NovelToon NovelToon
Connection Between Us

Connection Between Us

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Pembaca Pikiran
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.

Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.

Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Bosan sekali, pikir Lusi saat dirinya harus berdiri di dekat meja Tuan Muda West. Untuk yang kesekian kalinya dalam bulan ini.

Sebenarnya, selama apa Tuan Muda West akan membiarkan kesalahan pahaman itu berlangsung di pikiran ibu dan asisten cerewet? Meski mendapatkan beberapa keuntungan, tapi hal ini membuatnya sangat tidak nyaman.

Apalagi harus berbohong terus menerus pada kedua orang itu. Bersikap seperti orang bodoh karena pura-pura menerima cinta besar dari Tuan Muda West.

Padahal Tuan Muda West hanya memanfaatkannya saja. Juga menyelidikinya.

Sampai sekarang, Lusi belum menemukan penyelidikan apa yang dilakukan Tuan Muda West padanya. Karena kehidupannya seperti lembaran buku tanpa kunci. Terbuka lebar dan dapat dilihat oleh siapapun. Tidak ada yang ditutup-tutupi ataupun disembunyikan.

Dia hanya seorang gadis berusia dua puluh dua tahun, hidup di daerah Utara. Dengan orang tua seorang pemilik restoran kecil. Dan adik yang menyebalkan.

Apa yang bisa diselidiki dari hidupnya?

Apa Tuan Muda West termasuk orang kaya yang suka bosan lalu melakukan hal diluar nalar? Seperti mencari-cari hal aneh dari kehidupan seseorang? Tapi apa yang aneh dari hidupnya? Selain masalah itu, dia tidak memiliki hal aneh.

Lusi melihat ke arah pria yang sibuk bekerja dan mulai berpikir sesuatu.

Apa Tuan Muda West mengetahui tentang keanehannya? Satu-satunya hal aneh yang terjadi dalam hidupnya? Tapi bagaimana bisa? Bukankah dia tidak pernah membicarakan hal itu kepada siapapun? Selain keluarganya yang menganggap hal itu hanya khayalan Lusi. Tidak ada orang yang tahu.

Karena terlalu sibuk berpikir, tenaga Lusi terkuras semakin banyak. Membuatnya cepat lelah saat diharuskan berdiri sejak satu jam yang lalu.

Ketika telepon berdering, pria itu menoleh padanya. Akhirnya, Tuan Muda West sadar kalau Lusi dari tadi harus berdiri di dalam ruangannya. Lalu mengusirnya begitu saja tanpa ucapan apapun.

"Nona North, Tuan Muda West pasti sangat menyayangi Anda. Sudah satu jam mendengarkan Anda terus bicara meski sibuk bekerja" komentar asisten cerewet yang semakin salah paham. Tidak tahu kalau Lusi sebenarnya hanya berdiri diam di dalam ruangan atasan mereka.

"Iya, hehe. Begitulah" jawab Lusi kembali berbohong.

"Sungguh menyenangkan bisa melihat Tuan Muda West memperhatikan orang selain dirinya sendiri"

"Hemmm"

Lusi menoleh kembali ke pria yang sibuk bekerja, berharap kesalahan pahaman ini tidak berjalan lama. Tapi kalau kesalah pahaman ini terhenti, apakah dia masih bisa bekerja di Techno West? Jangan-jangan dia nanti akan segera dipecat karena dianggap membohongi pemilik perusahaan. Ternyata, apa yang dikira Lusi sebuah keberuntungan hanyalah merupakan cobaan berat.

Pulang kerja, Lusi tidak langsung pergi ke asrama. Kebutuhan dirinya seperti sabun, pasta gigi, sabun cuci dan keperluan pribadinya menipis. Dia harus pergi ke supermarket yang agak jauh untuk membeli semuanya. Kenapa ke supermarket yang jauh? Karena disana lebih murah.

Berbelanja di supermarket besar seperti ini ternyata bisa membuat hati Lusi terhibur. Hanya dengan melihat deretan barang yang tertata rapi di setiap lorong, membuatnya bisa mengosongkan pikiran yang terlalu penuh.

Setelah menghabiskan waktu di supermarket, saatnya untuk pulang. Tak pernah dia sangka melihat Ari berjalan di depannya.

"Ari!!" panggilnya. Tapi teman satu perusahaan dan asrama itu tak mendengar panggilannya dan berjalan masuk ke dalam gang yang gelap.

Lusi yang memiliki kadar keingintahuan tinggi, mengikuti langkah Ari. Masuk ke dalam gang dan menemukan temannya itu sedang berada dalam masalah.

"Serahkan uangmu!!" teriak pria berbadan besar di depan Ari. Lusi segera bersembunyi dan mengamati keadaan. Pria besar itu menodongkan pisau tajam ke arah Ari. Ari dalam bahaya. Dia harus menolongnya.

Tapi ... ilmu bela diri yang dia kuasai sepertinya belum bisa digunakan pada orang sebesar itu. Dengan perbedaan berat mereka pasti akan membuat Lusi dikalahkan dengan mudah. Tapi kenapa Ari tidak melawan?

"Aku hanya pegawai baru, tidak punya uang!!" balas Ari memelas.

"Persetan!! Serahkan uangmu!!"

