Mencintai jodoh sepupu sendiri?
Salahkah itu?
Berawal dari sebuah pertemuan yang tak di sengaja. Senja, gadis 22 tahun yang baru pulang dari luar negeri itu bertemu dengan sosok pria bernama Bumi yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan.
Semakin Senja tidak ingin melihat wajahnya, justru makin sering Senja bertemu dengannya.
Dari setiap pertemuan itulah muncul rasa yang tak biasa di hati keduanya.
Tapi sayangnya, ternyata Bumi adalah calon suami dari sepupu Senja, Nesya. Mereka terlibat perjodohan atas permintaan almarhum ibunda Bumi pada sahabatnya yang merupakan ibu dari Nesya.
Sanggupkah Bumi dan Nesya mempertahankan perjodohan itu?
Bagaimana nasib Senja yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Bumi? Mampukah ia mempertahankan hatinya untuk Bumi?
Baca terus kisah mereka, ya.
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Menjodohkan Senja dengan Dimas
Malam itu Dimas akhirnya ikut makan malam bersama keluarga Senja. Kebetulan ayah Senja juga sudah pulang ke rumah, jadi mereka makan bersama di satu meja.
“Tante senang sekali kau mau ikut makan disini. Sering-seringlah main kesini jika kau punya waktu luang,” ucap ibu Senja dengan ramah. Sementara anaknya sudah jengah dengan perlakuan ibunya pada Dimas yang menurutnya berlebihan.
“Terimakasih, Tante. Kalau ada waktu luang, saya akan main-main lagi kesini,” jawab Dimas dengan ramah.
Tuan Andika hanya tersenyum melihat bergantian ke arah Dimas dan anaknya. Dia tau, Senja tidak nyaman dengan keberadaan Dimas disana. Bukan berarti dia tidak suka pada Dimas, tapi ibunya terlalu ketara sekali ingin menjodohkan mereka berdua.
“Bagaimana masakan Tante? Kau suka tidak?” tanya Liliana lagi.
“Suka sekali, Tante. Sangat enak,” jawab Dimas yang memang merasa makanan yang dimakannya sangat pas di lidah.
“Syukurlah kalau kau suka. Tante memang hobi memasak. Senja juga bisa memasak seperti Tante lho. Hanya saja belakangan ini dia sibuk dengan pekerjaannya jadi jarang masak sama Tante.” Liliana mulai mempromosikan anak gadisnya yang sudah sempurna di mata Dimas.
“Oh ya, jadi kau pintar memasak juga?” tanya Dimas pada Senja yang duduk di sebelahnya.
“Tidak begitu pintar. Hanya bisa saja. Kau bisa memasak?” Senja balik bertanya.
“Aku tidak bisa memasak. Bahkan aku tidak pernah memasak sekalipun. Tapi ibuku pintar memasak sama seperti Tante Lili. Selain ibu, kak Bumi juga bisa memasak. Aku tidak menyangka pengusaha yang sibuk seperti dia mahir di dapur,” jawab Dimas yang menarik perhatian Senja.
“Dia bisa masak?” Senja seperti tak percaya.
Dimas mengangguk. “Dia bisa memasak. Tapi hanya untuk dirinya sendiri. Katanya dulu waktu sekolah di luar negeri, dia lebih senang mengurus kebutuhannya sendiri termasuk memasak untuk dirinya sendiri. Dia memang sosok yang nyaris sempurna,” jawab Dimas lagi.
Dia memang sempurna. Senja membenarkan dalam hati.
“Tidak masalah kau tidak bisa memasak. Senja kan bisa masak. Terkadang konsep jodoh itu memang tepat. Yang bisa masak berjodoh dengan yang tidak bisa masak, jadinya mereka bisa saling melengkapi,” sela Liliana.
“Maksud Mama?” tanya Senja bingung.
“Bumi kan bisa memasak, jodohnya si Nesya yang ke dapur pun jarang. Cocok bukan? Nanti setelah menikah Bumi bisa mengajari Nesya bagaimana cara memasak di dapur. Dimas tidak bisa masak tidak masalah, ada Senja yang bisa memasak setiap hari,” jawab Liliana.
Raut wajah Senja seketika berubah. Kata-kata Bumi adalah jodoh Nesya selalu terasa menyesakkan dadanya. Ia seperti ingin menentang perkataan itu, tapi bagaimana bisa jika memang itulah kenyataannya saat ini.
Ayah Senja mengerutkan kening melihat perubahan raut wajah anak gadisnya. Entah mana satu perkataan dari ibunya yang tidak Senja sukai. Apakah tentang Bumi atau tentang Dimas?
***
Acara makan malam itu pun selesai. Sekarang Tuan Andika dan istrinya sedang berbaring di kamar sambil mengobrol hal-hal kecil. Itu adalah satu hal yang sering dilakukan pasangan suami istri itu, mengobrol sebelum tidur malam. Dengan begitu, komunikasi yang baik antara mereka tetap terjaga, sehingga rumah tangga mereka selalu harmonis.
“Sayang, menurutmu bagaimana kalau kita menjodohkan Senja dengan Dimas saja? Dimas anak yang baik dan sopan. Dia juga berasal dari keluarga Dirgantara,” kata Liliana.
“Senja masih muda. Biarkan dia menentukan pria mana yang akan menjadi pendampingnya,” jawab Andika sambil mengusap rambut istrinya yang bersandar di dadanya.
“Tapi Sayang, tidak ada salahnya kita mendekatkan mereka. Bumi dan Nesya saja dari kecil sudah dijodohkan,” kata Liliana lagi.
“Sayang, jangan jadikan orang lain sebagai patokan hidup kita. Senja dan Nesya itu dua kepribadian yang berbeda. Senja tidak akan suka dijodoh-jodohkan begitu.” Andika tau betul bagaimana sifat putrinya. Senja selalu memilih sesuatu sesuai keinginan hatinya bukan karena paksaan dari yang lain.
“Ya...semoga saja Senja berjodoh dengan Dimas. Aku bukan mau memaksa Senja, tapi anak kita itu kalau tidak diarahkan, nanti dia nikahnya lama.”
“Sayang, Senja masih sangat muda. Sudahlah, biar saja dia berkarir dulu.”
“Baiklah, Tuan Andika. Kau selalu membela anakmu.”
“Bukan begitu, Sayang. Makin kita paksa, Senja tidak akan suka. Justru yang aku khawatir Senja malah tidak suka juga pada Dimas kalau kau terlalu sering menjodoh-jodohkannya.”
Liliana berpikir sejenak. Sepertinya suaminya itu ada benarnya juga.
“Baiklah, aku tidak akan memaksakan lagi,” ucap Liliana setuju.
“Ya sudah, sekarang kita tidur. Sudah malam.”
Liliana pun membetulkan posisi kepalanya dana terlelap di lengan suaminya. Sementara Andika belum ikut tertidur, ia masih mengingat-ingat raut wajah Senja saat di meja makan tadi.
Apa mungkin ada sesuatu antara Senja dan Bumi yang tidak aku ketahui? Kenapa sepertinya Senja cemburu kalau Bumi dengan Nesya?
saat Bebek panggang madu terhidang di hadapanku tp tak bisa kumakan krn perut terlanjur kenyang..
maka cepatlah bangun Senjanya Bumi.. krn Bumi mu begitu bersedi sama seperti yg ku rasakan saat merelakan Bebek panggang madu utk mereka.. 😭