Evan Dinata Dan Anggita sudah menikah satu tahun. Sesuai kesepakatan mereka akan bercerai jika kakek Martin kakek dari Evan meninggal. Kakek Martin masih hidup, Evan sudah tidak sabar untuk menjemput kebahagiaan dengan wanita lain.
Tidak ingin anaknya menjadi penghambat kebahagiaan suaminya akhirnya Anggita
rela mengorbankan anak dalam kandungan demi kebahagiaan suaminya dengan wanita lain. Anggita, wanita cantik itu melakukan hal itu dengan terpaksa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Evan, Anita dan Rendra
Di dalam sebuah rumah besar dan mewah. Seorang wanita berumur 50 tahun sedang bermain ponsel di ruang tamu. Wajahnya yang kadang tersenyum dan bahkan tertawa pertanda jika hatinya sangat berbahagia. Wanita itu adalah mama Anita. Dia tentu saja bahagia. Sejak kematian Kakek Martin, mama Anita bebas melakukan hal apa saja di perusahaan Rendra termasuk mengambil uang untuk pribadinya sendiri.
Hati wanita mana yang tidak bahagia. Mempunyai suami yang baik dan setia dan juga lupa mempunyai perusahaan yang bisa dipastikan jika dalam hal materi yang tidak akan berkekurangan.
Mama Anita menyadari jika dirinya adalah wanita yang kurang sempurna tapi penuh keberuntungan. Menikah dengan Rendra membuat dirinya mendapatkan status sosial yang disegani di kalangan wanita wanita berkelas yang menjadi teman arisannya.
Tidak hanya itu yang membuat dirinya berbahagia. Kehadiran Evan di dalam hidupnya membuat hidupnya semakin berwarna. Evan sangat menyayangi dirinya dan bahkan menurut kepadanya. Mama Anita merasakan hidupnya di atas angin. Dia hampir mendapatkan apa saja yang dia mau.
Menginginkan Evan bercerai dari Anggita sudah terpenuhi. Kini tinggal satu hal yang harus dia lakukan yaitu membuat Evan dan Adelia. Tapi untuk hal ini. Sepertinya mama Anita kalah ilmu tentang singkir menyingkirkan dibandingkan dengan Adelia. Sampai saat ini. Adelia masih bisa tinggal di rumah Evan walau belum ada tanda tanda keduanya akan melangsungkan pernikahan.
Mama Anita tiba tiba mengerucutkan bibirnya pertanda benci dengan apa yang baru saja dia lihat di ponselku. Dia baru saja melihat status terbaru Adelia yang memamerkan sebuah cincin berlian di jari manisnya.
Benci dan marah menjadi satu ketika melihat latar dari Adelia mengambil foto itu adalah di sebuah restoran yang terkenal dan mewah di Kota ini. Biasanya tempat itu akan digunakan pengunjung untuk makan malam romantis. Dan foto itu seperti baru tadi malam. Itu artinya Evan dan Adelia makan romantis di restoran itu tadi malam. Melihat cincin itu, mama Anita menduga jika Evan sudah melamar Adelia untuk jadi istrinya.
Mama Anita merapatkan giginya. Dia sudah memperingatkan Evan untuk menjauhi wanita itu tanpa memberikan alasan yang jelas. Saat itu, Evan hanya diam.
"Jangan sampai mereka menikah," kata mama Adelia pelan tapi Rendra yang baru masuk ke ruang tamu itu bisa mendengar. Di tangannya ada berkas. Rendra meletakkan berkas itu di meja setelah duduk di sofa berhadapan dengan mama Anita.
"Siapa yang kamu maksud?" tanya Rendra.
"Evan dan Anggita," jawab mama Anita tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Rendra menarik nafas panjang. Dia juga tidak menginginkan Evan untuk menikahi Adelia. Tapi Rendra tidak terlalu ikut campur seperti mama Anita. Dia hanya mengatakan kepada Evan bahwa dirinya tidak menyukai Adelia.
"Jangan terlalu memikirkan Evan dan wanita itu. Seharusnya kamu memikirkan tentang rumah tangga kita."
Mama Anita langsung menggerakkan kepalanya melihat suaminya. Dia heran dan bingung tentang perkataan pria itu. Lagipula sikap Rendra Hari ini sepertinya tidak biasanya.
"Apa maksud papa?" tanya mama Anita sambil menatap pria itu.
"Mari berbicara tentang Kita berdua," kata Rendra lagi. Dia membalas tatapan istrinya kemudian menundukkan kepalanya.
"Ada hal serius yang ingin aku bicarakan dengan kamu Anita." kata Rendra lagi.
