NovelToon NovelToon
Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: lala_syalala

Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.

Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.

Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.

Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!

FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PKCD BAB 31_Rencana Baru

"Ibu melihat bagaimana Nak Abi mulai menatap Rania dengan rasa khawatir yang bukan pura-pura, dan Ibu melihat Rania mulai peduli pada Nak Abi lebih dari sekadar kontrak. Ibu hanya menunggu waktu sampai kalian sendiri yang menyadarinya." ucap bu Rahmi begitu lembut membuat hati Abimana tenang.

Abimana mendongak, matanya berkaca-kaca.

"Sekarang tidak ada lagi kontrak bu, saya mencintai Rania dan saya ingin benar-benar menjadi menantu Ibu, tanpa ada embel-embel perjanjian apa pun." tutur Abimana.

"Itu yang paling penting, Nak," ujar Bu Rahmi.

"Harta itu bisa habis, jabatan bisa hilang, tapi kejujuran dan kasih sayang itu yang akan membawamu melewati badai apa pun." lanjutnya.

Momen itu menjadi sangat emosional, Rania menangis di pelukan ibunya, sementara Abimana merasakan kedamaian yang belum pernah ia temukan di meja rapat mana pun.

Di ruangan sederhana ini, ia belajar tentang arti keluarga yang sesungguhnya yaitu sesuatu yang tidak bisa ia beli dengan saham S.T.G. Group.

Sore harinya sebelum kembali ke penthouse Rania meminta satu perhentian lagi, ia ingin mengunjungi kontrakan lamanya di Karet Kuningan.

Awalnya Abimana ragu karena alasan keamanan, namun Rania bersikeras.

"Aku ingin menutup bab itu dengan benar Abi, aku ingin orang-orang di sana tahu bahwa aku tidak melupakan mereka dan aku bukan Nyonya yang sombong," pinta Rania.

Mereka tiba di gang sempit itu dengan mobil yang tidak terlalu mencolok, kehadiran mereka segera mengundang perhatian.

Bang Jaelani yang sedang menyeduh kopi di warungnya langsung melongo melihat Rania turun dari mobil bersama Abimana.

Rania berjalan menuju warung Bang Jaelani, menyalami pria tua itu dengan hangat.

"Bang Jae, apa kabar?" tanya Rania ceria.

"Rania! Ya Allah, makin cantik saja kamu, Nyonya!" seru Bang Jae.

Ia melirik Abimana yang berdiri di belakang Rania dengan kaku namun tetap mencoba tersenyum. "Ini Tuan Besar yang di TV itu ya?"

"Iya Bang, ini suami saya, Abimana," Rania memperkenalkan suaminya dengan bangga.

Abimana mengulurkan tangan. "Abimana. Terima kasih sudah menjaga Rania selama ini."

Satu per satu tetangga keluar, termasuk Bu Juju dan bahkan Bu Wati yang tampak malu-malu.

Rania tidak menunjukkan rasa dendam, ia justru memesan cilok dalam jumlah banyak dari pedagang keliling yang lewat dan membagikannya kepada anak-anak di gang itu.

"Ibu-ibu, saya datang hanya ingin pamit sebentar. Saya akan pindah ke rumah yang lebih tetap bersama suami saya dan Ibu saya juga akan tinggal bersama kami nanti setelah sembuh," jelas Rania kepada kerumunan tetangga.

"Terima kasih atas segala kenangannya di sini." ucap Rania.

Bu Wati mendekat, wajahnya tampak menyesal. "Rania... maafkan Ibu ya kalau selama ini suka bicara yang tidak-tidak. Ibu tidak tahu kalau kamu orang baik yang sungguh-sungguh." ucap bu Wati.

Rania memegang tangan Bu Wati. "Sudah saya lupakan Bu, yang penting kita semua sehat-sehat saja."

Kunjungan itu singkat, namun memberikan penutupan yang manis bagi Rania.

Saat mereka kembali ke mobil, Abimana menatap Rania dengan kekaguman yang baru.

"Kenapa menatapku begitu?" tanya Rania.

"Aku baru sadar, kekuatanku ada di ruang rapat, tapi kekuatanmu ada di hati orang-orang," bisik Abimana.

"Kamu membuatku bangga bisa menjadi suamimu." lanjutnya dengan bangga.

Malam kembali menyelimuti Jakarta, mereka kembali ke penthouse, namun kali ini suasananya tidak lagi menegangkan.

Rania berdiri di balkon, merasakan angin malam yang meniup rambutnya.

Abimana datang dari belakang, menyampirkan selimut tenun Bali di bahu Rania lalu memeluknya dari belakang dengan erat.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Abimana.

"Aku memikirkan tentang bagaimana hidup bisa berubah begitu cepat," jawab Rania, menyandarkan kepalanya di dada Abimana.

"Beberapa bulan lalu, aku hanya memikirkan berapa banyak cilok yang harus terjual agar bisa membeli obat Ibu. Sekarang, aku berada di sini, bersamamu."

"Ini baru permulaan, Rania," ujar Abimana.

