkan firasat akan terjadi sesuatu pun tidak di rasakan Surip maupun Sundirah dan anggota keluarga lain nya.

Kehadiran Suwarti, sore itu membawa kebahagian bagi Sundirah, saling berpelukan, bercerita dengan hari hari yang mereka jalani.

Begitupun juga dengan Surip, seperti hari-hari yang ia jalani rutin. bila semua pekerjaan lain nya sudah selesai, ia biasa membuat sapu lidi.

Sambil nembang uro-uro jowo. Duduk di lantai, di pinggir emperan dapur. dengan penerangan lampu Ublik, dan sinar bulan yang mendekati purnama.

"Yu... perutmu bulat, dan semakin besar saja " Warti mengelus perut Dirah, dan menempelkan daun telinga nya ke perut Dirah

" lho yu...., Dia tau kalau Bu lek nya datang, gerakan nya mengemas kan."

"Lanang opo wadon yu?"

" kalau lanang pasti ganteng seperti kang Hendra, tapi.... kalau wadon, dia akan cantik seperti aku."

Warti berbicara, sambil mendongak ke atas menatap awan awan atap rumah, dan men kedip-kedip kan matanya. Seolah-olah apa yang ia katanya, benar.

"Walah.... yaa... mana bisa, lha wong aku ibu nya, kok wajah nya nurun kamu!"

"He..he..he...! kan aku juga bagian dari ibu nya yu...! Jadi yo wajar kalau kecantikan ku menurun ke ponakan ku."

"He..he...hem..kamu ada ada aja."

mereka bercanda, tertawa dan saling berolok olok, dan memberikan kebahagian bagi mereka.

"Yu.... Apa sampean bahagia?" Tanya Warti sambil merebahkan diri di samping paha Dirah, sambil memainkan ujung baju yang di kenakan Sundirah.

"Kenapa tanya seperti ini Warti?" alis Dirah berkerut, menandakan Dia tidak paham dengan pembicaraan Suwarti.

"Ya... aku hanya khawatir saja yu...! mengingat ndoro Atmosiman, dulu tidak merestui hubungan kalian."

" Waktu sudah memberikan jawabannya Ti.. ndoro Siman telah menyesali perbuatannya."

"Pengorbanan Emak sama Bapak tidak sia-sia."

"Dan aku bersyukur, dengan semua ini Warti. Semoga! kelak kamu juga mendapat kan kebahagian seperti apa yang aku rasakan."

Sundirah berkata, sambil menatap Warti. Senyum Sundirah manis, Warti membalas dengan pelukan.

Namun tiba-tiba.....

Surip mendekati Warti dan Sundirah, lalu membisikkan sesuatu.

Wajah tegang Warti dan sundirah, menyiratkan ketakutan. Surip mengisyaratkan agar tenang dan jangan gugup.

Surip membimbing Sundirah, membawanya ke belakang. mengarah ke kandang sapi mengendap-endap mereka berjalan, sambil membungkukkan tubuh.

"Mbok....!"

"Ssttt..., jalan saja."Suara Surip berbisik.

Mereka bersembunyi diantara tumpukan jerami, dan Kolonjono.

"Pelan-pelan ndhuk, tapi harus waspada."

Sedangkan jauh dari persembunyian mereka, yang berjarak lebih dari seratus meter ke belakang bangunan utama.

Beberapa bayangan terlihat mondar-mandir, salah satu dari mereka mencongkel pintu yang mengarah ke pintu gudang kopra.

"Kurang ajar, kemana mereka bersembunyi...! cari di setiap sudut. Dan bawa Sundirah padaku!" Teriak suara itu yang tak lain adalah kamituwo Sardi.

Tidak berapa lama, Seperti bola bola api, mengandung minyak tanah. Mereka lemparkan ke gudang kopra, lalu.

Dorrr.....dor...dor...

Gudang kopra yang penuh dengan kopra siap di giling, serta sisa-sisa ampas kopra tentu mudah sekali terbakar.

