Rafka william Adijaya. seorang CEO yang berstatus duda, sedang membawa anaknya jalan-jalan di sebuah taman bermain. Namun, karena ia sedang mengangkat telpon tidak sadar anaknya menghilang.
Karin Dewanti. seorang gadis yang sedang mengantri membeli minuman, ia tak sengaja melihat dua anak sedang menyeberang dan ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi . Karin yang khawatir langsung berlari dan akhirnya ..
sreeett ... bruukk..
"ssshhh, aww." desisnya.
"kalian tidak apa-apa? apa ada yang terluka? apa ada yang sakit?" cecarnya .
hwaa.. hwaa.. hikss.. Daddy..
akankah Rafka menemukan anak kembarnya ?
yuk, ikuti terus ceritanya sampai habis :)
HAPPY READING ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
Hari menjelang sore. Kenzo menggeliatkan tubuhnya seraya mengucek matanya, perlahan dia duduk, setelah nyawanya terkumpul sepenuhnya, Kenzo membangunkan Kenzi untuk turun dari kaur king size nya. Dengan malas, Kenzi bangun mendudukkan tubuhnya. Kenzo turun terlebih dahulu pergi menuju kamar mandi, setelah kurang lebih 10 menit , Kenzo keluar menyuruh Kenzi mandi. si Kembar memang sudah bisa mandi sendiri dan juga memakai baju sendiri, hanya sesekali di bantu pelayan jika ada Acara penting saja. si Kembar sudah rapi dengan pakaiannya, mereka turun kebawah mencari sang Daddy.
"Daddy, Daddy dimana?" Teriak si kembar dari arah tangga.
Rafka yang mendengar suara anaknya, ia menoleh ke arah suara tersebut.
"Sayang, Daddy ada di ruang tamu dan Oma Ayu. Kalian ke marilah!!" sahut Rafka
si Kembar berlari ke arah ruang tamu, mereka senang mendengar Oma Ayu datang.
"OMA" pekik si Kembar
"Hai, Cucu Oma pintar sekali sudah mandi ya?." tanya Oma Ayu
" iya Oma, kita kan sudah besar. jadi, kita mandi dan pakai baju sendiri, kasian Daddy capek kerja tapi harus ngurus kita juga!" ujar Kenzo
" iya cucu Oma, memang pintar-pintar yah" Puji Oma Ayu bangga.
Semua Orang yang ada di ruang tamu Keluarga bangga, si Kembar punya pemikiran yang dewasa. Meskipun mereka tumbuh tanpa seorang ibu di sisinya, mereka tidak ingin merepotkan ayahnya yang pastinya capek bolak-balik mengantar dan menjemput ke rumah Omanya setiap hari kecuali hari Minggu, pulang kerja harus mengurus semua keperluan si Kembar sendiri. mereka berinisiatif untuk mulai mandiri, di mulai dari tidur sendiri, mandi sendiri, memakai pakaian dan makan sendiri, meskipun kadang masih minta di suapi.
" Hei, ponakan Uncle? Kok Uncle dianggurin sih?"
si Kembar menoleh ke arah suara yang memanggil mereka, betapa terkejutnya mereka melihat Reza.
"UNCLE" Pekik si kembar
" ponakan Uncle udah besar ya! sini peluk dong, enggak kangen apa sama Uncle? hem?" Reza merentangkan kedua tangannya.
Si Kembar memeluk Reza dengan erat. Rafka yang melihat interaksi anaknya terharu sekaligus bahagia, banyak orang yang menyayangi anaknya. Si Kembar berceloteh riang dengan Reza, karena Reza memang anak yang mudah berbaur dengan orang lain.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari menjelang malam, Suara Adzan berkumandang membangunkan seorang gadis yang masih membungkus tubuhnya di dalam selimut, dia menguap dan menggeliatkan tubuhnya. Ia membuka hp nya, melihat jam menunjukkan pukul 18:10.
"Hoamm .. Astaghfirullah udah magrib, gak kerasa tidur dari siang. Mungkin karena efek obat kali ya? aku wudhu dulu deh , baru nanti masak" gumam Karin.
Dengan tertatih Karin berjalan perlahan ke kamar mandi untuk berwudhu. Karin sholat dengan menjulurkan kakinya, selesai sholat Karin berjalan perlahan menuju dapur ingin memasak, melihat suasana rumah sepi, Karin yakin kalau Kiki pasti berangkat ke Mushola.
Di dapur hanya ada dua telur dan 2 mie rebus, Ia mengecek Nasi di Rice cooker yang terdengar bunyi yang menandakan nasi sudah matang, mungkin Kiki Sudah memasak nasi pikirnya. Karin merebus dua mie rebus itu, Dengan memanfaatkan bahan yang ada dia membuat martabak mie.