"Kita masih punya banyak hal untuk dihadapi ada proyek Bali, dewan direksi, dan mungkin... rencana untuk masa depan kita sendiri." ucap Abimana.

Rania menoleh, menatap wajah suaminya di bawah cahaya bulan. "Rencana apa?"

Abimana mencium kening Rania dengan lembut.

"Rencana untuk benar-benar menjadi keluarga, tanpa pasal, tanpa kontrak, hanya kita dan waktu yang akan kita habiskan bersama." seru Abimana.

Di atas ketinggian lantai lima puluh, di tengah gemerlap lampu Jakarta yang tak pernah tidur, Rania Kirana menyadari bahwa ia bukan lagi bunga padi yang terjebak di gang sempit.

Ia adalah wanita yang telah menemukan tempatnya, bukan karena kekayaan yang ia dapatkan, melainkan karena cinta yang berhasil ia cairkan dari hati yang paling beku.

Setelah badai yang hebat, cahaya fajar yang sesungguhnya kini telah tiba.

Pagi itu, udara di dalam penthouse Sanjaya tidak lagi terasa berat oleh aroma kecemasan atau keheningan yang dipaksakan.

Setelah peristiwa perobekan kontrak di bab sebelumnya, ada sebuah frekuensi baru yang bergetar di antara Rania dan Abimana.

Sebuah frekuensi yang lebih tenang, lebih jujur dan meskipun masih terasa asing jauh lebih hangat.

Rania berdiri di depan kompor, memandangi uap yang mengepul dari panci kecil berisi bubur ayam buatannya sendiri.

Ia tidak lagi merasa perlu mengenakan topeng "Nyonya Besar" di depan para pelayan atau di depan Abimana.

Ia mengenakan kaos rumah yang nyaman dan celana kain panjang, rambutnya hanya diikat kuda dengan sederhana.

Baginya kemewahan yang sesungguhnya bukanlah marmer di bawah kakinya, melainkan kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri di ruang ini.

Abimana muncul dari arah kamar utama, mengenakan kemeja linen santai yang lengannya digulung hingga siku.

Ia berhenti di ambang pintu dapur, mengamati punggung Rania selama beberapa saat.

Dahulu, ia akan melihat pemandangan ini sebagai bagian dari "manajemen domestik" yang efisien.

Namun sekarang, melihat Rania di dapurnya memberikan rasa penuh di dadanya yang selama ini kosong.

"Aromanya sampai ke ruang kerja," ujar Abimana lirih.

Suaranya tidak lagi memiliki nada perintah, melainkan nada kekaguman yang tulus.

Rania menoleh dan tersenyum, senyum itu tidak lagi dipoles untuk kamera wartawan.

"Hanya bubur ayam sederhana Abi, perutmu perlu istirahat dari makanan hotel dan katering mewah setelah stres beberapa hari ini."

Abimana berjalan mendekat, lalu duduk di kursi bar di depan meja dapur, ia memperhatikan gerakan tangan Rania yang terampil.

"Kamu tahu Rania... selama bertahun-tahun, aku membangun tempat ini agar terlihat sempurna di mata dunia. Tapi baru sekarang aku merasa tempat ini benar-benar menjadi sebuah rumah."

Rania meletakkan mangkuk di depan Abimana. "Rumah bukan tentang siapa yang mendesain interiornya Abi, tapi tentang siapa yang berani melepas sepatu dan bebannya saat masuk ke dalam."

.

.

Cerita Belum Selesai.....

1
In
ngapain ngomong soal jaminan kesehatan ibumu Rania... hedeh... 🤦
Sweet Girl
kamu belajar kehidupan sama Rania, Abi...
dia guru terbaik dalam kehidupan.
Sweet Girl
Naaaah, bahagia Ndak...???
Sweet Girl
Bukannya di lantai 45 ya...🤔
Sweet Girl
Emang kenapa...???
Sweet Girl
Taktik apa tiktok...
Sweet Girl
Emang njaluk di cabut gigine, Bu Wati ini ya...
Sweet Girl
Bwahahaha sing gak betah itu saat jadi tetangga mu, Bu Wati...
ayak ayak wae...
Sweet Girl
👏👏👏👏👏👏👏
Ariany Sudjana
puji Tuhan, Rania dan Abimana sudah bisa saling menerima, tetap jadi pribadi yang jujur dan berintegritas Rania
Sweet Girl
Meyakinkan dengan pelanggaran Pasal 7.
Sweet Girl
Lho lho lho ... Pelanggan Pasal 7 ini...🤪
Sweet Girl
Formal banget deh...
Lusi Hariyani
nah gitu dong adem...sm2 cinta tp gengsi
Sweet Girl
Good job...
Sweet Girl
Menggigil 🤣
Sweet Girl
Aamiin
Sweet Girl
Good, harus ada perlindungan
Sweet Girl
Demi Ibu, kendurkan sedikit idealisme mu Ran...
Mar lina
akhirnya Abi mencurahkan isi Hatinya ke Rania, cinta Rania tidak bertepuk sebelah tangan... lanjut Thor ceritanya
di tunggu updatenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!