Bunyi kentongan bertalu-talu, terdengar dari kejauhan. Suara sumpah serapah terdengar lebih menyeramkan, seperti hendak membunuhnya siapa saja yang ia temui.

Sementara kamituwo Sardi, mengobrak-abrik isi rumah Atmosiman. Anak buah Sardi, menjarah semua barang-barang berharga yang bisa ia bawa.

kepanikan juga di rasakan oleh Warti, Sundirah dan Surip. Sundirah lemas tidak bertenaga, Warti di bantu Surip membopong sundirah, lalu menaikan ke atas gerobak tempat pakan ternak yang sudah di bersihkan lebih dulu.

Gerobak mereka dorong menuju luar pekarangan, menunju kegelapan.

***

Pov Surip

Tidak seperti malam-malam biasanya, perkutut yang di gantungan mengepak ngepak kan sayap nya secara beringas. Air minum yang di sediakan, tumpah semua.

"Ada apa ini?" Batin ku.

Sedangkan rumah sepi, semua orang sedang menghadiri pernikahan Lastri.

Aku coba berjalan meneliti pintu dan jendela, semua sudah terkunci rapat.

"Semua sudah aman, tidak mungkin akan ada maling masuk."

Hatiku semakin tidak nyaman, ayam-ayam berbuat gaduh, dengan suara yang tidak wajar. kaki ku perlahan melangkah ke halaman depan, beruntung tubuh kurus ku mudah menyelinap di antara tanaman bunga melati.

Aku amati, ada dua sosok bayangan memakai sarung sebagai penutup wajahnya.

Aku yakin, dua bayangan itu bukan Sukro ataupun Kamin pekerja ndoro Siman, yang biasanya memang berjaga di sekeliling rumah. Tetapi orang asing yang memang berencana buruk.

"Duh Gusti...! Katiwasan ini, aku harus segera menyelamatkan Sundirah."

Aku bergegas mencari keberadaan Sulastri bersama Warti.

Aku, bahkan tidak bisa memberikan penjelasan kepada mereka. Buru-buru aku raih tangan Lastri dan Sundirah yang sedang rebahan.

Susah payah ku lihat Sundirah berjalan, tidak tega rasanya melihat dia meringis sambil menyangga perutnya dengan tangan kanan nya, sedangkan tangan kirinya aku tarik.

"Warti, bawa kain yang bisa kamu bawa." bisik ku pelan kepada Warti.

Dan dia tanggap dengan apa yang aku mau, tangan nya menyambar kain yang terlipat rapi di atas meja yang kami lewati.

Aku tidak tau, kemana harus aku bawa Sundirah keluar dari rumah ini. Terbesit pikiran ku untuk bersembunyi di dalam gudang kopra, namun tidak mungkin! Sebab, pergerakan ke sana akan mudah terlihat.

Akhirnya aku bawa mereka ke kandang sapi, dan bersembunyi di antara kolonjono yang sore tadi di potong dari ladang.

"Mbok apa yang terjadi?" tanya Warti berbisik, dia rupanya sudah paham situasi.

"Kita disini dulu, kalau sudah memungkinkan kita bawa Sundirah menjauh dari tempat ini." bisik ku. Tidak sengaja tangan ku meraba sesuatu yang basah dan hangat. Mata tuaku tidak mampu melihat warna dalam kegelapan, aku tidak mungkin memberitahukan Warti. Sebab, semua pasti akan menambah ketakutan mereka saja.

"Mbok.... Sakit...! sakit sekali mbok.." Sundirah merintih pelan.

Aku tutup mulut Sundirah dengan tangan ku, aku bisik kan pelan ke telinganya.

"Dirah...sabar tahan ndhuk, kita akan mencari pertolongan." aku berusaha berbisik pelan.

Sosok gelap itu berjalan mendekat kearah persembunyian kami, jantung ku berasa berhenti berdenyut.

