Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Tiga Puluh Dua
Aurel menatap haru putra dan putrinya yang berada di dalam pelukannya. Kedua anak kembar Aurel memang berbeda jenis, seorang laki-laki yang diberi nama Tamada Arelio adalah putra pertamanya dan adiknya yang ia beri nama Tamada Arelia adalah putri keduanya.
Setelah dua minggu menanti memeluk kedua anaknya, hari ini keinginannya terwujud, kedua anaknya sudah bisa menyesuaikan dunia luar dan pernapasannya pun sudah tidak ada kendala lagi.
Renata yang hari ini mengosongkan jadwal di kerjannya menatap gemas cucu-cucunya, ia sengaja mengosongkan jadwalnya demi bisa mengantarkan Aurel ke rumah sakit untuk membawa anak-anaknya pulang.
"Ya ampun cucu oma lucu-lucu banget, belum gede aja pipinya kembung begini," kekeh Renata mengusap pelan Tamara yang kini berada di dalam pelukannya.
Setelah dua perawat di sana membantu kedua bayi itu menyusu pada Aurel, mereka izin mengundurkan diri.
Aurel senang, sekarang ia sudah menjadi ibu dan bisa memeluk anak-anaknya secara nyata.
"Kamu tunggu di sini dulu ya, mamah mau ngurus administrasi dulu ke depan!"
Aurel mengangguk, ia sangat bersyukur karena setelah perpisahan yang terjadi antara dirinya dan Erven, mantan mamah mertuanya masih sangat peduli kepadanya, bahkan mantan mertuanya itu selalu datang mengunjungi dirinya hanya untuk memberikan kue ataupun cemilan kepadanya. Tidak ada satu pun yang berubah dari sikap mereka memperlakukan dirinya, kedua mantan mertuanya masih begitu perhatian kepadanya.
Aurel juga tetap menempati rumah yang dulunya ia tinggali dengan Erven, kini matan suaminya itu memilih tinggal di rumah barunya dengan Jihan dan memberikan rumahnya kepada Aurel sebagai harta gono gini yang harus ia berikan kepada Aurel.
"Kamu beruntung banget nak, mendapatkan nenek dan kakek yang sangat perhatian kepada kalian, mama harap, kalian juga akan mendapatkan sosok papa yang baik dan sayang kepada kalian di suatu hari nanti," ucap Aurel mengusap lembut anak-anaknya yang ia baringkan di atas kasur yang ada di dalam ruangan itu.
"Mama janji akan menemukan sosok papa yang baik untuk kalian,"
***
Aurel masih berkutat dengan kedua bayinya yang rewel, hari sudah sangat malam, tapi keduanya tidak mau tidur, popok sudah diganti, purut pun sudah kenyang, tapi anehnya Tamada dan Tamara tidak ada yang mau tidur. Aurel sedikit kewalahan mengurus keduanya sekaligus, ia tidak lagi memperhatikan novelnya yang belum selesai ia tulis, mungkin untuk beberapa bulan ke depan ia akan mengajukan cuti dari dunia kepenulisan, Aurel sungguh tidak punya waktu untuk menulis.
"Sudah dong sayang, sakit loh nanti tenggorokannya, masa kamu gak mau tidur, kamu laper lagi? mau nenen lagi?" Tamara malah menangis semakin kencang, Aurel semakin kuwalahan dengan tangisan putrinya itu, belum lagi Tamada yang tadi mulai tenang dengan boneka kecil di dalam pelukannya kembali menangis karena terkejut dengan suara Tamara yang menangis kencang.
Aurel menepuk-nepuk pelan pantat Tamada agar berhenti menangis, ia tidak bisa menggendong dua sekaligus, jadi hanya Tamara yang ia gendong karena memang Tamara yang terus menerus menangis.