"Hal serius apa?" tanya mama Anita. Rendra terdiam sebentar kemudian bersandar. Matanya menatap mama Anita yang menunggu dirinya berbicara tentang hal serious yang dia maksud.
"Sebelumnya maafkan aku Anita, aku tidak bisa meneruskan pernikahan ini lagi."
Bagai tersambar petir, seperti itulah yang dirasakan oleh mama Anita saat ini. Jantung yang berdebar ketika Rendra mengawali kalimat akhirnya terjawab.
Mama Anita menatap Rendra tidak percaya akan perkataan pria itu.
"Kamu bercanda jangan keterlaluan pa. Aku tidak suka," kata wanita itu tenang. Dia sangat yakin jika Rendra hanya bermaksud membuat prank until dirinya. Tidak mungkin Rendra menceraikan dirinya. Rendra sangat baik dan mencintai dirinya dan menerima kekurangannya. 27 tahun menikah. Pernikahan mereka baik baik saja tanpa adanya wanita penggoda. Mereka hanya bertengkar hal hal sepele tapi justru pertengkaran kecil itu yang membuat mereka saling mengenal hingga pernikahan mereka bisa bertahan selama 27 tahun. Jangka waktu yang sangat lama.
"Aku serius Anita. Aku ingin kita Bercerai," kata Rendra serius tanpa menyebut mama Anita dengan sebutan mama.
Mama Anita merasakan ulu hatinya sakit seperti tersayat pisau. Matanya sudah berkaca kaca mungkin sebentar lagi akan menangis. Mendengar Rendra menyebut namanya. Mama Anita bisa merasakan jika Rendra sudah menganggap dirinya orang lain.
"Kita sudah tua pa. Perjalanan pernikahan kita juga tidak satu atau dua tahun. Pernikahan Kita sudah puluhan tahun. Apa salah aku sehingga kamu menceraikan aku di usia senja seperti ini," kata mama Anita sedih. Mama Anita berusaha untuk membuat Rendra membatalkan perceraian itu.
Sungguh dia tidak pernah menyangka jika Rendra akan menceraikan dirinya. Dia pernah berpikir jika kakek Martin meninggal maka dirinya akan terbebas dari peraturan peraturan yang dibuat kakek Martin. Tapi setelah beberapa bulan tanpa kakek Martin. Kini dirinya justru menerima hal yang tidak terduga. Dia hanya bisa menikmati kebahagiaan tanpa papa mertua hanya beberapa bulan.
Mama Anita bahkan tidak bisa membendung air matanya supaya tidak turun. Hatinya benar benar sakit. Di Hari tua seperti ini harusnya dirinya semakin berbahagia dengan pria yang sangat dicintainya tapi Rendra menghancurkan mimpi itu tanpa memperlihatkan sikap yang mencurigakan sebelumnya. Sampai tadi malam, mereka menjalani hidup seperti biasanya. Rendra tidak menunjukkan sikap apapun yang bisa mengarahkan mama Anita ke arah perceraian ini.
"Beginikah sakitnya yang dirasakan oleh Anggita ketika Evan membicarakan perceraian," batin mama Anita.
Pikirannya langsung tertuju kepada Anggita. Kini setelah dirinya menghadapi hal yang sama seperti yang dialami oleh Anggita. Mama Anita bisa memahami perasaan Anggita saat itu. Dan membuat mama Anita semakin menangis. Dia adalah salah satu dalang dibalik perceraian Anggita dan Evan. Andaikan dia membongkar kejahatan Adelia. Bisa jadi Evan dan Anggita tidak bercerai.
"Tanda tangani Surat ini."
Mama Anita tersentak. Dia tadi menangis sambil melamun memikirkan Anggita.
"Jangan seperti ini pa. Beritahu apa salah aku. Aku akan memperbaikinya."
Rendra tertawa sinis mendengar perkataan mama Anita. Pria itu bagaikan orang lain yang tidak dikenal oleh mama Anita.
"Kamu yakin bisa memperbaikinya?" tanya Rendra sinis. Mama Anita menganggukkan kepalanya walau hatinya semakin berdenyut nyeri melihat sikap sinis suaminya. Dia tidak ingin bercerai. Hidup di Hari tua tidak menyenangkan. Lagipula dia juga tidak mempunyai pekerjaan. Selama ini, mama Anita adalah ratu istimewa untuk Rendra tapi kini sudah sangat berbeda.
"Aku menginginkan keturunan."
Lagi lagi mama Anita merasakan seperti tersambar petir. Tapi Kali ini jauh lebih dahsyat dibandingkan ketika Rendra berbicara tentang perceraian. Tentu saja, dia tidak bisa memberikan keturunan kepada Rendra mengingat usianya sudah di angka 50.
