Bumi Tanpa Senja
Siang itu sebuah mobil mini cooper berwarna putih melesat laju di jalan. Mobil mewah itu dikemudikan oleh seorang wanita cantik berusia 22 tahun yang memiliki kulit putih mulus dan rambut hitam tebal yang panjangnya melebihi pundak. Wanita itu bernama Cahaya Senja Wijaya atau yang sering dipanggil Senja. Ia adalah putri tunggal pasangan Andika Wijaya dan Liliana yang merupakan konglomerat di kota itu. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga mereka.
Senja baru saja pulang dari luar negeri seminggu yang lalu setelah menamatkan kuliahnya di bidang bisnis dan ekonomi. Dia salah satu mahasiswi lulusan terbaik di kampusnya. Ia memang sangat pintar seperti Papanya yang merupakan pengusaha terkenal. Berbeda dengan mamanya yang lebih senang dengan dunia masaknya, kalau bicara selalu ceplas ceplos sesuka hatinya.
Triingg triiingg.
Handphone-nya berdering. Ia lihat di layar pipih itu, tertulis nama sahabatnya, Viona, disana. Ia pun segera menjawab panggilan itu dan meletakkan di kuping dengan satu tangan, sementara tangan satu lagi tetap fokus menyetir.
“Halo, Vio,” sapa Senja.
“Halo, Senja. Kau dimana? Aku sudah di restoran,” tanya Viona.
“Aku sedang dalam perjalanan. Kau tunggu disana, ya,” jawab Senja sambil tetap mengemudikan mobilnya.
“Iya. Tapi cepat, ya. Riko sudah ada disini dari tadi dengan pacarnya. Entah pacarnya atau selingkuhannya,” kata Vio yang sekarang sedang mengawasi Riko di restoran.
“Iya, iya, baiklah. Ini juga sudah cepat. Kau tetap awasi mereka, ya,” sahut Senja.
“Iya, ini kan lagi aku awasi. Jangan lama-lama, aku sudah eneg melihat mereka yang tidak tau malu bermesraan di depan umum. Itu apalagi. Eh, eh, eh, apa itu? Riko mencium pipi wanita itu,” kata Viona yang membuat Senja terkejut mendengarnya.
“Apaaa?”
Ciiitttttttttt bruuukkk.
Senja yang terkejut mendengar kabar dari Viona secara spontan mengerem mobilnya mendadak. Karena perbuatannya itu, sebuah mobil rolls royce di belakangnya tidak sengaja menabrak bagian belakang mobilnya.
Panggilan telepon dari Viona terputus begitu saja saat handphone Senja terpelanting jatuh ke bawah akibat benturan tadi. Syukurnya Senja tidak apa-apa. Benturan dari mobil di belakangnya tidak begitu keras. Sepertinya pengemudinya masih sempat menginjakkan rem mobilnya.
“Mati aku. Apa yang sudah aku lakukan?” gerutu Senja seorang diri sambil melihat mobil di belakangnya lewat spion.
“Ya ampun, itu kan mobil mahal. Huft, tabunganku akan habis untuk mengganti kerusakannya. Apa sebaiknya aku kabur saja, ya?”
Saat Senja masih berkutat dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba pria dengan setelan jas hitam lengkap dengan dasi keluar dari pintu depan mobil. Pria berbada tinggi itu mengetuk pintu mobil Senja.
Yah, tidak bisa kabur. Baiklah, aku harus menghadapinya. Jangan jadi pengecut, Senja! Kau harus tanggung jawab. Batin Senja.
Senja membuka pintu mobil dengan perlahan. Kemudian ia keluar dan berdiri di depan pria tadi.
“Ternyata seorang wanita, ya. Apa Nona baru belajar mengendarai mobil? Kenapa Nona berhenti mendadak? Nona sudah membahayakan nyawa orang lain,” kata pria itu panjang lebar.
Pria itu bernama Jefri. Ia adalah asisten dari seorang pengusaha terkaya di kota itu. Bahkan kekayaannya melebihi kekayaan keluarga Senja.
“Kenapa memangnya kalau seorang wanita? Anda tidak boleh mendiskreditkan seorang wanita, ya. Aku tau aku salah. Aku kan tidak sengaja. Aku akan minta maaf.” balas Senja dengan ketus.
“Maaf saja tidak cukup, Nona. Nona pikir mobil Tuan saya itu murah? Itu harganya milyaran, Nona. Nona harus tanggung jawab,” kata Jefri.
“Iya aku tau itu mobil mahal. Papaku juga pakai mobil seperti itu tau. Mana kerusakannya biar aku lihat dulu,” kata Senja sambil berjalan ke arah mobil yang dibawa Jefri.
Senja berdiri di depan mobil itu dan memperhatikan bekas lecet yang ada disana. Karena terlalu menunduk, rambutnya yang digerai itu jatuh menutupi wajahnya. Senja menyelipkan rambutnya yang menutupi wajahnya itu ke belakang telinganya. Ia tak sadar dari dalam mobil ada seorang pria yang memperhatikan setiap gerak-geriknya.
Cantik. Ucap Bumi dalam hati.
Ya, pria itu adalah Bumi Langit Dirgantara atau yang sering dipanggil Bumi. Dia adalah pengusaha paling kaya di kota itu. Dia adalah satu-satunya pewaris tunggal perusahaan ayahnya, Tuan Bima Dirgantara. Bumi dikenal sebagai pria dingin yang tak banyak bicara.
Dulunya ia tidak seperti itu. Ia adalah anak yang ramah dan ceria. Tapi sejak kematian ibunya saat ia berusia 10 tahun, ia lebih banyak mengurung diri di kamar dan tidak banyak bicara. Saat ia berusia 15 tahun ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu bernama Veronica.
