NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Harem / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chizella

HIATUS AWOKAOWKA

"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."

Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.

​Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.

​Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Pil Penempa Ilahi

​Yun Yuan menggenggam pedangnya lebih erat, buku-buku jarinya memutih di balik sarung tangan kulit tipis. Cahaya biru pekat merayap sepanjang bilah Teratai Biru, menaiki lengannya, dan kemudian memancar ke belakang tubuhnya. Di sana, Dou Qi membentuk pola teratai raksasa yang berlapis-lapis.

Kelopaknya berputar perlahan, setiap lapisannya tampak seperti roda energi tajam yang siap meledak kapan saja. Postur tubuhnya yang ramping kini memancarkan aura bahaya, dengan pinggulnya sedikit miring saat ia menumpukan berat badan, gerakan yang indah sekaligus mematikan.

​Chen Huang menarik napas ringan. Di tengah kedinginan Puncak Awan Abadi, tubuhnya terasa mendidih. Dou Qi perak murni mengalir dari meridiannya, mengumpul di lengan dan kaki, menciptakan kilatan-kilatan kecil seperti serpihan petir tersembunyi di bawah kulitnya. Tatapannya tajam, tubuhnya rileks namun penuh tekanan—seperti pegas yang baru saja dikencangkan.

​Yun Yuan mengayunkan pedangnya ke depan. Gerakan itu sangat cepat hingga ruang di sekitar bilah itu terdistorsi. Dalam sekejap, sepuluh bayangan bilah muncul bersamaan, tersebar seperti rentetan kilatan cahaya dalam formasi mematikan.

"Hiaaa!" Setiap bayangan pedang memiliki kecepatan dan ketajaman yang hampir sama dengan pedang aslinya. Dalam jarak seketika, sepuluh tebasan itu sudah mengarah ke titik-titik vital, leher, pinggang, meridian belakang, dan paha Chen Huang.

​"Gawat," batin Chen Huang, mengakui ancaman yang serius itu.

​Chen Huang merespons dengan gerakan yang nyaris tidak ada. Ia memiringkan tubuhnya sedikit, hampir tanpa mengangkat kaki, mengubah Langkah Dewa Void menjadi seni adaptasi tubuh yang ekstrem. Tubuhnya menjadi seperti kabut, elastis, yang berubah bentuk mengikuti arah serangan angin. Satu bilah lewat di samping tengkuknya, dua lainnya menyambar sisi pinggangnya, meninggalkan garis angin tajam yang menyayat udara. Semua gagal menyentuhnya.

​Tebasan terakhir datang dari atas. Chen Huang menunduk kecil, dagunya hampir menyentuh dada. Telapak tangannya menahan tanah agar pusat keseimbangannya tidak hilang. Bilah biru lewat hanya beberapa jari di atas rambutnya, memotong beberapa helai rambutnya yang beterbangan.

​"Terima ini!"

​Yun Yuan sudah bergerak, tanpa jeda. Ia memutar tubuhnya, memanfaatkan momentum putaran, dan menusukkan pedang asli lurus ke arah Chen Huang. Gerakannya bersih, tajam, dan cepat—seolah semua bayangan tadi hanyalah pengalih perhatian yang rumit untuk membuka celah sempurna bagi tusukan ini.

​Chen Huang menaikkan siku kanannya. Dou Qi perak mengeras, membentuk lapisan padat setipis kaca namun lebih keras dari baja di sekitar sikunya. Bilah Yun Yuan menghantam siku itu dan percikan cahaya biru-perak memancar ke segala arah. Getaran pedang membuat Yun Yuan harus menarik kembali pergelangan tangannya, tetapi ia tidak berhenti, matanya berkobar.

​"Kau pikir ini sudah selesai?! Masih belum!"

​Tubuhnya berputar cepat. Pedangnya ditarik memutar, menciptakan pusaran kecil biru di udara. Kemudian ia mengarahkan tebasan dalam gerakan setengah lingkaran. Gelombang angin biru menyapu tanah dan membuat pasir serta debu halus di Puncak Awan Abadi beterbangan tinggi.