"Pa, kita sudah memiliki Evan. Jika kamu ingin menggendong bayi. Sebentar lagi juga Kita pasti punya cucu dari Evan."
Rendra kembali tersenyum sinis mendengar perkataan mama Anita. Mempunyai cucu sudah di depan mata tapi itu hanya kebahagiaan palsu bagi dirinya. Entah mengapa, hatinya sangat kuat jika mama Anita tidak sebaik yang dia kira. Sejak mendengar mama Anita menyalahkan Adelia karena Adelia menggagalkan rencananya untuk menginginkan bayi Anggita dan memisahkan dari Anggita membuat Rendra tidak respect lagi kepada wanita itu.
Sebenarnya bukan karena alasan keturunan membuat Rendra ingin bercerai dari mama Anita. Tapi Rendra semakin tidak nyaman hidup dengan wanita itu. Rendra bisa merasakan jika mama Anita pun sebenarnya menginginkan kakek Martin cepat tiada.
"Aku hanya ingin jawaban kamu. Apa kamu bisa memperbaiki apa yang kamu mau. Jangan membawa nama Evan dalam masalah ini," kata Rendra tajam. Pria itu kini berubah menjadi orang yang sangat berbeda. Selama ini Rendra bersikap lembut kepada istrinya.
"Tentu saja tidak bisa. Aku sudah tua. Jika itu alasan kamu untuk menceraikan aku. Aku sangat yakin jika kamu sudah berselingkuh," kata mama Anita sudah mulai marah. Dia menduga jika itu hanyalah alasan Rendra untuk menutupi perselingkuhannya.
"Perkataan kamu itu seolah olah sudah memberikan aku keturunan di usia mudamu."
"Kita sudah sepakat tidak membahas itu lagi. Dan selama ini kamu menerima kekurangan aku. Jadi mengapa itu jadi alasan kalau bukan untuk menutupi perselingkuhan kamu. Kamu jahat Rendra."
Mama Anita seperti terlempar ke Masa lalu. Perkataan Rendra tidak hanya menyakiti hatinya tapi juga mencampakkan dirinya ke jurang yang paling dalam. Satu hal yang dia sesalkan dari perceraian ini. Mengapa baru sekarang, ketika dirinya tidak bisa berbuat apa apa lagi. Mengapa tidak dulu ketika dirinya masih muda dan cantik.
"Aku tidak pernah berselingkuh. Dan aku tidak sejahat seperti yang kamu kira. Kita bercerai karena sifat jahat kamu. Kamu tidak menginginkan Evan bahagia karena dia bukan anak kandung kamu. Dan kamu juga berbahagia atas kematian papa aku. Jadi siapa yang jahat disini?.
Di sela tangisannya, mama Anita menatap Rendra tidak percaya. Dia tidak menyangka jika sifat busuknya diketahui oleh Rendra. Tapi satu hal yang dia tidak terima. Dia menyayangi Evan seperti anak dari rahimnya sendiri. Hanya saja dia cemburu melihat Anggita mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua mertuanya. Satu hal yang tidak dia dapatkan dari Nenek Rieta Dan kakek Martin karena dirinya tidak bisa memberikan cucu.
"Apapun alasan kamu. Aku tidak mau bercerai," kata mama Anita.
"Kamu yang tidak mau. Tapi jika pengadilan memutuskan. Kamu mau bilang apa?" tanya Rendra kemudian terkekeh. Dia juga menyodorkan berkas itu sehingga mendekat ke arah mama Anita.
"Pa, tolong jangan egois. Kita sudah tua."
Rendra tersenyum. Wajahnya terlihat meremehkan mama Anita karena Rendra mengetahui apa yang dikhawatirkan oleh wanita itu setelah mereka bercerai.
Rendra berbalik dan hendak melangkah ke pintu utama. Rendra terkejut dan menghentikan langkahnya. Di pintu utama itu, dia melihat Evan sedang berdiri dan kesedihan jelas terlihat di wajahnya.
"Jadi aku anak siapa pa?" tanya Evan pelan. Hatinya juga ikut hancur mengetahui jika dirinya adalah bukan anak kandung dari Rendra dan Anita.
Saat ini juga, Evan merasa malu kepada Rendra. Pria yang dia panggil papa itu sangat menyayangi dirinya dan Evan bisa merasakan kasih sayang yang tulus itu. Evan malu, karena tidak mendengar nasehat Rendra tentang Anggita. Ternyata penilaian Rendra lah yang benar dibandingkan penilaian mama Anita.