Aurel mulai menitikkan air matanya, ia bahagia dengan kelahiran anak-anaknya, tapi di sisi lain ia juga kelelahan, malam kemarin ia mengalami hal yang sama, Tamara dan Tamada menangis sepanjang malam, bahkan Aurel sampai tidak bisa tidur sampai pagi, baru ketika matahari mulai muncul, Tamara dan Tamada berangsur-angsur tenang, mereka tertidur karena kelelahan menangis, Aurel pun dapat tidur karena jujur ia sangat lelah, tapi belum ada satu jam Keduanya bangun dan menangis karena lapar.
Dan ini hari kedua Aurel mengalami hal yang sama, ia menangis seraya berusaha menenangkan kedua anaknya, ia tidak menyangka jika ternyata menjadi seorang ibu tidak semudah yang ia bayangkan.
"Bu, Ibu,"
Terdengar suara ketukan dari pintu kamar, Aurel yang sedang kelelahan mengabaikan suara ketukan dan panggilan itu, ia bahkan menahan suara tangisannya agar tidak sampai terdengar keluar kamar.
Di luar dugaan, orang yang tadi mengetuk pintu itu membuka pintu dan melangkah cepat menghampiri Aurel yang masih menangis sesenggukkan.
"Ya Allah ibu, biar saya gendong Tamadanya ya!" Bi Marni yang tadi memanggil-manggil majikannya dan mengetuk-ngetuk pintunya dengan sedikit tidak sabaran karena mendengar suara tangisan bayi sepanjang malam langsung menggendong Tamada dan menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri agar Tamada berhenti menangis.
Dan Aurel kembali fokus pada Tamara yang masih menangis kencang, entah kenapa kedua anaknya tidak ada yang mau berhenti menangis padahal jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Bi Marni membawa Tamada ke luar kamar, jika keduanya di satukan, tidak akan ada yang tenang dan mungkin mereka tidak akan berhenti menangis.
Tidak butuh waktu lama, Tamada yang berada di dalam pelukan bi Marni tenang dan perlahan tertidur. bi Marni menatap sendu putra dari majikannya, ia tidak tega melihat bagaimana hitamnya kantung mata Aurel. Memang tidak mudah menjadi seorang single parent anak kembar.
Dengan sangat hati-hati, bi Marni melangkah mendekati bi Ijah yang sedang sholat malam, setelah ia salam, bi Marni memberikan kode kepada bi Ijah untuk menggendong Tamada, bi Ijah mengangguk lalu mengambil Tamada yang sudah tertidur sangat lelah di gendongan bi Marni.
"Titip sebentar, aku harus ke kamar bu Aurel untuk membantu menenangkan Tamara yang masih nangis," bisik bi Marni.
Bi Ijah menganggukkan kepalanya, ia tidak keberatan sama sekali, karena dirinya memang terbangun di jam setengah satu lalu karena tidak bisa tidur lagi, ia akhirnya melaksanakan sholat malan.
Di dalam kamar, keadaan semakin kacau, Aurel membentak putrinya yang tidak mau tidur dan malah menangis semakin kencang, bi Marni yang mendengar itu mempercepat langkahnya dan segera mengambil alih Tamara ke dalam gendongannya.
Ia membawanya keluar kamar, dan menenangkannya seperti tadi ia menenangkan Tamada, tidak butuh sampai tiga puluh menit, Tamara tertidur, bahkan sampai terdengar suara yang keluar dari mulut mungilnya.
Perlahan bi Marni kembali masuk ke dalam kamar majikannya dan di sana Aurel sudah tertidur di atas kasur dengan kaki menjuntai ke bawah, perlahan bi Marni menaruh Tamara di dalam baby box dan menyelimutinya, setelah Tamara tidak memberikan reaksi apapun ketika ia di taruh di dalam baby box, bi Marni beralih kepada Aurel, ia membenarkan cara tidur majikannya dengan menggeser sofa yang ada di dalam kamar ke dekat ranjang, lalu ia menaikkan kedua kaki Aurel dan menyelimutinya dengan benar.
Malam ini bi Marni akan tidur di dalam kamar majikannya, agar jika si kembar terbangun di malam hari, ia bisa langsung menenangkannya tanpa harus membangunkan majikannya.
bye bye aja lah