​Chen Huang melangkah ke samping. Ia menepuk udara dengan telapak tangan, sebuah pukulan udara sederhana yang bertujuan memecah arus angin yang menghantamnya. Debu terbelah, membuka jalur pandang yang lurus.

​Yun Yuan maju selangkah, mengangkat pedangnya tinggi. Tubuhnya bersinar seperti sedang diselimuti oleh teratai biru yang berputar keras. Suaranya menggema tegas.

​"Teratai Biru, Gerakan Ketiga: Perisai Seribu Kelopak!"

​Ratusan kelopak Dou Qi biru muncul di udara, saling bertumpuk dengan cepat membentuk perisai bulat sebesar tiga kali tubuhnya. Setiap kelopak bergetar seperti bilah tipis yang bisa memotong apa pun yang menyentuhnya.

​Chen Huang menurunkan tubuhnya, memusatkan Dou Qi pada kedua telapak tangan. Energi perak yang murni berkumpul dan memadat menjadi bentuk tangan raksasa setinggi lima meter di belakangnya. Arus energi beriak seperti ombak cahaya murni.

​"Tangan Penangkap Naga."

​Tangan raksasa itu turun menghantam perisai kelopak secara lurus dengan kekuatan gravitasi yang menekan. Kontaknya menghasilkan suara keras yang menggetarkan telinga. Perisai kelopak teratai bergoyang hebat. Yun Yuan menggertakkan gigi, urat lehernya menegang, memaksa Dou Qi-nya menguat.

​Tangan perak terus menekan, dan retakan cahaya muncul pada beberapa kelopak biru. Dalam hitungan detik, puluhan kelopak pecah menjadi butiran cahaya, sementara dorongan energi murni menghantam Yun Yuan hingga tubuhnya tergeser beberapa langkah.

​Sementara ledakan cahaya memenuhi seluruh sisi arena, Chen Huang tidak membiarkan kesempatan itu lewat. Tubuhnya melesat ke depan, memanfaatkan kabut debu untuk menyembunyikan pergerakannya. Kecepatannya meningkat drastis; langkahnya tak berbunyi, seakan seluruh dunia mematikan suara hanya untuknya.

​Yun Yuan baru saja menarik napas ketika ia mendengar desir halus di belakangnya. Ia membalikkan tubuh secepat mungkin, tetapi Chen Huang sudah berada tepat di belakang punggungnya.

​Sebuah pukulan ringan mendarat di punggungnya, tepat di antara tulang belikat. Gerakannya tidak agresif, tidak penuh tenaga, bahkan terlihat seperti sentuhan biasa.

​Namun efeknya langsung terasa.

​Meridian Yun Yuan langsung bergetar seperti disambar petir kecil dari dalam. Aliran Dou Qi-nya terguncang parah. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan ia terpental ke depan tanpa sanggup mengontrol langkahnya.

​Ia terguling beberapa kali di tanah sebelum berhenti dan mencoba bangun dengan menancapkan pedang ke tanah sebagai penopang. Debu menempel di wajah dan pakaiannya, bibirnya pecah sedikit, tapi matanya memancarkan kilatan emosi yang campur aduk.

Yun Yuan kemudian berdiri tegak, napasnya terengah-engah, iramanya tidak teratur akibat gejolak Dou Qi yang baru saja ia paksa. Ada kilatan amarah dan kekaguman yang tersembunyi di matanya yang menyipit. Pukulan terakhir Chen Huang, meski "ringan," telah mengguncang fondasi meridiannya.

​"Bagus, kau benar-benar keterlaluan." Suara Yun Yuan terdengar serak, sebuah pengakuan tak terucapkan atas kekalahannya.

​Chen Huang mengangkat kedua tangannya, sebuah gestur universal untuk menyerah, tetapi matanya menuntut jawaban. "Apa aku sudah diakui olehmu?" tanyanya.

​Yun Yuan mengusap darah di bibirnya dengan punggung tangannya, gerakan cepat dan tegas, seolah menghapus bukti kelemahannya. "Aku kalah, namun masih belum mengakuimu." Pengakuan ranah fisik dan kekalahannya adalah satu hal. Namun yang lain berbeda.

