JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembawa Keberuntungan
Akhirnya, Nala mendapatkan ponsel sesuai dengan keinginannya, Nala yang tidak mau merepotkan Jimin lebih jauh lagi itu menolak dengan halus dan tegas.
Setelah mendapatkan ponselnya, Jimin mengantar Nala ke tempat kerjanya.
Jimin juga meminta pada Nala untuk tetap tinggal di apartemennya.
"Memangnya, Nala nggak merepotkan, Om? Nala kan bukan siapa-siapa, juga nggak bagus kita tinggal berdua di apartemen nanti takut jadi fitnah," jawab Nala seraya melepaskan helm lalu mengembalikannya pada Jimin.
"Justru om senang karena di apartemen jadi ramai, om enggak kesepian lagi, juga om jadi terurus," jawab Jimin seraya menerima helm tersebut.
"Makanya... om menikah sana, biar ada yang ngurus! Sudah, Nala kerja dulu," kata Nala yang kemudian meninggalkan Jimin di depan toko.
"Belum ada yang mau sama gue, La!" seru Jimin dari atas motor sportnya, setelah itu Jimin pergi dari sana.
****
"Gue ada urusan, gue mau balik Jakarta," kata Arnold yang baru saja keluar dari kamar mandi seraya mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk.
"Tapi, gimana sama gue, gue masih sakit, Ar! Gue enggak bisa pulang ke rumah nenek juga enggak bisa balik ke Jakarta dengan keadaan kaya gini," protes Nindy yang sedang duduk di tepi ranjang, menggunakan pakaian seksi, kaos tanpa lengan dengan celana pendek di atas lutut.
Nindy memperhatikan Arnold seraya meringis kesakitan, tangannya menahan bawah perutnya, merasa nyeri karena semalaman telah digempur habis-habisan oleh pria yang bahkan tidak menyatakan cinta padanya.
Lalu, Nindy bangun dari duduknya, berjalan perlahan kemudian memeluk Arnold dari belakang.
"Ar, gue cinta sama lo," ucapnya. Ya, selama pendekatan, diam-diam Nindy telah jatuh hati dan termakan rayuan Arnold.
Mendengar itu, Arnold tersenyum smirk merasa berhasil dan balas dendamnya semakin dekat.
"Iya," jawab Arnold singkat, setelah itu Arnold berbalik badan dan mengecup bibir Nindy.
"Apa arti semua ini, Ar?" tanya Nindy seraya menatap mata Arnold.
"Apalagi, gue enggak bisa cium sembarang perempuan kalau enggak ada rasa," jawab Arnold seraya merangkum wajah Nindy membuat Nindy merasa dicintai walau Arnold tidak menyatakan cintanya.
"Gue pergi dulu," kata Arnold seraya melepaskan Nindy.
Dan Nindy meminta untuk dicium keningnya lebih dulu, Arnold menurutinya.
Arnold juga mengatakan akan membayar semua tagihannya untuk Nindy selama di hotel.
****
Di rumah, Dhev dimintai untuk membimbing adiknya oleh Amira.
"Enggak ada rasa tanggung jawabnya, nanti pekerjaan semua bisa kacau, kecuali dia mau memulai dari bawah, jangan meminta jabatan apapun di kantor," kata Dhev yang sedang duduk bersantai di tepi kolam renang ditemani jus jeruk kesukaannya.
"Terserah kamu saja yang penting hidupnya terarah," jawab Amira yang kemudian bangun dari duduk.
Dan Dhev kembali fokus ke ponselnya, asistennya mengirim pesan yang membahas perihal pekerjaan.
Lalu Dhev dikagetkan oleh Kenzo yang menanyakan janjinya kalau dirinya memiliki kejutan.
"Nanti malam," jawab Dhev singkat seraya melihat anaknya yang berdiri di sampingnya.
Kenzo pun merasa penasaran dengan kejutan apa yang akan ayahnya berikan.
"Tumben... ayah baik," gumam Kenzo seraya berjalan meninggalkan Dhev yang masih menatapnya.
Dhev yang mendengar itu menggelengkan kepala seraya sedikit tersenyum.
Dhev berusaha keras untuk melupakan kejadian sore hari itu di taman. Dhev ingin berdamai dengan hidupnya.
"Maafkan aku, An." Dhev kembali merasa bersalah karena tidak dapat menjaganya dengan baik.
Lalu Dhev kembali teringat dengan ucapan Nala yang mengatakan kalau semua adalah takdir dan Nala dengan ikhlas memaafkan Amira yang sudah menyebabkan ayahnya meninggal.
