IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Sesampainya Bara di kediaman Osmaro, Bu Lidya yang sudah mendengar kabar bahwa tadi Bara berkelahi, langsung heboh menyambut kedatangan menantu kesayangannya tersebut.
"Aduh Anak mantu kesayangan mama, kenapa berkelahi lagi sih? Dulu kan sudah janji sama almarhumah istrimu untuk tidak berkelahi lagi," ucap mama Lidya khawatir. Ia memegangi wajah Bara, memastikan wajah menantu kesayangannya tersebut masih dalam mode tampan.
Bara sedikit tersentak dari mana ibu mertuanya tahu kalau tadi ia berkelahi, pasalnya dia baru saja sampai. Ia menoleh ke arah om jhon.
"Maafkan saya Tuan muda, tadi saya yang menelepon nyonya besar, saat membawa Si kembar bersembunyi, nona muda kecil yang meminta saya menelepon," jawab om Jhon yang mengerti arti tatapan Bara kepadanya.
Bara mengernyit dan menghela napasnya, sebagai balasan ucapan om Jhon.
"Siapa wanita yang berhasil membuat kamu sampai rela berkelahi karena dia, hem sepertinya mama ketinggalan berita nih," ucap bu Lidya.
"Kakak syantik oma, daddy bantu kakak syantik tadi, kasihan kakak syantik di jahati sama om-om jahat," Nala yang menjawab pertanyaan bu Lidya.
"Kakak syantik siapa? teman daddy?" selidik bu Lidya penasaran.
"Bukan siapa-siapa, hanya seorang gadis, Bara tidak suka melihat kekerasan di depan anak-anak itu saja," timpal Bara tanpa ingin menjelaskan secara detail kepada bu Lidya atau jiwa kepo sang mertua akan muncul ke permukaan.
"Hem, untung wajah gantengmu enggak bonyok Nak, coba kalau sampai bonyok, gimana permaknya. Harus ke negeri oppa-oppa buat benerinnya," lanjut mama Lidya dengan hebohnya. Bara hanya diam dan menghela napasnya pelan. Ia tidak habis pikir kenapa ibu mertuanya bisa seheboh itu orangnya, padahal Olivia orangnya kalem dan anggun, sangat berbeda dengan ibunya.
"Tapi tangan daddy terluka oma," ucap Nala yang kini berada dalam gendongan om jhon.
Sejurus kemudian, bu Lidya melihat ke arah tangan Bara yang terluka.
"Oh ya ampun, jas mahal itu!" ucap bu Lidya. Bara mengerutkan keningnya, mendengar ucapan ibu mertuanya tersebut.
"Lebih mahal tangan dady!" protes Nathan dengan dinginnya.
"Hahaha oma bercanda sayang, emm tapi masih untung. Coba kalau muka daddy kalian yang terluka, akan jadi PR buat kita,"
"PR apa Oma?" tanya Nala dengan polosnya sambil melorot dari gendongan om Jhon lalau menghampiri bu Lidya.
"PR buat kita cari mommy buat kalian jadi susah, hihi," jawab mama Lidya dengan santainya.
"Ooh begitu oma, kalau daddy jelek tidak ada yang mau jadi mommy Nala sama Nathan ya oma?" tanya Nala polos.
"Tetap banyak yang mau, sama uangnya," celetuk Nathan.
"Tapi itu tida baik kalau cuma mau uangnya saja," ucap mama Lidya.
"Tapi cuma suka sama tampannya daddy juga enggak baik oma, harus tulus sayang sama daddy, Nala dan Nathan," sahut Nala.
"Ish, mana ada yang mau kalau lihat hati ayah kalian yang dingin, membeku kayak es Batu. Paling cocok ya karena tampan sama kayanya aja," gumam mama Lidya.
"Ma, cukup!!" tegas Bara, ia menatap bu Lidya tajam. Bu Lidya langsung menutup mulutnya menggunakan tangannya sendiri.
"Baiklah, baiklah, mama bercanda. Ayo masuk biar mama obati lukanya," ajak bu Lidya.
Tanpa banyak bicara lagi, Bara berjalan melewati ibu mertuanya tersebut menuju ke dalam rumah. Sementara bu Lidya dan yang lainnya hanya mengekorinya di belakang.
Bara hendak langsung menuju ke kamarnya, akan tetapi di cegah oleh bu Lidya. Bara hanya menurut ketika bu Lidya menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu, daripada harus mendengar kultum dari oma si kembar tersebut, yang pastinya akan membuat telinganya panas.
Bu Lidya langsung menyuruh ART untuk mengambil kotak P3K.
"Sini, biar mama obati," ucap.hu Lidya setelah ART memberikan kotak P3K.
"Tidak perlu ma, Bara bisa sendiri, ini cuma luka kecil," sahut Bara.
"Jangan keras kepala!" ucap bu Lidya tidak menerima penolakan, dia langsung meraih tangan Bara untuk di obati. Nathan dan Nala melihatnya sambil duduk bersebrangan dengan Bara dan bu Lidya.
"Oma, pelan-pelan," ucap Nala yang melihat sang ayah seperti menahan sakit.
"Tenang aja, daddy kalian ini jagoan, luka seperti ini mah kecil," sahut bu Lidya tersenyum namun sedikit menekan luka pada tangan Bara karena kesal, anak menantunya berkelahi.
"Pelan-pelan ma, sakit," Bara meringis.