Nafasku tersendat sesaat, menahan ketegangan yang luar biasa ini. kami berpelukan erat satu sama lain.

Ya.....dia kamituwo Sardi! Berdiri hanya beberapa jengkal di depan persembunyian kami.

Sumpah serapah, umpatan dan semua kata kata kotor ia lontarkan dari mulutnya.

Suara kentongan bertalu-talu, tidak jauh dari persembunyian kami. Kamituwo Sardi berlari, menjauh dari kami.

Lega....! aku bersyukur, bahaya itu telah menjauh. Suara teriakan keras dan ledakan ledakan api dari gudang kopra, semakin mencekam suasana.

Aku memberikan isyarat kepada Warti, dan membopong tubuh lemas Sundirah ke atas gerobak pakan sapi.

POV Surip off

Surip dan Warti bergegas mendorong gerobak, untuk menjauh dari lokasi kebakaran.

Dalam kegelapan, mereka terus mendorong gerobak hingga keluar dari desa jatilengger.

"Mbok...sakit mbok..." Dirah kembali merintih.

"Sabar ndhuk... sabar dulu, kita butuh mencari tempat yang lebih aman.

"Mbok... ini arah ke rumah ku! kita kesana saja."

"Yu... aku akan mendorong gerobak ini lebih cepat lagi, bersabar lah yu. Kamu harus kuat.... harus yu!"

Sesekali Warti mengusap peluh di keningnya. Tubuh tua Surip berlari kecil di samping gerobak.

"Ayo Mbok.... sebentar lagi kita sampai."

Malam serasa panjang, lara Sundirah kembali membuka cerita perih.

Di tempat kediaman Atmosiman, sudah ramai dengan masyarakat yang bahu membahu memadamkan api. Untung saja api tidak merembet ke bangunan rumah utama.

Sedangkan di sisi tidak jauh dari kediaman Atmosiman, Kamituwo Sardi di semak-semak, dia bersembunyi. Matanya nanar, dan raut wajah nya merah padam. kegagalannya membawa Sundirah, membuat Hati dia semakin panas.

"Kang... jangan berkecil hati, aku rasa Bogel dan lain nya berhasil membawa kabur Sulastri."

"Sebaiknya kita segera kembali ke markas kita, dan kita segera menuju arah selatan."

Sardi mengangguk, berdiri lalu melangkah pergi di ikuti dengan dua kawan nya lagi.

...****************...

Uro-uro adalah “kebahagiaan”nya orang Jawa. Pada uro-uro, orang-orang bebas bernyanyi mengungkapkan perasaannya, baik saat gembira atau sedih, kaya atau miskin, saat damai atau sedang ber kelut dengan perasaan.

Ketiwasan adalah Umumnya orang jawa tulen mafhum dan paham dengan maksud ketiwasan. Yang intinya adalah adanya musibah yang lumayan berat.

...****************...

Tetap semangat 💪💪

Dukungan ⭐🖐️, bersama like serta komen membangun ya kak.

cheers always 😘😘

1
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/dagdig dug duarrrrr
dengan warti kali ya🤔
bakwan dong😭😭🤣
flash back kah🤔
kmna belahan jiwaku/Grimace/
next.lnjuttt
knpa naris jadi maria🤭
/Sleep//Sleep/emng sih masa lalu susah buat di lupain...tp kenyataannya harus di lupain .
klo rondo kmbang apa/Silent/
iyuppp.btul itu pastinya/Hey/
cieeee yg masih ngerasa mudaaa/Facepalm/
/Sneer//Sneer/udah tuapun teteppp
uenak iki🤤
apa itu bneran ada/Sleep/
🙄udah susah payah mosok amnesia
/Facepalm//Facepalm/yg nulispun jdi ikutan emosi
imut nggk sih/Facepalm//Facepalm/pling juga karatan/Joyful//Joyful/
typo..# naris
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/yg bner ja karatan
wuaduhhh😳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!