****
Waktu berlalu, sekarang, Dhev menepati janjinya pada Kenzo, tetapi Kenzo yang tidak mengetahui kejutan apa itu bertanya pada Dhev.
"Ayah, ini tempat tinggal siapa?" tanya Ken, pria kecil itu mendongakkan kepala, menatap Dhev. Kenzo berpikir kalau tempat itu adalah tempat tinggal kekasih Dhev dan berniat untuk mengenalkannya pada Kenzo seperti yang dikatakan oleh teman-temannya di sekolah.
"Nanti juga tau," jawab Dhev membuat Kenzo semakin penasaran.
Tidak lama kemudian pintu apartemen terbuka dan terlihat Jimin yang berantakan membukakan pintunya.
Sementara Dhev mencari-cari keberadaan Nala dan padahal Nala belum kembali dari kerjanya.
"Nyari siapa lo?" tanya Jimin seraya mempersilahkan tamunya masuk.
"Pengasuh Ken."
Sementara Jimin merasa tidak yakin kalau hanya sekedar pengasuh, Jimin tau betul bagaimana Dhev yang selama dua tahun belakangan ini tidak memperdulikan anaknya.
Merasa ragu dengan apa yang diucapkan Dhev. Bagi Jimin tidak mungkin hanya karena Ken.
"Ada sesuatu, tapi lo belum menyadari Dhev!" batin Jimin yang berjalan di belakang Dhev dan Kenzo.
"Ken, apa isi tas mu? Apa malam minggu juga harus mengerjakan PR? tanya Jimin yang berjalan di belakangnya.
"Bukan pr, om," jawab Kenzo yang masih berdiri di ruang tengah. Sementara Dhev sudah mendarat di sofa tanpa dipersilahkan.
"Duduk, Ken!" perintah Jimin.
Kenzo yang baru pertama kali masuk apartemen Jimin itu memperhatikan sekitarnya, terlihat banyak foto Ayahnya yang masih mengenakan seragam sekolah.
Dari situlah Kenzo mengetahui kalau mereka berteman baik.
Setelah Ken duduk, Jimin yang merasa penasaran dengan isi tas temannya itu menarik Ken untuk duduk di sofa dan Jimin membuka isi tas itu. Sedangkan Dhev hanya memperhatikan saja.
Setelah mengetahui apa isi tas Ken, Jimin pun menggelengkan kepala pada Dhev.
"Lo pikir rumah gue itu hotel? Makan tidur seenaknya di sini, gua harus keluar banyak biaya tambahan, Dhev!" gerutu Jimin.
"Gitu aja lo bahas sama gue? Lo nggak lupa kan siapa gue? Gue CEO, punya perusahaan, uang gue banyak! Berapa sih, sini biar gue transfer!" kata Dhev seraya mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"Nggak banyak kok, cukup-" belum sempat mengatakan berapa nominalnya Jimin sudah mendapatkan notif di ponselnya.
Jimin tersenyum pada Dhev seraya menunjuk wajahnya. Merasa senang, baru saja uang 10 juta masuk ke rekeningnya.
"Emang, Nala pembawa keberuntungan buat gue!" kata Jimin yang kemudian mencium pipi Kenzo kanan dan kiri.
"Om, jangan cium-cium. Ken sudah besar!" protes Kenzo seraya mengusap pipinya.
"Jangan salah, Ken. Yang namanya cowok walau pun sudah besar tetap suka dicium, kalau nggak percaya tanya aja sama ayah!" jawab Jimin dan seketika Jimin merasakan sesuatu yang mendarat di kepalanya. Ya, Dhev menjitak kepala sahabatnya itu.
"Anak gue masih kecil, mana tau yang gituan!" cibir Dhev.
Dan Kenzo merasa bosan dengan dua orang tua tersebut, tidak tau apa yang mereka bahas tetapi terdengar sangat seru. Kenzo melipat tangannya di dada.
"Katanya ada kejutan, tapi apa kejutannya!" lirih Kenzo terdengar kecewa.
Tidak lama kemudian terdengar suara bel, Jimin bangun dari duduk untuk membukakan pintu.
"Hai. Om," sapa Nala yang baru saja kembali dari bekerja.
"Masuk, ada yang nyariin, tuh!" kata Jimin seraya mempersilahkan Nala masuk.
Nala berteriak memanggil nama Ken setelah melihat siapa yang mencari dan menunggunya.
"Tante!" seru Kenzo seraya bangun dari duduk dan berlari ke arah Nala.
Keduanya berpelukan, Dhev dan Jimin hanya memperhatikan saja.
"Makanya, lo jangan pisahin mereka!" kata Jimin yang berdiri di samping Dhev.
Dhev hanya melirik pada Jimin yang dianggapnya sok tau.