My Rules Is Villain

Langit malam masih kelam, diselimuti bayangan pekat yang seolah menolak kehadiran cahaya. Angin dingin bertiup, membawa aroma darah dan kematian yang masih segar di udara.

Di tengah kekacauan itu, Shion Aurelia Von Rosenberg tidak merasa takut.

Ia masih berada di atas Solis, kudanya yang berkilauan seperti perak di bawah rembulan yang tertutup awan. Namun kini, ia menatap ke depan dengan tatapan dingin, mengamati lima Ksatria Kegelapan yang tetap berdiri meskipun seharusnya telah dikalahkan.

Luna, Reiner, dan para ksatria Luminara mulai merasakan sesuatu yang aneh. Mereka telah berjuang mati-matian, tetapi tidak ada satupun dari makhluk-makhluk itu yang benar-benar jatuh.

"Komandan…" suara Luna terdengar lirih, menyadari bahwa mereka menghadapi sesuatu di luar pemahaman mereka.

Namun, sebelum Luna bisa berbicara lebih jauh—

Shion mengangkat tangannya.

"Mundur."

Suaranya tenang, tapi memiliki kekuatan yang tak terbantahkan.

Luna dan yang lainnya terdiam. Mereka tidak ingin meninggalkan Shion sendirian, tetapi mereka tahu… perintah dari sang Komandan bukanlah sesuatu yang bisa ditolak.

Satu per satu ksatria Luminara melangkah mundur, menarik diri dari garis depan.

Namun, saat mereka mundur, Shion justru maju.

Solis perlahan bergerak ke depan, tetapi ada sesuatu yang aneh.

Kuda-kuda tanpa kepala itu… tidak mau mendekat.

Mereka mulai meringkik, tubuh mereka bergetar seolah dilanda ketakutan yang tidak bisa dijelaskan. Padahal sebelumnya, mereka adalah makhluk-makhluk tanpa jiwa yang tak mengenal rasa takut.

Namun di hadapan Shion, seakan-akan mereka melihat sesuatu yang jauh lebih menyeramkan daripada kematian itu sendiri.

Ksatria-ksatria Kegelapan yang menungganginya juga tampak ragu. Mereka masih diam, tapi pedang mereka sedikit bergetar, seolah merasakan sesuatu yang tidak mereka pahami.

Shion turun dari Solis. Langkahnya ringan, nyaris santai, seolah dirinya bukanlah manusia yang sedang menghadapi lima makhluk mengerikan di hadapannya.

Ia berjalan mendekati mereka, mata peraknya berkilauan samar di bawah cahaya redup.

"Cahaya dan kegelapan…" Shion berbisik pelan, suaranya nyaris terdengar seperti gumaman.

Langkahnya tetap tenang, tapi setiap kali ia mendekat, kuda-kuda tanpa kepala itu semakin mundur.

"Dua sisi yang selalu berseberangan. Namun, pernahkah kalian berpikir…"

Ia berhenti beberapa meter dari mereka, tatapannya masih dingin namun penuh pemahaman.

"Bahwa cahaya hanya bisa benar-benar ada jika ia bertahan dalam kegelapan?"

Hening.

Para Ksatria Kegelapan tidak menjawab. Mereka bukanlah makhluk yang bisa berbicara atau berdiskusi. Mereka hanyalah entitas yang diciptakan untuk satu tujuan, yaitu membunuh.

Namun, entah kenapa…

Mereka tetap tidak bergerak.

Shion menutup matanya sejenak, merasakan energi di sekelilingnya.

Lalu, perlahan… ia mengangkat pedangnya, Diva.

Pedang suci itu berkilauan dengan cahaya Luminya, membentuk aura suci yang menyelimuti tubuhnya. Cahaya keemasan yang berasal dari pedangnya tampak seperti mengusir kegelapan di sekitarnya.

"Aku tidak membenci kegelapan…" suaranya tetap tenang. "Aku hanya tidak bisa memaafkan mereka yang menggunakannya untuk menyakiti yang lemah."

Saat kata-kata itu berakhir, Shion membuka matanya.

Tatapan peraknya kini memancarkan ketegasan yang tidak bisa digoyahkan oleh apapun.

Ia menggenggam pedangnya dengan kedua tangan, lalu mengayunkannya ke samping.

"Divine Arts!! Radiant Cleave!!"

SWOOSH!!!

Gelombang cahaya suci berbentuk sabit dilepaskan dari tebasannya.

Cahaya itu meluncur secepat kilat, menerangi seluruh area yang sebelumnya dipenuhi kabut gelap.

Para Ksatria Kegelapan tidak bisa menghindar.

Begitu gelombang itu mengenai mereka, tubuh mereka tidak cuma terbelah… tetapi juga mulai menghilang.

Mereka menjerit.

Untuk pertama kalinya sejak muncul dari dalam kegelapan, makhluk-makhluk itu berteriak.

Namun bukan teriakan manusia. Bukan juga raungan kemarahan.

Itu adalah teriakan makhluk yang telah kehilangan tempatnya di dunia ini.

Tubuh mereka mulai terurai, berubah menjadi debu hitam yang tertiup angin malam.

Tidak ada darah. Tidak ada sisa-sisa armor.

Hanya kehampaan.

Dan dalam hitungan detik…

Kelima Ksatria Kegelapan itu telah lenyap tanpa jejak.

Hanya tersisa keheningan yang membeku.

Shion menurunkan pedangnya perlahan, lalu menarik napas dalam.

Luna, Reiner, Lucy, dan yang lainnya menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman dan rasa hormat yang semakin dalam kepada Shion.

Shion baru saja menghabisi makhluk-makhluk yang sebelumnya dianggap abadi… hanya dengan satu tebasan.

Namun, ia sendiri tidak menganggap itu luar biasa.

Ia hanya menatap ke arah tempat makhluk-makhluk itu lenyap, matanya sedikit menyipit.

"Mereka hanya prajurit…" gumamnya pelan.

Luna menoleh. "Komandan…?"

Shion menghela napas.

"Jika ada prajurit, itu berarti mereka memiliki tuan."