​Yun Yuan kemudian, dengan gerakan yang anggun namun penuh makna, mengeluarkan kotak kayu kecil yang berbeda dari cincin penyimpanannya. Kotak itu tidak terbuat dari kayu biasa, melainkan kayu cendana hitam yang berumur ribuan tahun, memancarkan aura kuno yang pekat.

​"Benda ini dinamakan Pil Penempa Ilahi. Dengan pil ini seseorang akan bisa membuat kekuatan fisiknya menjadi lebih kuat," ucapnya, suaranya kini kembali tenang, namun mengandung nada peringatan yang dingin.

Ia membuka kotak itu, memperlihatkan isinya—sebuah pil kecil yang memancarkan aura kunal, bersinar dengan rona keemasan dan merah, seolah memuat matahari di dalamnya. "Namun banyak orang yang mati karenanya, tidak sanggup menahan rasa sakit."

​Yun Yuan menyerahkan pil itu pada Chen Huang. Gerakannya lambat, matanya tidak lepas dari Chen Huang, menguji tekadnya.

​"Gunakan Pil ini. Jika kau bisa bertahan maka aku akan melakukan kultivasi ganda denganmu, bukan hanya itu kau juga bisa menjadikanku istrimu kalau mau."

​Dari kata-kata Yun Yuan, jelas sekali bahwa pil itu adalah taruhan yang ekstrem. Ia mempertaruhkan harga dirinya dan masa depannya—bukan untuk sebuah pertemanan, tetapi untuk sebuah pengakuan yang harus dibeli dengan nyawa.

​Chen Huang mengambil pil itu, kehangatannya yang menyengat terasa melalui telapak tangannya. Pikirannya berputar cepat, menimbang untung rugi di tepi jurang maut. "Menggunakan pil itu bisa meningkatkan kekuatan fisik, namun rasa sakit ketika penempaan terjadi juga tidaklah biasa. Jika berhasil akan menjadikan kekuatan fisikku tak terkalahkan." Ia menyadari peluang yang ditawarkan pil ini. Kemudian ia menggaruk-garuk kepalanya, gerakan kegelisahan yang langka. "Antara mati dan hidup, yang mana yang harus kupilih. Mempertaruhkan nyawa begini, apakah layak."

​Yun Yuan menghela napas panjang, kekecewaan yang pahit terlihat jelas di matanya. Ia sudah menduga keraguan ini. "Sudah kuduga, hanya pengecut." Ia hendak berbalik, mengakhiri semua negosiasi yang memalukan ini dengan satu gerakan punggung yang dingin.

​Namun, Chen Huang bergerak. Ia melesat dengan kecepatan penuh, tubuhnya menyalip Yun Yuan. Ia langsung memegang pergelangan tangan Yun Yuan, menghentikannya. Genggamannya lembut namun penuh kekuatan, mengunci pergerakan wanita itu. Yun Yuan terkejut, sentuhan itu membuat Dou Qi-nya berdesir. Pinggulnya sedikit berputar karena momentum yang dihentikan secara paksa, sebuah gerakan refleks yang anggun.

​Mata Chen Huang menatap tajam ke mata Yun Yuan, menghapus semua keraguan dan kegelisahan sebelumnya.

​"Aku akan melakukannya."

​Ucapan itu membuat Yun Yuan terkejut hingga seluruh tubuhnya menegang. Matanya melebar, bayangan pil ilahi terpantul di dalamnya. Ia tidak bersuara, hanya ekspresi yang terukir di wajahnya yang menjelaskan segalanya, kaget, terkejut.

1
Mizuki Berry
gak ada cover lain kah?
Cecilia-chan: banyak ai nya yg ini, kek bahan gabut selagi aku masi nulis isekai slime, jdi kalau pening dan gada ide ya, kutulis random kesini, gada tujuannya ini novel
total 4 replies
Story
berapa kata di chapter ini?
Cecilia-chan: 1200an
total 1 replies
Story
Lebih baik lewat dialog aja nggak sih tingkatan Kultivasinya🗿
Cecilia-chan: entah kenapa aku pengen simpel aja kek sesepuh fantim yg laen🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!