Evan seperti kehilangan semangat hidup mengetahui fakta demi fakta tentang kehidupannya. Mengetahui tentang Anggita membuat Evan menyesal dan mengetahui tentang dirinya membuat Evan malu. Evan menyadari sekarang jika dirinya adalah manusia tidak tahu diri. Seketika juga Evan merasa tidak pantas menerima semua pemberian kakek Martin kepadanya.
Mengingat kebaikan kakek Martin dan juga sikapnya membangkangnya membuat Evan terduduk di lantai. Dia kini bagaikan anak kecil yang kehilangan mainannya kesayangannya.
"Evan, apapun yang terjadi pada papa dan Anita. Kamu adalah anak papa. Berdirilah nak," kata Rendra lembut sambil mengulurkan tangannya ke Evan. Sikap itu jauh berbeda dengan sikap yang baru saja ditunjukan kepada mama Anita. Perlakuan berbeda itu dapat dilihat oleh mama Anita.
"Mengapa kalian menutupi hal penting ini dari aku pa. Kalau aku tidak datang ke rumah ini. Selamanya aku tidak mengetahui siapa diriku yang sebenarnya."
"Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan tentang siapa kamu sebenarnya. Berdirilah nak. Kita bisa membicarakan ini." kata Rendra membujuk Evan untuk berdiri. Menyadari jika dirinya sebenarnya bukan anak kandung Rendra. Akhirnya Evan mengulurkan tangannya. Dia tidak ingin membantah kata kata pria yang sudah sangat tulus menjaga dan Membesarkan dirinya.
"Siapa sebenarnya orang tua kandung ku pa," tanya Evan setelah mereka duduk di sofa. Kenyataan ini jelas kejutan luar biasa baginya. Dia tidak pernah curiga jika dirinya hanya seorang anak angkat. Bukan hanya dirinya. Orang lain juga pasti tidak akan curiga karena dia dan kakek Martin mempunyai kemiripan.
Mama Anita tidak dapat untuk berkata kata lagi. Di hatinya semakin banyak tertimbun rasa takut. Dia takut jika Evan tidak akan menyayangi dirinya lagi setelah mengetahui jika dirinya bukan mama kandung bagi Evan. Hari ini sepertinya dia akan kehilangan dua orang yang sangat disayanginya.
"Untuk mengetahui siapa orang tua kandung kamu. Kamu boleh bertanya kepada Gunawan dan Tiara," kata Rendra. Evan menundukkan kepalanya. Saat ini di hatinya hanya ada pertanyaan siapakah kedua orang tuanya. Dia melupakan tujuannya datang ke rumah ini.
"Evan, mama sangat menyayangi kamu. Setelah kamu mengetahui siapa orang tua kandung kamu. Mama berharap kamu tidak melupakan mama," kata mama Anita penuh harap. Jika perceraian itu terjadi, dia hanya bisa menggantungkan hidupnya ke Evan. Jika Evan tidak bisa menjadi sandaran hidupnya kelak entah bagaimana nantinya hidup mama Anita.
"Aku tahu ma. Kalian berdua adalah tetap orang tua bagiku. Maaf jika selama ini aku bukan anak yang baik buat kalian."
Mama Anita langsung berdiri dari duduknya dan menghambur ke pelukan Evan. Evan sudah menjadi anak yang baik dan penurut. Dia saja tidak menjadi mama yang sempurna untuk Evan. Dia dengan sadar menghancurkan pernikahan putranya itu. Entah apa yang terjadi pada hati Evan jika mengetahui bahwa mama Anita menjadi saksi atas insiden di tangga yang membuat Anggita sampai dilaporkan ke polisi.
"Pa, apa perceraian kalian tidak bisa dibatalkan. Aku takut papa menyesal nantinya seperti aku yang menyesal karena bercerai dari Anggita," kata Evan penuh harap. Dia masih berpikir jika mama Anita adalah wanita terbaik bagi Rendra. Sama seperti mama Anita, Evan juga menduga jika Rendra mempunyai selingkuhan.
"Iya pa. Tolong dengarkan saran Evan. Aku bahkan rela kamu menikahi lagi. Asal Kita tetap satu keluarga. Evan tidak pergi kemana mana walau nanti mengetahui siapa orang tua kandung. Benar begitu kan Evan?" kata mama Anita. Mengijinkan Rendra menikah kembali terlintas di pikirannya supaya dirinya tidak kehilangan sandaran hidup.
"Maaf. Aku ingin tetap bercerai. Aku mohon Anita. Jangan mempersulit perceraian itu nanti," kata Rendra mantap.
tapi di ending bikin Sad
senggol dong
tapi mengemis no.