Mendengar pria besar itu berteriak dengan suara serak, membuat badan Lusi bergetar. Bukan karena takut, melainkan tertantang. Dia tidak bisa membiarkan temannya tertindas seperti itu. Meski kalah, Lusi pasti bisa membuat pria besar itu kabur. Apa yang harus dilakukannya?

"Tidak ada uang!" teriak Ari dengan suara kecil penuh penderitaan.

"Kau bekerja di tempat bagus. Bohong kalau tidak punya uang. Cepat Berikan uangmu!!"

Tidak bisa. Lusi tidak bisa lagi mendengar ini. Dia harus keluar dari persembunyian. Dan ...

"Lepaskan temanku!!!" teriaknya.

Baik pria besar dan Ari melihat ke arah Lusi.

"Siapa kau?" tanya pria besar itu.

"Jangan sakiti temanku!!! Dia tidak punya uang! Dia hanya pegawai baru!! Sama sepertiku!! Bahkan kami harus berhemat untuk tempat tinggal! Jadi jangan lukai temanku karena uang yang tidak dia miliki!!!" jelasnya tak menghasilkan apapun selain tatapan aneh dari dua pria itu.

"Siapa kau??!!" tanya pria besar.

"Kau tidak perlu tahu. Lepaskan temanku!!" kata Lusi lalu mengambil posisi ingin menyerang.

Pria besar itu mengalihkan perhatian ke Lusi. Menghadapi pria dengan berat dua kali lipat dirinya, Lusi memperkuat kuda-kuda dan telah memperkirakan lokasi serangan pertamanya. Baru saja ingin melakukan serangan, terasa sesuatu menggelitik di pangkal paha Lusi.

Tidak

Jangan sekarang

Tidak mungkin

Tidak mempedulikan keinginan Lusi, rasa menggelitik itu semakin menguat. Memaksa kuda-kuda kuat merapat mendadak.

Pria besar itu berhenti melangkah karena keanehan yang ditunjukkan oleh Lusi. Begitu juga dengan Ari yang berada di belakang pria besar itu.

Ketika rasa menggelitik itu berubah menjadi kenikmatan. Lusi menggeliatkan tubuhnya, menjadi seperti ulat bulu yang dipaksa berdiri.

Sial

Tidak seharusnya dia merasakan hal ini sekarang. Apalagi dihadapan orang. Terutama orang itu adalah Ari. Teman satu perusahaan juga se asramanya.

Tapi rasa ini tak dapat ditahan. Tidak lama lagi dia pasti mengerang. Tidak. Dia harus menutupi erangan itu dengan hal lain. Apa? Bagaimana? Tidak menemukan sesuatu untuk menimbulkan suara yang lebih kencang dari erangannya membuat Lusi semakin bingung.

Tak lama, puncak kenikmatan itu datang dan Lusi terpaksa berteriak kencang sekali.

"AAAAAAAAAAHHHHHHHH SIALLLL"

Rupanya, teriakan Lusi begitu keras. Mengejutkan pria badan besar yang segera mendorongnya ke arah dinding dengan keras. Lalu menamparnya tanpa ampun.

Merasa lemas setelah mengalami puncak kenikmatan, Lusi hanya bisa menerima perlakuan pria besar itu.

Tapi, setelah bisa menguasai diri. Lusi kembali berdiri dan mengambil kuda-kuda. Mencoba melawan pria besar itu dengan membabi buta. Pria besar itu akhirnya terdesak dan tiba-tiba menendang perut Lusi. Cukup kencang sampai membuatnya terjatuh. Lalu pria besar itu kabur.

Saat Lusi berpikir Ari akan menolong, dia terpaksa kecewa. Karena temannya itu kabur begitu saja.

Lemas, merasakan sakit di pipi, punggung dan perut, membuat Lusi tetap berada di posisinya selama beberapa menit ke depan.

Lalu dia mendengar suara langkah mendekat. Apa Ari kembali untuknya?

"Kau terluka?"

Suara itu. Bukan Ari.

"Tuan Muda West?" tanyanya.

Bagaimana bisa pria itu datang kemari? Bagaimana pria itu bisa tahu kalau Lusi sedang terluka?

"Apa yang terjadi padamu?"

Pria itu melihat semua luka di tubuh Lusi. Dia terpaksa membuat semuanya seakan bukan masalah. Lengkap dengan suara tawa lirih. Tapi pria itu tidak menerimanya dengan baik. Berteriak kalau sudah menyuruh Lusi menjaga diri agar tidak terluka.

Hampir saja Lusi menangis ketika pria itu tiba-tiba mengangkat tubuhnya. Merasa akhirnya diselamatkan, Lusi mulai menangis. Di atas dada pria yang katanya tidak menyukainya itu.

1
Selfi Azna
jodoh
Selfi Azna
thooorr,, novel yg satu lagi lanjutkan lah thooorr
Mom Yara
isinya berubah ya yg bab ini kak?
Ayu Kerti
lanjutt kakk
Muliati Sherina
bagus
Ayu Kerti
aku syuka karyamu kakk.. kereennnn...
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u
Ayu Kerti
ditunggu upnya kakkk
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
fist plot menarik...next kita tunggu Thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!