"Kau hanya perlu duduk dan menghabiskan uangku, tapi satu hal yang harus kau penuhi, yakni kepuasan!" Sagara Algyn Maheswara.
"Asal kau bisa membuatku keluar dari rumah sialan itu, aku bisa memberikan apapun termasuk yang satu itu, Tuan." Laura Alynt Prameswari.
Laura menderita karena hidup dengan keluarga tirinya, ayahnya menikah lagi dan selama itu dia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga barunya itu, membuat Laura ingin bebas.
Akhirnya, dia bertemu dengan Sagara. berawal dari sebuah ketidaksengajaan, namun siapa sangka berakhir di atas ranj*ng bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Ayah.." hari ini, Sagara pulang ke rumah setelah sekian lama. Dia mengenyampingkan egonya demi sang ayah yang katanya jatuh sakit. Sejak awal, kesehatan sang ayah memang sedikit memburuk.
"Akhirnya kamu pulang juga, boy."
"Aku tidak lupa kalau aku masih anak ayah kok." Jawab Sagara sambil duduk di sofa. Sang ayah tersenyum kecil, wajahnya yang terlihat tua dan keriput, tatapannya berkata rindu dengan sang anak namun terhalang gengsi.
"Apa kabar, boy?"
"Baik. Sangat baik. Apalagi setelah pergi dari rumah, kehidupanku jauh lebih baik."
"Saga.."
"Ini dia biang keroknya." Gumam Sagara sambil menghembuskan nafasnya.
"Selamat datang."
"Gak usah sok kenal, kita gak sedekat itu." Jawab Sagara dengan wajah datarnya, kedatangannya kemari hanya untuk mengetahui keadaan sang ayah, tidak lebih. Mood-nya mendadak anjlok saat melihat wanita yang menjadi istri muda sang ayah, sejak awal Sagara tidak akur dengan Griselda. Itu alasan terbesar kenapa Sagara sampai pergi dari rumah.
"Boy.."
"Aku kesini bukan untuk berdebat, ayah. Aku masih tetap dengan keputusanku. Jadi, jangan membelanya apalagi memintaku menerimanya sebagai pengganti Ibu."
"Tapi mommy.."
"Dih, mommy? Kau siapa?" Sagara tersenyum sinis. Beginilah hubungan Sagara dengan wanita bernama Griselda. Entah apa yang membuat sang ayah tertarik untuk menikahi wanita itu, di matanya dia tidak ada baik-baiknya. Bahkan mulutnya bisa membuktikan semuanya.
Danu Maheswara, pria paruh baya berusia 62 tahun. Dia menikahi Griselda yang lebih muda 15 tahun dengannya. Luar biasa, bukan? Sagara masih berpikir apa alasan wanita itu mau menikah dengan sang ayah, dia yakin kalau Griselda memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dari sisi manapun, dia bukan wanita baik-baik apalagi kalau dilihat dari masa lalunya.
"Sudah, Boy.."
"Bagaimana keadaan Ayah?" Tanya Sagara pelan.
"Sedikit lebih baik dibanding terakhir kali."
"Syukurlah, senang mendengarnya." Sagara tersenyum kecil. Dia tidak membenci sang ayah, hanya saja dia kecewa karena keputusan sepihak sang ayah saat menikahi wanita itu.
"Kamu belum ada niatan untuk menikah, boy? Usia kamu saat ini sudah sangat cukup untuk memulai sebuah komitmen."
"Belum ada yang membuatku tertarik."
"Bagaimana kalau Mommy kenalkan dengan beberapa anak temen Mommy, Saga?" Tanya Griselda dengan antusias.
"Tidak perlu. Seperti yang ayah katakan, usiaku sudah sangat dewasa untuk memilih pasanganku sendiri, aku tak memerlukan bantuanmu. Tolong, jangan ikut campur apapun urusanku." Jawab Sagara dengan sinis, membuat Griselda terdiam seketika.
"Ayah masih harus check up rutin ke rumah sakit, Boy."
"Ya, Ayah memang harus sembuh."
"Iya, ayah ingin melihat kamu menikah dan memiliki anak, ayah ingin menimang cucu darimu."
"Itu masih lama. Maka, hiduplah lebih lama, Ayah." Jawab Sagara sambil tersenyum. Sagara melirik wajah Griselda dengan sudut matanya, ekspresi wajahnya berubah. Bisa disimpulkan apa maksudnya, kan?
"Tentu, ayah akan hidup lebih lama untuk anak semata wayang ayah."
