Setelah memenangkan perang di perbatasan, Qin Chen, Pangeran ketiga Kerajaan Chu segera kembali ke istana Kerajaan untuk secepatnya meresmikan hubungan dengan salah satu putri pejabat Kerajaan yang telah lama menjadi kekasih hatinya.
Kembali ke istana saat Raja sedang menggelar pesta pernikahan, Qin Chen terkejut melihat Li Wei, wanita yang dia cinta duduk bersandingan dengan Ayahnya, dan mendapatkan gelar Selir Agung. Gelar di Kerajaan yang hanya berada satu tingkat di bawah Ratu.
Mendapatkan sambutan yang begitu menyakitkan setelah memenangkan peperangan, Qin Chen begitu saja melepas gelar Pangeran miliknya, dan tanpa pamit dia pergi meninggalkan Kerajaan Chu.
Dua tahun berlalu, Qin Chen yang sudah merubah identitasnya kembali ke Kerajaan Chu. Bukan kembali untuk mengambil gelarnya, dia justru kembali sebagai pengawal Putri Liu Yao, Putri Mahkota Kerajaan Shu, yang merupakan calon istri Putra Mahkota Kerajaan Chu.
Dari sinilah dimulainya kisah Qin Chen menjadi seorang legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiPemula, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membatalkan Rencana Pernikahan
Jangan lupa like dan komentarnya, terimakasih...
°°°
Istana Putri Mahkota...
“Maaf membuat kalian lama menunggu...” ujar Putri Liu Yao yang baru saja datang di ruang pertemuan, sembari duduk di tempat yang biasa dia tempati.
Begitu duduk, Putri Liu Yao berkata pada tiga orang yang paling dia percayai, “Raja Liu Feng secara diam-diam menyetujui lamaran Pangeran Qing Moran, dan mereka sudah menentukan hari pernikahan. Akan tetapi, tentu aku tidak menyetujui apa yang mereka rencanakan,” kata Putri Liu Yao.
Qin Chen, Qiao Bao, Jenderal Shang Hong tidak terkejut mendengar itu, “Kalau hari pernikahan sudah di tentukan oleh mereka, lalu apa rencana Putri untuk menggagalkan rencana mereka? Apa Putri ingin melengserkan Raja Liu Feng?” tanya Qiao Bao.
Putri Liu Yao menggelengkan kepalanya, “Aku tidak memiliki rencana melengserkan Raja Liu Feng, aku juga tidak ingin menjadi Ratu dari Kerajaan ini. Tanpa harus melengserkan Raja, aku masih punya cara untuk menggagalkan rencana mereka. Akan tetapi, begitu kita menjalankan rencana yang aku susun, kita semua harus pergi meninggalkan tempat ini, dan untuk sementara waktu kita akan tinggal di Kota Hebei,” ujar Putri Liu Yao.
“Kalau aku boleh tau, apa yang Putri rencanakan untuk menggagalkan rencana mereka?” tanya Jenderal Shang Hong penasaran dengan rencana Putri Liu Yao.
“Aku cuma harus berpura-pura mengikuti rencana mereka, tapi di hari aku harus pergi ke Kekaisaran Qing, aku tidak akan pernah pergi ke tempat itu, melainkan aku akan pergi ke Kota Hebei,” jawab Putri Liu Yao menjelaskan rencana yang begitu sederhana.
“Raja Liu Feng pasti tidak membiarkan Putri pergi tanpa pengawalan dari orang-orang kepercayaannya. Kalau Putri memutuskan pergi ke Kota Hebei, bagaimana dengan mereka? Apa kita perlu membunuh mereka?” tanya Qiao Bao.
Putri Liu Yao senyum mendengarnya, “Sebagian besar orang kepercayaan Raja Liu Feng adalah orang-orang yang aku kirim untuk mengawasi istana Kerajaan Shu. Jadi, kemungkinan besar mereka yang melakukan pengawalan, adalah mereka yang sebenarnya masih bagian dari kita...”
“Aku tidak menyangka Putri telah begitu berkuasa atas Kerajaan Shu. Bahkan, istana Kerajaan sebenarnya sudah berada dalam genggaman Putri. Akan tetapi, kali ini kita juga harus berurusan dengan pihak Kekaisaran, terutama pihak Pangeran Qing Moran. Raja Liu Feng sudah pasti tidak akan memiliki kekuatan untuk berani berbuat macam-macam dengan kita, tapi Pangeran Qing Moran pasti tidak terima dengan apa yang Putri lakukan padanya...”