Karin sudah menyelesaikan masakannya, dia menunggu Kiki pulang dari Mushola agar bisa makan bareng. Karin mendengar bunyi teleponnya berdering, di sana tertera nama sahabatnya sekaligus bos dimana ia bekerja. Dia Adalah Lusiana, Karin menggeser tombol hijau dan menempelkan hp ke telinganya.
"Hallo, Lusi. Ada apa?
"Hallo, BESTie. tadi kak Fajar bilang padaku kau habis kecelakaan, Benarkah itu?"
"iya , Tadi aku menolong dua orang anak yang hampir tertabrak mobil. Ternyata, Anak yang aku tolong itu Anak Majikannya kak Fajar."
"Apa kau terluka parah? kenapa tidak memberitahuku kalau kau kecelakaan? Sahabat macam apa kau ini. hah?"
"tidak apa-apa , hanya terkilir saja selebihnya tidak ada yang serius. tadinya, setelah makan malam aku rencananya ingin menelpon mu tapi kau duluan yang menelpon ku, tadi aku tidak menelpon mu karena baterai hp ku habis."
"tadi kak Fajar meminta izin padaku agar kau di beri libur sampai sembuh, itu semua atas permintaan Tuan Rafka. Aku tidak akan memotong gaji mu, dan anggap saja itu libur untukmu yang tak pernah bolos ataupun izin kerja."
"iya baiklah, Terimakasih Lusi."
"Sama-sama BESTie , lekas sembuh sayangku. emmuachh .."
"Hei kau, menjijikan sekali. Dengar ya, aku masih Normal."
"Hahahaha .. bye BESTie "
"Bye"
Sambungan telepon itu terputus, setelah keduanya memutuskan untuk mengakhiri nya. tepat setelah selesai menelpon, Kiki Datang dan keduanya pun makan malam bersama dengan menu seadanya. mereka selalu bersyukur, meskipun hanya hidup berdua. Karin dan Kiki tak pernah mengeluh, karena Orang tua selalu Menanamkan rasa syukur dalam diri mereka dari mereka kecil.
Karin harus memikul beban yang sangat sulit, Saat ayahnya meninggal karena penyakit paru-paru yang di deritanya, sedangkan dia juga harus mengurus sang ibu yang depresi sampai akhirnya bunuh diri. Karin di paksa oleh keadaan menjadi tulang punggung keluarga untuk adiknya, Ia bangkit dari kesedihannya. Karin yang saat itu sudah lulus sekolah menengah Atas, Berbekal ijazah SMA dan juga tekadnya mencari pekerjaan. Demi adiknya melanjutkan pendidikan, dan kelangsungan hidupnya. Beruntung, Karin mempunyai teman dekatnya yang menawarkan pekerjaan padanya di cafe miliknya, Karin langsung mengiyakan tawaran tersebut tanpa berpikir panjang lagi.
Karin yang sudah menyelesaikan makan malamnya, Ia duduk di teras Rumah menatap Bulan dan Bintang yang terang di atas langit.
'Ayah, ibu Apa kalian bahagia di sana,?'
' Doakan Karin, Semoga Karin bisa menyekolahkan Kiki sampai dia menjadi Sarjana. Karin tidak akan mengeluh, semoga Kiki bisa membanggakan kalian Ayah, Ibu." batin Karin
...****************...
Rafka sedang berdiri di balkon kamarnya. Dia memandang langit biru yang bersih, Menatap bulan dan bintang dengan pikiran yang Rumit. Rafka menghisap rokok dan menghembuskan asapnya perlahan, setiap banyak pikiran dia melampiaskannya dengan membakar beberapa batang rokok. Rafka tipikal orang yang anti akan minuman beralkohol, saat sedang melamun. dia teringat akan senyuman seorang gadis yang telah menyelamatkan anaknya, Entah mengapa, perasaan menghangat menyelimuti hatinya. Senyum yang manis, Hati yang tulus dan bersih, tatapan yang teduh, ucapan yang lembut, Ada rasa yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Rafka mematikan Rokoknya, dirinya dibuat penasaran dengan sosok Karin yang tak pernah Ia temukan dari banyaknya wanita yang pernah dia temui.
'Karin, mengapa wajahmu mengusik pikiranku?'
'senyummu melenyapkan kegundahan ku'
'tatapan teduh mu membuatku merasakan kenyamanan' .
Rafka membatin dengan banyaknya pertanyaan di hati serta pikirannya.
'Cristin Apa tak ada niat di hatimu untuk menemui buah hati kita, mereka merindukan sosok seorang ibu. Apa pekerjaanmu lebih penting dari Si Kembar?'
batin Rafka sedih.