Xuan Jian adalah putri yang terlahir dari selir kesayangan kaisar Wei Huang, namun memiliki nasib yang sangat buruk.
Dia bersama sang ibu, selir Xuan Yang diasingkan di sebuah paviliun yang paling buruk dan berada jauh dibelakang istana utama, dan hanya memiliki satu orang pelayan untuk mengurus seluruh kebutuhannya.
Semua orang begitu membenci keberadaannya karena dianggap pembawa sial, Xuan Jian terlahir saat gerhana matahari bersamaan dengan lahirnya putra permaisuri, namun naas sang pangeran kecil tidak bisa bertahan hidup, sehingga semua orang berfikir jika Xuan Jian lah penyebab dari semua kejadian buruk yang menimpa putra mahkota kekaisaran Jiahu itu.
Siapa yang menyangka setelah dia beranjak remaja, Xuan Jian menjelma menjadi seorang gadis yang sangat kejam, tak hanya itu...
Dia juga sangat membenci seluruh penghuni istana dan mulai membalas satu persatu orang yang telah menyakiti dirinya beserta sang ibu dengan tanpa belas kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Kaisar Wei Huang memijat keningnya sambil mendudukkan diri di atas singgasana, sepertinya orang nomor satu di kekaisaran Jiahu itu tengah mengalami banyak masalah akhir-akhir ini, dia merasa seolah ada seseorang yang tengah mengawasi dirinya dan juga diam-diam berusaha untuk menjatuhkan dia dari tahta.
Namun Kaisar Wei Huang masih belum bisa menemukan siapa biang kerok yang selama ini terus merongrong pemerintahannya.
Beberapa orang kepercayaan Kaisar Wei Huang nampak memasuki ruangan kerja Kaisar, mereka saat ini ingin memberitahukan informasi yang mereka dapatkan, setelah menyelidiki tentang kehamilan permaisuri.
"Salam kepada yang mulia Kaisar." ucap mereka seraya membungkuk di hadapan orang nomor satu di kekaisaran jiahu itu.
Kaisar Wei Huang merubah posisi duduknya kemudian dia pun mengibaskan lengan hanfu dan memerintahkan agar orang kepercayaannya itu segera duduk.
"Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang kehamilan permaisuri?" tanya Kaisar Wei Huang.
"Benar yang mulia." jawab orang kepercayaannya itu seraya memberikan sebuah gulungan kertas yang berisi informasi rahasia yang didapatkannya.
Kaisar Wei Huang hanya tersenyum tipis, saat melihat tulisan yang ada di dalam surat itu. "Tetap awasi kediaman permaisuri, pastikan jika ada pergerakan apapun, segera laporkan pada zhen." ucap Kaisar.
Akhirnya orang-orang kepercayaan Kaisar pun segera pergi meninggalkan ruang kerja yang saat ini tengah ditempati oleh kaisar Wei Huang, mereka kembali menuju Paviliun mawar milik permaisuri Xue Yi.
Kaisar Wai Huang segera memerintahkan kepada Kasim kepercayaannya untuk memanggil Jenderal muda Mu Xiu Ya untuk segera menghadap padanya, dia akan memberikan sebuah tugas baru kepada jendral muda itu.
Sepertinya saat ini sang kaisar sudah mulai memperhitungkan kemampuan yang dimiliki oleh Jenderal barunya, dia ingin mengirim Mu Xiu Ya untuk memata-matai kediaman beberapa orang pejabat yang telah melakukan korupsi dan juga kediaman Perdana Menteri Xue.
.
.
.
Xuan Jian saat ini tengah berjalan di depan taman istana, dia ingin merangkai bunga untuk dijadikan hadiah kepada sang ibu, mengingat hari ini merupakan hari kelahiran Ibu kesayangannya.
Dia ingin memberikan sebuah hadiah yang berbeda mengingat selama ini Xuan Jian belum pernah memberikan satu hadiah pun untuk ibunya, dia juga telah mempersiapkan sebuah hanfu baru yang dia jahit sendiri, untuk dijadikan kado teristimewa untuk selir Xuan Yang.
Hal itu tentu saja dia lakukan agar membuat sang Ibu merasa bahagia, tanpa sengaja Putri Xuan Jian terjatuh, akibat kakinya tersandung saat dia tengah berjalan, tanpa melihat ke sekeliling, tiba-tiba seorang pemuda tampan membantu dirinya untuk kembali bangkit dan memapahnya hingga mendudukkan dia di sebuah kursi di taman.
"Lebih berhati-hati jika berjalan! Kau terlalu ceroboh." ucap pemuda itu.
Meskipun wajahnya terlihat dingin dan perkataannya sangatlah datar, namun Xuan Jian merasakan jika sebenarnya pemuda yang ada di hadapannya adalah seseorang yang sangat perhatian dan juga penuh kasih sayang. Entah apa yang terjadi dengan pemuda itu hingga dia berubah menjadi seorang yang seperti bukan dirinya sendiri.