“Kemungkinan terburuk, Pangeran Qing Moran akan menggunakan kekuatan Kekaisaran untuk mengambil alih Kerajaan Shu, dan memaksa Putri menuruti keinginannya supaya Kerajaan Shu terhindar dari kehancuran,” ujar Qin Chen yang sejak tadi hanya berdiam diri.
“Kekuatan Kekaisaran saat ini terpecah menjadi tiga kubu. Kalau hanya Pangeran Qing Moran yang menyerang Kerajaan Shu, bukan sesuatu yang sulit untuk melawannya,” ungkap Putri Liu Yao.
“Putri jangan melupakan siapa sosok di belakang Pangeran Qing Moran. Pendekar tombak naga yang merupakan Paman Pangeran Qing Moran, pastinya dia akan membantu saat Pangeran meminta bantuan padanya,” kata Jenderal Shang Hong.
“Kalau itu benar-benar terjadi, kita akan mengalami kesulitan berhadapan dengan kekuatan Pangeran Qing Moran. Apalagi, masih ada kemungkinan serangan dari Kerajaan Ming dan Kerajaan Gui...” Putri Liu Yao tidak melupakan keberadaan Kerajaan Ming dan Kerajaan Gui yang sedang berselisih dengan Kerajaan Shu.
“Untuk Kerajaan Ming dan Kerajaan Gui, Putri tidak perlu memikirkan mereka! Aku memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk menghadapi mereka. Yang perlu kita pikirkan saat ini adalah bagaimana cara melawan Pangeran Qing Moran, seandainya dia memutuskan menyerang Kerajaan Shu dan membawa pendekar tombak naga di sisinya,” ujar Qin Chen.
Suasana seketika menjadi hening karena semua orang sedang memikirkan cara untuk menghadapi kemungkinan terburuk, seandainya Pangeran Qing Moran memutuskan menyerang Kerajaan Shu dengan bantuan pendekar tombak naga.
Saat semua sedang berpikir, tiba-tiba Qin Chen berkata, “Sekarang kita memiliki lebih dari tiga ratus ribu prajurit, dan ratusan senjata berat. Jangan lupa, kita juga memiliki benteng pertahanan kokoh yang bisa kita gunakan untuk bertahan dari serangan musuh. Kita hanya perlu memaksimalkan apa yang kita miliki untuk mengalahkan musuh yang mendatangi kita...”
“Satu anak panah untuk satu musuh, satu tembakan meriam untuk memusnahkan puluhan musuh. Kalau prajurit kita bisa melakukan itu, kita pasti dapat mengalahkan musuh yang datang, meski jumlah mereka lebih banyak dari kita,” ujar Qin Chen penuh keyakinan.
“Saudara Chen benar. Kalau kita bisa memaksimalkan apa yang kita miliki, meski jumlah musuh lebih banyak, kita pasti dapat mengalahkan mereka. Akan tetapi, untuk melakukan semua itu, kita harus memberi pelatihan khusus pada seluruh prajurit, dan itu memerlukan waktu yang tidak sebentar,” kata Qiao Bao.
“Di Kota Hebei terdapat banyak prajurit yang berpengalaman di medan perang, dan mereka sudah terbiasa memaksimalkan apa yang mereka miliki untuk melawan musuh yang jumlahnya lebih banyak dari mereka. Kalau Putri mengizinkan, biar orang-orang itu yang melatih seluruh prajurit memaksimalkan seluruh potensi pada diri mereka!...” Qin Chen menatap Putri Liu Yao, menunggu tanggapan sang putri.
“Aku percaya dengan kemampuan mereka, dan biarkan mereka melatih prajurit yang kita miliki termasuk prajurit teratai perak dan prajurit teratai emas,” kata Putri Liu Yao.
Qiao Bao dan Jenderal Shang Hong yang belum tahu identitas asli Qin Chen, mereka dibuat semakin penasaran dengan identitas Qin Chen. Keduanya tahu orang-orang yang ditempatkan di Kota Hebei adalah orang-orang Qin Chen, tapi mereka tidak tahu darimana asal orang-orang itu.
