Setelah suaminya meninggal, Rania menikah dengan kakak iparnya, Shaka. Cinta yang sudah tumbuh dan semakin subur, seperti sebuah pohon. Semakin tinggi semakin kencang angin mengguncang.
Shaka dipaksa menikahi Aina atas permintaan Ibunya secara diam-diam. Lantas, bagaimana Rania menyikapi pernikahan siri suaminya? Mampukah Rania bertahan atau memilih pergi dan mencari ketenangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asa bening, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Dendam!
Rania melangkahkan kakinya perlahan mendekati Shaka. Sedangkan Aslan, dia langsung mengamankan Nova. Bagaimanapun juga, dia belum tahu akar permasalahannya.
"Kak, kenapa kamu jadi gini? Kematian Morgan itu takdir, Kak. Tolong ikhlaskan dia, kasihan dia pasti tidak tenang karena ulah-mu," isak Rania sambil menempelkan keningnya ke dada bidang Shaka.
"Cih, kamu pun sama dengan wanita jal*ng itu. Justru kamu penyebab utama kematiannya, Rania!" sentak Shaka sambil mendorong tubuh Rania hingga terpentok dinding.
"Aku penyebab utama? Kalau begitu, bunuh aku. Tentu menyenangkan bisa menyusul suami yang paling aku cintai," ucap Rania penuh penekanan.
Shaka terperanjat. Tentu saja itu hal yang mustahil. Dia masih mencintai Rania, sangat.
"Biarkan aku menyelidiki masalah ini dengan tenang, Nia. Tolong, pergilah sekarang juga," ucap Shaka yang sudah mulai menurunkan nadanya.
"Oh ya? Jika kita menyelidiki siapa yang membuat Morgan meninggal, itu aku dan kamu, Kak! Seandainya waktu itu kamu nggak mengajakku makan-- hah! Sudahlah, percuma ngomong sama orang yang gelap mata kaya kamu," ujar Rania.
Perlahan, Rania mendekati Shaka kembali dengan gaya menantang.
"Silahkan nikmati dia, silahkan bunuh dia. Tapi, lihat orang yang sudah tidur abadi di samping gudang ini. Tidurnya pasti tak nyenyak karena kelakuanmu. Satu lagi! Jangan libatkan aku jika sesuatu terjadi," ucap Rania lagi dengan sorot mata tajam.
Nova masih terisak di balik jaket yang Aslan pakai. Dia sangat takut dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Ternyata menghadapi kematian itu sangat mengerikan.
"Kak Aslan, tolong bawa aku pergi," lirih Nova. Tenaganya terkuras habis karena peristiwa yang baru saja dia alami. Apalagi selama dia disekap, Shaka hanya memberinya makan satu hari dua kali.
Terkadang jatah makan Nova dimakan oleh para preman pengawas, jika Nova tak mau melayani mereka. Meskipun hanya menggunakan mulut, tentu saja Nova sangat jijik.
Bau yang tak sedap ditambah air kecebong yang masuk ke rongga mulutnya, membuat Nova muntah dan tak berselera makan. Tentunya, itu tanpa sepengetahuan Shaka.
"Aku tidak mau jadi budak nafsu mereka lagi. Aku jijik, Kak," rintih Nova dengan mata sembab.
Aslan tak tega melihat kondisi Nova yang memprihatinkan. Akhirnya, Aslan mengangguk mengiyakan.
Rania dan Shaka masih saling melempar tatapan tajam. Rania bahkan sampai melayangkan tamparan di pipi Shaka.
"Kurasa pembicaraan kita sudah selesai. Aku hanya ingin mengingatkan, supaya kamu jangan terlalu dendam dengan kematian suamiku. Aku nggak mau dia jadi nggak tenang karena perbuatanmu, Kak," ucap Rania dingin.
"Aku pastikan, kamu akan menyesal karena telah membela orang yang salah, Nia!" seru Shaka dengan tatapan penuh kebencian.
Rania tetap melangkah mendekati tempat Aslan dan Nova berdiri.
"Ayo kita pulang, Kak. Bawa Nova ke rumah kita untuk sementara," ujar Rania dingin.
"Hah ...awas kau Rania. Aku akan membuatmu menyesal karena telah membela orang yang salah," meski kata-kata tersebut tidak sampai hati, tapi bentakan itu sukses membuat Rania menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
"Aku memang sedang membela orang yang salah. Tapi ada orang yang lebih salah. Dia adalah seseorang yang menghakimi orang yang bersalah, bahkan sampai mau menghilangkan nyawa, tanpa belas kasihan dan rasa kemanusiaan," skak Rania.
Shaka terdiam. Perempuan yang dicintainya tanpa berkurang sedikitpun ini, selalu saja membuat pendiriannya goyah.
Rania, Aslan, dan Nova telah berhasil keluar dari gudang terbengkalai itu. Sedangkan orang suruhan Shaka, tiba-tiba pergi ketika Rania dan Aslan tiba di ruang pengap tersebut.
"Rania, Kak Aslan, maafkan aku. Kalian sangat baik denganku. Padahal, aku selalu berbuat jahat kepadamu, Rania," ucap Nova lirih.
"Jangan percaya diri dulu, Nova. Aku menolongmu bukan karena aku iba atau gimana. Tapi karena aku sendiri yang akan membunuhmu," balas Rania dingin.
TBC
Aslan itu kk laki atau perempuan sih ?
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
Maaf, ya! Mungkin di ceritaku yg ini, alur masih berantakan.
Tapi kalau kalian masih bersedia mendukung author, imigrasi yuk ke novel Pria Kedua
Ketemu sama Nitara Ranting Impian! Si Wanita malang telah bersuami pria tak berhati.