TAHAP REVISI
ini adalah karya pertama jadi bahasa dan penulisan masih belum tertata, jgn lupa mampir ke My Beloved Lecturer, ini bahasanya insyaallah lebih rapi, meskipun gak 100%, dan alur cerita bakal berbeda dari novel perjodohan lain, insyaallah 👀💗
please? jangan plagiat woi, mikir nulis novel itu susah, gue sering ngikutin sosmed apa yng lagi trend buat nambah ide ke cerita gue, dan lo dengan entengnya ngambil beberapa adegan di novel gue tanpa izin.
punya otak gak sih? kalau gk bisa bikin novel gk ush dipaksain, daripada nyolong karya orang, sakit hati tau gak!.
mungkin tema cerita kita sama tapi gue punya ciri khas sendiri yang gue bangun sesuai imajinasi gue. gue udh berusaha supaya cerita ini berbeda dari yang lainnya.
deskripsi :
Dijodohin malah jadi bucin?!
Gadis bawel dan super ribet seperti Aira dijodohkan dengan seorang Pria yang lebih tua darinya, Pria dingin yang membuatnya stress karena sikap dinginnya.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vmina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pak dosen suamiku-34
Aira menatap sendu keatah pintu, didalam sana Alex pasti sudah selesai mandi. Mengingat Alex yang marah, Aira berbalik.
Ia menuruni anak tangga dengan wajah murung.
"Malam Non" sapa bibi yang tnegah membersihkan ruang tamu.
Melihat ada bibi, Aira berinisiatif untuk meminta bantuan.
"Bi, boleh minta tolong gak?" Tanyanya.
Bibi mengangguk cepat, wanita parubaya itu meletakkan penyedot debu dimeja.
"Apa itu Non?"
"Ee..Tolong panggilin pak Alex buat makan malam" ucap Aira.
"Oke Non"
Si bibi langsung bergerak menaiki anak tangga, Aira menghela nafas, syukurlah pembantunya tidak bertanya-tanya.
Ia duduk disofa, resah rasanya. Aira benar-benar bingung harus kesiapa lagi meminta arahan.
"Kangen mama" lirihnya.
Aira memandang jari-jarinya, cincin emas yang terpasang di jari manisnya inilah yang mengubah seluruh hidupnya. Tak terasa waktu begitu cepat, Aira yang dulu masih bermanja dan tidak pernah mengalami kesulitan karena ada ibunya, tapi sekarang ia hanya bisa menangis saat masalah menimpanya.
Aira tidak sadar Alex barusaja lewat didepannya, pria itu sempat melirik Aira yang memandangi cincin dijari manisnya.
"Non" panggil bibi menyadarkan lamunan Aira.
"Eh iya bi, gimana? Pak Alex udah turun?" Tanya Aira.
Bibi mengangguk.
'Loh gue kok gak liat' batinnya.
"Ka-kapan lewatnya bi?" Tanya Aira.
"Dari tadi Non"
Aira mengusap jidatnya.
"Astagfirulloh" ucapnya.
Bibi mendekatkan tubuhnya pada Aira.
"Non banyak pikiran ya? Sampai suami lewat gak sadar" ucap bibi.
Aira tersenyum tipis.
"Cuma kangen mama bi" ucap Aira sendu.
Bibi menaruh simpati padanya, ia mengusap pundak Aira sembari tersenyum penuh perhatian.
"Kenapa gak minta Aden buat kerumah Mamanya Non?"
Aira tersenyum kecut.
"Pasti ada masalah lagi ya Non? Matanya sampai sembab gitu, nanti bisa sakit loh"
"Masih muda jangan terlalu stress, gak baik.." lanjutnya.
"Iyaa bi"
"Kamu yang sabar ya Non, Den Alex memang keras kepala..Bibi takut kalian malah berakhir buruk..Sayang..Pernikahan baru seumur jagung tapi berantem terus, coba deh lakuin hal yang bisa mempererat hubungan kalian" nasehatnya.
Aira menunduk, benar pernikahan mereka masih seumur jagung.
"Ayo jangan mudah nangis, Non itu kuat!" Bibi mengoyang-goyangkan lengan Aira, seolah memberi energi.
Aira tertawa kecil.
"Sana temuin suaminya, bibi mau pindah tempat biar gak ganggu" ledek bibi.
Bibi belum tau saja masalahnya apa, begitu pembantunya pergi Aira masih duduk, menimang-nimang haruskah ia kesana, kalau kesana dia harus bicara apa? Atau hanya mengamati Alex makan?.
Aira mengurungkan niatnya, ia tetap duduk sampai Alex lewat saja.
"Aira ngapain nak?"
Aira menoleh kaget.
"Duduk-duduk aja bun" ucap Aira.
Reva ber-oh ria.
"Bunda boleh gak gabung?"
Aira mengangguk cepat.
"Ya boleh dong bun, sini" serunya sembari menepuk-nepuk ruang kosong disebelahnya.
Reva duduk disebelah Aira, mereka saling becengkerama. Aira hanya tersenyum lalu menjawab seadanya.
'Liat bunda tambah kangen sama mama'
"Emm bun, aku kangen mama" ucapnya pelan.
Reva tertawa.
"Hm? Kangen mama kamu? Yaudah sama Alex kesana besok"
Reva mengusap pipi Aira.
"Apapun yang diminta menantu bunda pasti bunda turutin" rayunya.
"Bunda bisa aja"
"Eh tapi, bukannya besok kalian mau kerumah baru? Udah jadi kata Alex rumahnya" ucap Reva tiba-tiba.