Pertemuan berakhir setelah Qin Chen memberi solusi terbaik untuk permasalahan yang akan dihadapi Putri Liu Yao, begitu sang putri menggagalkan rencana pernikahan yang sudah dipersiapkan oleh Raja Liu Feng dan Pangeran Qing Moran.
“Saudara Chen, sebenarnya darimana kamu mendapatkan orang-orang tangguh yang saat ini ditempatkan di Kota Hebei? Apa itu semua kamu dapat karena memiliki hubungan baik dengan salah satu orang berpengaruh di Kerajaan Chu?” tanya Qiao Bao pada Qin Chen begitu keluar dari ruang pertemuan.
“Bisa dikatakan mereka semua adalah orang-orang yang dulunya setia pada Pangeran ketiga Kerajaan Chu, dan bisa dikatakan dulu aku merupakan pemimpin sebagian dari mereka. Setelah Pangeran ketiga meninggalkan Kerajaan Chu, kami semua memutuskan keluar dari keanggotaan prajurit Kerajaan Chu, dan memilih menjalani kehidupan bebas....”
“Meski sudah lama tidak saling berhubungan, aku merasa sangat beruntung karena mereka masih mau kembali berkumpul, saat aku membutuhkan bantuan mereka,” kata Qin Chen menjawab apa yang ingin diketahui Qiao Bao.
Meski tidak mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya, Qin Chen telah memberi jawaban yang hampir keseluruhannya adalah kebenaran.
Qiao Bao menganggukkan kepalanya mengerti, begitu juga dengan Jenderal Shang Hong yang sejak awal dari akhir ikut mendengar jawaban yang diberikan Qin Chen.
“Sebagai orang yang pernah mengikuti Pangeran ketiga Kerajaan Chu yang dijuluki sang Dewa Perang. Saudara Chen, apa kamu bisa menceritakan padaku seperti apa sosok Pangeran ketiga Kerajaan Chu? Apa dia sosok yang menyeramkan dan haus darah?” tanya Jenderal Shang Hong.
“Pangeran ketiga sebenarnya sosok yang cinta damai. Akan tetapi, demi melindungi penduduk Kerajaan Chu, dia tidak segan terjun langsung ke medan perang dan membunuh orang-orang yang mengancam keamanan penduduk Kerajaan Chu...”
“Kalau dia ingin melindungi penduduk Kerajaan Chu, kenapa dia tiba-tiba menghilang? Apa telah terjadi permasalahan besar di Kerajaan Chu, yang membuat dia akhirnya pergi meninggalkan Kerajaan setelah melepaskan semua gelar yang dimilikinya?” kembali Jenderal Shang Hong bertanya, tapi dia tidak sadar dengan perubahan wajah Qin Chen.
“Semakin sedikit kalian tahu, semakin baik untuk kalian. Dan lagi, apa yang terjadi di Kerajaan Chu bukan sesuatu yang perlu kalian ketahui,” kata Qin Chen lalu dia begitu saja pergi meninggalkan Qiao Bao dan Shang Hong, yang masih diam terpaku setelah mendengar apa yang dikatakan Qin Chen.
“Saudara Bao, apa aku telah menanyakan sesuatu yang tak seharusnya aku tanyakan?...” Jenderal Shang Hong menoleh, menatap Qiao Bao yang berada di sampingnya.
Qiao Bao mengangguk, “Saudara Hong, entah kenapa aku merasa tidak seharusnya kamu menanyakan pertanyaan itu padanya, meski sebenarnya aku juga ingin menanyakan hal yang sama. Ekspresi wajah saudara Chen benar-benar berubah setelah mendengar pertanyaan itu,” ungkap Qiao Bao.
“Apa aku harus mencarinya untuk meminta maaf? Akan tetapi, kemana aku harus mencarinya?...” Jenderal Shang Hong merasa bersalah dengan apa yang baru saja terjadi.
“Sebaiknya kita menunggu dia tenang, dan baru datang untuk meminta maaf...” Saran Qiao Bao.
Jenderal Shang Hong setuju dengan saran Qiao Bao, lalu keduanya memutuskan untuk kembali ke tempat mereka masing-masing, dan melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda.
°°°
Bersambung...