Xuan Jian pun segera menundukkan kepalanya, dia berterima kasih kepada pemuda yang telah membantu dirinya, tapi si pemuda terlihat sangat acuh tak acuh, dia mengabaikan ucapan terima kasih yang dilontarkan oleh Xuan Jian.
Pemuda itu kembali meneruskan perjalanannya menuju ruang kerja milik Kaisar, karena sesaat sebelum dia menolong gadis yang saat ini tengah duduk sambil memperhatikan dirinya, dia telah mendapatkan sebuah perintah, untuk segera menghadap ke ruang kerja milik Kaisar Wei Huang.
Langkah pemuda itu begitu tegap, aura dingin keluar dari tubuhnya, namun seketika dia terdiam saat melihat dua orang anak laki-laki berusia 8 dan juga 6 tahun tengah berlarian dengan menggunakan pakaian kebesaran seorang pangeran, dia pun menyadari jika ternyata Kaisar Wei Huang telah memiliki dua orang anak laki-laki.
Namun dia tak mengetahui jika gadis yang telah ditolongnya, merupakan putri dari kaisar yang terbuang, mengingat gadis itu hanya menggunakan hanfu yang lusuh, sehingga dia berpikir jika itu hanyalah seorang pelayan di istana kekaisaran.
Setelah beberapa orang prajurit memberitahukan ke datangannya, Kaisar Wei Huang segera mempersilahkan Mu Xiu Ya untuk masuk ke dalam ruang kerjanya, dia juga memberikan beberapa tugas penting untuk diselesaikan oleh Jenderal muda itu.
Mu Xiu Ya hanya tersenyum tipis, sepertinya Kaisar Wei Huang mulai mempercayai dirinya dan memberikan beberapa tugas penting untuk dia selesaikan. ini adalah hal yang sangat baik, sehingga dia bisa keluar dari dalam istana kekaisaran dan mulai menyelidiki kehidupan rakyat yang ada di luar istana.
Dia juga memiliki kesempatan untuk bisa membuat rencana yang lebih matang, agar bisa segera melengserkan posisi Kaisar Wei Huang dari singgasananya, hal itu tentu saja dia lakukan demi untuk membalaskan dendamnya karena Kaisar Wei Huang telah merebut kekaisaran tiansu dari tangan ayahnya, dan juga membunuh sang adik yaitu Putri Lin yue yang menolak untuk dijadikan selir oleh kaisar itu.
Mu Xiu Ya segera berpamitan setelah menyatakan persetujuannya, untuk melaksanakan perintah yang diberikan oleh kaisar Wei Huang, dia akan segera berangkat esok hari.
Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian rakyat biasa, Mu Xiu Ya akan pergi dengan cara menyamar, namun Kaisar Wei Huang memberikan beberapa kantung koin emas sebagai bekal untuk Jenderal mudanya itu, agar mempermudah langkahnya mendapatkan segala macam informasi yang mungkin saja hanya bisa didapatkan jika disogok dengan beberapa koin emas.
Mu Xiu Ya menerima pemberian dari sang Kaisar, kemudian dia pun segera bergegas untuk Pergi Kembali ke lapangan pelatihan prajurit, dia harus segera melanjutkan pelatihan yang tertunda agar bisa menjadi seorang jenderal yang terbaik.
Xuan Jian masih tetap berada di tempatnya, dia pun menatap pemuda yang tadi menolongnya, saat ini tengah berjalan menuju ke lapangan pelatihan prajurit sehingga dia berfikiran jika pemuda itu merupakan prajurit baru, yang saat ini tengah digembleng oleh para jenderal dari kekaisaran Jiahu.
Sepertinya kedua orang ini tengah sama-sama mengalami kesalahpahaman, dalam mengenali identitas satu sama lain, keduanya terlalu cepat menyimpulkan hanya dengan sekali pandang saja.
Tanpa diduga-duga, rasa penasaran pun muncul dalam hati Xuan Jian, Pemuda dingin itu seolah membuat dirinya tertarik dan ingin mencari tahu lebih jauh tentangnya.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Xuan Jian segera kembali ke Paviliun anggrek, Dia memanggil beberapa orang pelayan untuk membantu menyiapkan tempat untuk dia jadikan dapur di paviliun itu.
Saat ini dia ingin sekali membuat masakan dengan tangannya sendiri, mengingat kehidupan masa lalunya dia memang terbiasa melakukan semuanya sendiri, bahkan meskipun dirinya seorang pembunuh berdarah dingin, nyatanya dia juga seorang koki yang sangat handal.
Hal itu dibuktikan dengan meroketnya pencapaian dari rumah makan yang baru saja dibangunnya di kehidupannya yang lalu. Semoga saja dia bisa kembali ke masa depan, agar bisa meneruskan kembali kemampuannya dalam memasak maupun bertempur.