"Baguslah kalau masih bisa merasakan sakit, udah jadi bapak-bapak ko bandel, berkelahi biar apa? biar keren? untung aja ada jas mahalmu, kalau tidak kan lukanya pasti lebih parah," omel bu Lidya.
Bara cuek dan tidak menghiraukan omelan bu Lidya. Ia terbiasa menulikan telinganya jika bu Lidya sedang ceramah, jika tidak
"Ma, jangan ngomel terus, nanti keriputnya makin parah loh," tiba-tiba terdengar suara Varel yang baru saja masuk.
Semua orang pun menoleh ke arah Varel kecuali Bara yang acuh.
"Mana ada keriput, mama kan selalu rutin ke salon," cebik bu Lidya.
"Uncle!!" teriak Nala dan langsung melompat ke gendongan Varel.
"Wah incesna uncle, kayaknya harus diet ini, makin berat," canda Varel sambil mencubit hidung Nala.
"Uncle aja yang makin tua, gendong Nala aja keberatan," ledek Nathan yang kini sibuk dengan gadget buatan negeri para oppa-oppa tersebut.
"Benar kata Nathan, umurmu makin tua, tapi masih aja main-main, enggak pernah serius sama wanita. Kapan kamu mau serius dan bawa menantu buat mama Varel, mama semakin tua, mama juga mau cucu," omel mama Lidya.
"Kan ada Nala sama Athan Oma?" Protes Nala.
"Maksud Oma cucu dari uncle sayang," sahut mama Lidya.
Varel menurunkan Nala dan menyuruh Nanny mengajak Nala dan Natha untuk naik ke kamar mereka untuk membersihkan diri. Nala.dan Nathan pun menurut.
"Ada apa kak? kenapa kakak berkelahi?" tanya Varel setelah Nala.dan Nathan tak lagi di sana.
"Ya karena kakakmu sok jagoan, kesal mama. Sukanya bikin mama jantungan,"
"Mama diam dulu, biar kakak yang bicara," sergah Varel.
Bara enggan menjelaskan kepada Varel maupun bu Lidya, ia malah mengambil jasnya dan berdiri, lalu kemudian berjalan menjauhi mereka tanpa bersuara.
"Mau kemana Bara? mama belum selesai mengobati luka kamu!" ucap Bu Lidya sedikit mengeraskan suaranya.
"Istirahat, capek," jawab Bara singkat tanpa menoleh dan tetap meneuskan langkahnya menuju anak tangga.
"Disuruh nikah lagi enggak mau, kalau ada istri kan enak kalau lagi capek, ada yang perhatiin, ada yang urusin," gumam bu Lidya menggerutu. Bukannya ia ingin Bara melupakan Olivia anaknya, akan tetapi ia tak tega melihat Bara yang terus menyendiri dan sesekali bu Lidya secara diam-diam memergokinya terlihat sedih sambil menatap photo mendiang istrinya.
Bu Lidya ingin Bara bangkit dan memulai hidup baru dengan seorang wanita. Belum lagi mengingat si kembar yang masih sangat membutuhkan sosok seorang ibu. Hal itu membuat bu Lidya sering merasa sedih juga, meskipun ia juga tak memperlihatkannya.
"Hub dasar makhluk Tuhan paling bawel," gumam Varel.
"Apa kamu bilang?" bu Lidya menjewer telinga Varel.
"Aduh aduh! Aku bilang kenapa mama selalu saja menekan kakak buat menikah lagi, ini anak mama yang satu ini aja belum pernah merasakannya, tapi mama malah sibuk nyari buat kak Bara yang belum bisa move on dari kak Olive," Varel mengalihkan pembicaraan.
"Alah kamu aja yang enggak niat aja cari istri makanya enggak dapat-dapat, padahal yang antri juga banyak, tapi cuma kamu jadikan mantan, dasar playboy cap kadal!" balas bu Lidya.
"Masalahnya mereka semua hanya bikin rusuh ma, kebanyakan matre dan belum ada yang bisa membuat jantung Varel benar-benar deg-degan," bela Varel.
"Mati dong kalau engga deg-degan," cebik bu Lidya.
"Astaga mama, huh susah ngomong sama cewek tua!" ucap Varel sambil berkacak pinggang meninggalkan sang mama.
"Mau kemana kamu?" tanya Bu Lidya.
"Mau menemui kak Bara, gara-gara mama, aku sampai lupa mau ngomongin pekerjaan sama kakak," jawab Varel.
bu Lidya berdecak, ia berdiri dan membuat langkah seribu mendahului Varel. Dengan sengaja ia menyenggol lengan Varel
"Astaga!" seru varel saat hu Lidya menyenggol lengannya.
"Enggak yakin mantunya nanti akan bertahan kalau mertuanya model begini," gumam Varel becanda.
Bu Lidya mendengarnya dan menoleh.
"Apa kamu bilang?"
"I love you mama," balas Varel tersenyum.
"Ck.Dasar!" decak bu Lidya, tersenyum sambil melanjutkan langkahnya.
Varel hanya tersenyum dan meneruskan langkahnya di belakang bu Lidya untuk mencari Bara. Suasana ruang tamu yang tadinya cukup heboh pun kini menjadi hening seketika
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca..Jangan lupa, like, komen dan pencet ❤️, terima kasih.
Salam hangat author 🤗❤️❤️💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.