Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34. Keputusan 1
"Ayah sudah membaca buku diarymu, Ayah mengerti perasaanmu Nak. Jika memang kamu ingin berpisah dengan Alan, Ayah tidak akan melarangmu!" Nia terkejut.
"berarti Ayah sudah baca semuanya, kenapa aku bisa lupa dengan diary itu!" gumamnya dalam hati.
"tapi...Yah," Nia menunduk dan tak melanjutkan kata katanya. Masih ada rasa takut di hatinya, takut Pak Ilham akan marah dengannya.
"apa pun keputusanmu, Ayah akan mendukungmu Nak. Kamu berhak mendapatkan kebahagiaanmu," ujar Pak Ilham. Beliau mengusap lembut kepala Nia dengan penuh kasih.
"tapi bagaimana dengan Ayah?" tanya Nia sendu.
"kamu jangan fikirkan Ayah, kamu harus bahagia. Ayah sudah sehat Nak dan Ayah tidak akan sakit. Justru Ayah akan sakit jika kamu menderita!" ucap Pak Ilham lembut.
"jika Nia dan Mas Alan berpisah, apa Ayah tetap menyayangi Nia? Ayah tidak marah dengan Nia kan?" tanyanya ragu.
"kamu tidak boleh bicara seperti itu, sampai kapan pun Ayah tetap menyayangimu. Menjadi menantu atau pun tidak Ayah tetap menyayangimu dan taakan pernah membencimu. Ikutilah kata hatimu, carilah kebahagiaanmu Nak. Ayah ingin melihatmu bahagia walau tak bersama anak Ayah!" jelas Pak Ilham. Nia langsung memeluk Pak Ilham kembali, dia merasa sangat beruntung mendapat Ayah mertua seperti Pak Ilham.
Selain baik, tenyata beliau begitu bijaksana. Dia begitu mementingkan hati Nia, andai dari dulu dia berkata jujur pada Pak Ilham tentang Alan. Mungkin dia tidak akan sakit hati sampai sejauh ini.
"seharusnya kamu tidak perlu bertahan demi kesehatan Ayah. Hingga kamu rela mengorbankan perasaanmu demi Ayah, cukup sudah kau mengorbankan kebahagiaanmu untuk Ayah! Ikuti kata hatimu, jangan ikuti egomu demi Ayah." ujar Pak Ilham dengan tersenyum.
Sebenarnya beliau menginginkan mereka bersama, tapi melihat Nia yang begitu terluka hanya demi Ayahnya. Beliau harus merelakan mereka berpisah. Beliau sadar jika semua ini tidaklah adil buat hidup Nia.
"Nia sayang Ayah,"
"Ayah juga sayang padamu Nak,"
"kenapa aku tidak ada yang memperhatikan?" rengek Lena. Membuat Pak Ilham dan Nia tersenyum dan menatapnya.
"kemarilah Nak," pinta Pak Ilham pada Lena. Beliau menepuk dada sebelah untuk memeluk Lena juga. Mereka pun berpelukan, Lena yang tidak pernah merasakan kasih sayang Ayah. Kini dia bisa merasakan, walau itu bukan dari Ayah kandungnya.
"nanti kita bicarakan dengan Alan!" ucap Pak Ilham.
"sebaiknya Ayah istirahat dulu, Ayah pasti lelah." ucap Nia.
"kamu juga istirahatlah Nak!" titah Pak Ilham. Nia dan Lena keluar dari kamar Pak Ilham, mereka membiarkan Pak Ilham istirahat sejenak. Rasa takut Nia kini hilang, Pak Ilham mendukungnya jika Nia ingin berpisah dengan Alan. Sudah tidak ada alasan lagi untuk dia bertahan di pernikahan bodohnya.
"dulu Ayah mengira kalian akan jatuh cinta dengan seiring berjalannya waktu, namun dugaan Ayah ternyata salah. Ayah begitu egois terhadapmu Nia...," lirih Pak Alan setelah Nia dan Lena keluar. Beliau begitu menyesal telah membuat Nia menjadi wanita yang tidak di hargai anaknya.
Alan yang melihat Nia yang akan masuk ke kamar tamu, langsung menghampirinya. Dia terlihat begitu marah dan dengan gerakan cepat dia menarik tangan Nia dengan kasar.
"lepasinnn....," Nia memekik kesakitan. Alan tak menghiraukan rengekan Nia.
"lepasin tangan Nia," teriak Lena. Dia menahan tangan Nia agar tidak di tarik Alan, tapi yang terjadi tangan Nia dua duanya sakit.
"Mas, lepasin tangan Nia. Nia kesakitan Mas," ucap Lala. Dia berusaha melepaskan tangan Alan yang mencengkram tangan Nia dengan kuat.
"kalian berdua diam, ini urusanku dengan Nia!" bentak Alan.
"kamu bisa bicara baik baik dengan Nia, tanpa harus melukai fisiknya!" geram Lala. Dia benar benar kecewa karena Alan berani menyakiti fisik Nia.
"kamu tahu La, ini kali kedua Mas Alan melakukan ini padaku!" ucap Nia dengan suara gemetarnya, karena menahan air mata yang mendesaknya keluar. Dia menghempaskan tangan Alan dengan kuat.
"ini tidaklah sakit, di banding sakit di dalam sini!" ucapnya dengan menunjuk pergelangan tangannya dan dadanya. Lagi lagi air mata itu pun keluar kembali karena Alan.
"maafkan Mas Alan Nia...," pinta Lala dengan memohon.
"aku sudah memaafkannya tanpa pernah ada kata maaf darinya. Dan aku sudah punya keputusan La...," ucap Nia menahan sakitnya. Dia menyeka air matanya dengan kasar.
"keputusan apa Nia?" tanya Lala.
"nanti kamu juga akan tahu!" jawab Nia cepat. Dia menarik tangan Lena, dan berlalu meninggalkan Lala dan Alan dengan sejuta pertanyaan di benak mereka.
"kamu lihat Mas, dia sungguh sungguh terluka. Andai saja kamu bisa adil, dia tidak akan sesakit itu!" ucap Lala dan meninggalkan Alan.
Alan mengacak acak kasar rambutnya, dan mengepalkan tangannya lalu memukulkan ke arah dinding di depannya.
"maafkan aku...,maafkan aku...," lirihnya. Entah maaf itu untuk Nia atau untuk Lala yang kecewa dengan sikapnya.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.