'Rumah yang waktu itu?'
'Kok pak Alex gak bilang'
"Ah iya bun?"
Reva mengangguk.
"Hum, Alex bilang sama ayah bunda, dari kemarin..Masa kamu belum dikasih tau?"
Mana mungkin Aira mengiyakan, bisa-bisa Alex yang dimarahi bundanya.
"U-udah bun, Aira lupa hehe"
"Ish kamu ini, bunda kira belum dibilang" Reva memajukan bibirnya.
Aira menyengir.
'Dari kemarin gue gak dikasih tau, kebiasaan pak Alex kayak gini'
"Alex mana Alex?" Tanya Reva.
"Aa it-"
"Iya bun" saut Alex tiba-tiba.
Aira menengok kebelakang, pria itu sudah selesai makan ternyata. Alex duduk disofa satunya, ia seperti mengabaikan keberadaan Aira, Aira hanya bisa diam.
"Besok jadi pindahnya?" Tanya Reva Alex mengangguk.
"Besok pagi Alex kesana lagi buat lihat" ucapnya.
"Oooh Lex bawa Aira sekalian ya biar mampir kerumah mertua kamu, gimana?"
Aira melirik ke Alex, ingin melihat bagaimana tanggapan pria itu, dan Alex mengiyaan permintaan Reva.
"Denger tuh Ra, besok ketemu mama kamu" ucap Reva senang, Aira tersenyum kaku karena ada Alex disana.
"Yaudah bunda mau tidur, badan pegel-pegel"
"Kalian juga tidur gih, kalau diem-diem terus kapan bunda dapet cucu" lanjutnya lalu pergi.
'Bunda kenapa bahas itu sih, timingnya gak pas'
Tinggal mereka berdua disini, Aira juga masih takut melihat Alex, jadi ia memutuskan pergi kedapur untuk minum, mendadak tenggorokannya terasa sangat kering.
Terbesit perkataan pembantunya tadi, jika dipikir-pikir memang tidak ada keharmonisan sama sekali dalam rumah tangga mereka, tidak seperti pasangan diluar sana.
Setiap saat ada saja yang membuatnya berselisih dengan Alex.
Tidak tau sampai kapan Aira akan tahan berumah tangga.
"Pusing, pusing" eluh Aira.
Ia menarih nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Huft...."
"Cuci muka dulu terus balik kekamar" gumamnya.
Skip..
Aira memijit-mijir matanya yang sedikit bengkak akibat terlalu banyak menangis, ia juga strees.
'Kalau gini terus gue bisa tua sebelum umurnya..Ck'
'Takutnya pak Alex bisa nyari cewek yang lebih fresh'
Usai me-rilekskan wajahnya Aira masuk kekamar, Alex sudah tidur rapi diranjang. Mata Aira melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit.
Perlahan ia naik keatas ranjang, menarik selimutnya, tubuhnya menghadap Alex.
'Beneran tidur?'
Beberapa menit ia tidak mengalihkan pandangannya.
'Ngeliat wajah pak Alex tidur, gue semakin ngerasa berdosa banget' batinnya.
Tangannya terangkat mengusap rambut Alex.
"Jangan cuekin saya pak, saya emang istri yang durhaka, membangkang sama suami" ucapnya lirih.
"Saya juga gak ngerti kenapa orang-orang gak mau ngertiin posisi saya, saya gak suka Gilan, saya bener-bener move on dari dia.."
"Mira juga ngejauhin saya, sampai di rumah dicuekin juga suami"
"Saya berusaha jauhkan diri, pecaya sama saya pak..saya cuma su-sukanya sama pak Alex" suaranya mulai berat.
Aira mencurahkan isi hatinya pada Alex yang tertidur, Aira mengusap air matanya yang turun, dengan sesegukan Aira melingkarkan tangannnya ketubuh Alex. Memeluknya sampai tertidur.
Paginya.
Aira membuka matanya perlahan, perih, itulah yang ia rasakan saat terkena pantulan cahaya dari jendela. Matanya terasa berat akibat banyak menangis.
Ia melihat Alex yang tengah membuka gorden kamar, aira ingin tidur lagi, letih, belum siap bertemu Alex, biarkan ia istirahat sampai tubuhnya siap untuk melewati hari ini.
"Bangun Aira"
Aira mengerjapkan matanya, apa ia tidak salah dengar Alex membangunkannya. Aira langsung duduk, tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum.
Aira memperhatikan Alex, ia terharu, kalau boleh Aira kesana dan memeluk Alex, serta mengucapkan beribu maaf.
"Saya tidak mau nunggu lama" ucap Alex dingin.
Aira tersenyum sumringah.
"Pak Alex udah mandi? Atau mau mandi bareng?"
Aira langsung menutup mulutnya, oh tuhan ia kelepasan.
"Saya mandi duluan ya pak" lanjutnya.
Aira langsung lari kekamar mandi, mengunci pintu rapat-rapat, ia yang memancing malah ia yang ketakutan.
"Goblok, bisa-bisa ngomong kayak gitu, padahal dia masih marah"
Aira merutuki kebodohannya.
Tiba-tiba Alex mengetuk pintu kamar mandi, jantung Aira berdegub kencang, ia jadi was-was.
"A-ada apa pak?"
"Saya tunggu dibawah" ucap Alex.
"Oooh iya"
Aira mengelus dadanya.
"Kirain mau masuk, udah tremor duluan gue" gumamnya.
lanjuuuuuuutttt....