Ayahnya mengira dengan adanya Veronica dan anaknya Dimas akan membuat Bumi lebih ceria, tapi ternyata tidak. Justru Bumi tidak suka kalau ayahnya menikah lagi. Bagi Bumi itu artinya ayahnya sudah mengkhianati mendiang ibunya. Karena itulah Bumi tidak terlalu dekat pada ibu dan saudara tirinya itu.
Dari dalam mobil Bumi melihat Senja dan asistennya berdebat tidak habis-habis. Ia melirik jam tangannya, ia sudah hampir terlambat menghadiri undangan makan siang salah satu rekan bisnisnya. Akhirnya Bumi pun keluar dari mobil itu untuk menyudahi perdebatan mereka.
“Jef, aku sudah hampir terlambat. Biarkan saja wanita ini pergi jika tidak ingin tanggung jawab,” kata Bumi dengan suara beratnya.
Saat itu posisi Bumi berada di belakang Senja. Mendengar ada suara di belakangnya, Senja pun memutar badannya untuk melihat siapa yang berbicara.
Senja membalikkan badannya diiringi rambut hitam panjangnya yang tergerai indah tertiup angin. Angin itu memberantaki rambut Senja sehingga ia harus merapikan rambutnya di depan Bumi dengan satu tangannya.
Lagi-lagi Senja berhasil membuat Bumi terkesima. Sekarang ia dapat melihat wajah Senja dari jarak dekat. Wajah yang cantik alami tanpa riasan yang berlebihan. Bulu mata yang hitam dan lentik, serta bibir mungil yang merah jambu.
Sangat cantik.
Senja pun tak kalah terkesima melihat Bumi. Pria dengan bertubuh tinggi dan bentuk badan atletis. Rambutnya tersisir rapi. Bola matanya berwarna coklat terang. Bulu-bulu halus yang menghiasi pinggiran wajahnya membuatnya terlihat sangat maskulin.
Sangat tampan.
Beberapa detik kemudian Senja tersadar dari lamunannya. Ia berdehem untuk menghilangkan rasa canggungnya. Lalu ia teringat tadi Bumi menyebutnya wanita yang tidak ingin bertanggung jawab.
“Hei, Tuan. Tadi kau bilang apa? Aku tidak mau tanggung jawab? Aku akan tanggung jawab tapi sekarang aku sedang terburu-buru. Aku sudah memberitahu supirmu agar membawa mobilmu ke bengkel, nanti tagihannya aku yang bayar. Tapi dia tidak percaya padaku,” kata Senja menjelaskan panjang lebar.
Bumi tidak menjawab. Ia hanya memperhatikan bibir Senja yang bergerak-gerak mengoceh. Lalu ia pun membalikkan badan pergi meninggalkan Senja.
Senja terkejut dengan perlakuan Bumi. Ia pun menarik tangan Bumi dan memaksanya untuk menghadap ke arahnya.
“Hei, kenapa malah pergi? Aku sedang bicara padamu, malah main pergi saja. Itu tidak sopan,” kata Senja dengan ketus.
Lagi-lagi Bumi tidak mengatakan sepatah katapun.
“Nona, lepaskan tangan anda. Biarkan Tuan Muda pergi,” kata Jefri yang sudah ketat ketir melihat Senja berbuat seenaknya pada Bumi.
“Tuan Muda? Wahhhh terdengar sombong sekali. Pantas saja tidak mau bicara denganku. Tidak usah berlagak kaya, masih ada keluarga Dirgantara yang lebih kaya darimu,” sindir Senja yang tidak tau pria di depannya adalah pewaris tunggal keluarga Dirgantara.
Jefri ingin berbicara lagi tapi Bumi mengangkat tangannya, memberi kode agar Jefri tak bicara apapun.
“Aku sudah terlambat. Jadi, ku maafkan kesalahanmu. Kau tidak perlu tanggung jawab kalau tidak mau,” kata Bumi dengan datar.
“Hei, sudah ku bilang aku akan bertanggung jawab tapi sekarang aku sedang buru-buru. Biar ku bayar tagihan kerusakan mobilmu, Tuan Muda yang sombong,” kata Senja dengan berani. Ia geram dibilang tidak mau bertanggung jawab.
Bumi sepertinya mulai gerah mendengar perkataan Senja yang menyakitkan telinganya.
“Bertemu denganmu hanya membuang-buang waktuku. Aku berharap, aku tidak pernah bertemu denganmu lagi lain waktu, bahkan di dunia selanjutnya,” kata Bumi dengan ketus.
“Aku juga berharap begitu. Kalau pun bertemu, aku akan berpura-pura tidak mengenalmu,” balas Senja.
Bumi tidak membalas lagi. Ia segera masuk ke dalam mobilnya. Jefri pun ikut masuk ke dalam mobil lalu menjalankan mobilnya meninggalkan Senja sendiri disana.
Tuan Muda yang sombong! Dia pikir dia pewaris tunggal keluarga Dirgantara! Hanya Tuan Muda Dirgantara yang boleh begitu. Umpat Senja dalam hati sambil memandangi mobil Bumi yang bergerak menjauh darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Khoirul Anam
pas pertam lht nama penulisnya baru ngeh , ini yg di platform sebelah y, Tuan abraham sm Alana... wah ktmu disni ya kak syiva...
2023-07-21
1
Linda Erma
Menarik ceritanya,langsung baca 😁
2023-07-13
0
menunggu_hilal
tapi itu tadi pewaris Dirgantara lho mbak sen,,, 😭
2023-07-12
0