"Kamu belum memiliki calon?" Tanya Danu lagi. Sagara menggelengkan kepalanya, ada seorang gadis yang hadir dalam hidupnya, namun dia belum mengenalnya lebih jauh.
"Dari sekian banyaknya perempuan yang menginginkanmu, apa tidak ada satupun yang membuatmu tertarik, Boy?"
"Bagiku, perempuan yang mengejar laki-laki itu mur4han." Sagara melirik Griselda, sudah pasti dia tersindir, tertampar kenyataan. Dulu, dia yang nyosor duluan pada Danu, padahal usia mereka berbeda jauh.
"Boy.."
"Aku rasa sudah cukup, senang melihat ayah baik-baik saja. Aku akan pulang.."
"Pulang kemana? Ini rumahmu, Boy."
"Tidak ada lagi tempat untukku di rumah ini sejak Ibu pergi."
"Boy.."
"Aku pamit, ayah. Jaga kesehatan ayah, aku akan sering-sering menjenguk kemari dan bicara banyak hal bersama ayah." Sagara mendekat lalu mendekap hangat tubuh renta itu dan pergi dari rumah yang menjadi saksi pertumbuhannya dari kecil hingga dewasa.
Sagara berjalan keluar rumah, dia pikir tak ada masalah apapun. Namun nyatanya..
"Saga.." merasa namanya terpanggil, Sagara membalikan badannya dan ternyata Griselda mengejarnya.
"Ini untukmu."
"Apa ini?"
"Makan malam untukmu."
"Tidak perlu. Aku bisa memesan atau memasak sendiri."
"Saga.."
"Jangan berusaha menggantikan posisi Ibu, sampai kapanpun kau takkan pernah bisa menggeser posisinya."
"Bukan begitu maksudku.."
"Sudah cukup. Aku muak, bahkan sampai saat ini, aku tidak habis pikir kenapa Ayah bisa menikahi wanita ular sepertimu."
"Saga!"
"Aku banyak tahu hal tentangmu, jadi jangan macam-macam denganku, Nyonya Griselda. Sekali kau berani mengusikku atau kehidupanku, kau akan hancur sehancur-hancurnya!" Tegas Sagara. Dia pun berbalik dan pergi dengan mobilnya. Sagara meninggalkan wanita itu di posisinya.
Satu sisi, ada Laura yang tengah sibuk memasak makan malam untuk menyambut Sagara. Tadi sore, pria itu sudah meminta izin untuk pulang terlambat karena ada urusan. Tapi, Sagara meminta dimasakan soto ayam. Untungnya, Laura bisa memasak makanan itu, jadi dengan senang hati dia membuatkannya untuk Sagara.
"Baby.."
"Hallo, Daddy." Balas Laura. Sagara berjalan pelan mendekati sang gadis, lalu memeluknya dari belakang dengan mesra.
"Soto?"
"Iya, kan tadi minta dimasakin soto."
"Makan enak nih.."
"Kok udah pulang, katanya ada urusan? Atau urusannya udah selesai?"
"Iya, udah selesai kok. Langsung pulang soalnya kangen, lagian perut udah laper." Jawab Sagara yang membuat Laura tersenyum kecil. Dia mengaduk kuah soto yang ada di dalam panci dengan perlahan.
"Kan bisa makan di restoran, Daddy."
"Gak mau, Daddy lebih suka makan makanan buatan kamu."
"Benarkah?" Tanya Laura. Dia mematikan kompornya lalu berbalik hingga posisi keduanya berhadapan. Gadis itu memeluk leher Sagara dengan manjanya, membuat pria itu gemas sendiri melihat kelakuan gadisnya.
"Gemas banget, jadi pengen Daddy terkam deh."
"Makan dulu, katanya laper. Nanti kalau udah makan, baru boleh makan aku."
"Benarkah?"
"Iya dong, mau?"
"Mau.."
"Oke, kalau Daddy makan banyak, aku main satu ronde di atas. Gimana?"
"Deal, baby!" Jawab Sagara dengan bersemangat. Bukan apa-apa, Laura bisa melihat adanya hal yang berbeda dari tatapan Sagara.
Laura peka, pasti ada hal yang terjadi tapi Sagara tidak ingin menceritakannya padanya. Laura paham, Sagara pasti membutuhkan waktu, lagipula dia hanya orang asing, tak lebih.
Jadi, ini sedikit usaha Laura untuk menghibur Sagara. Terbukti, pria itu langsung terlihat berbinar, wajahnya semringah seperti habis menang lotre. Lucu sekali, ekspresi wajahnya bisa berubah dalam waktu yang sangat singkat.
lanjut Thor dobel Napa Thor...