Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.
Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.
"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.
Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.
"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."
Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?
Yuk baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BDN Bab 34
Sugeng dengan cepat memakai baju, lalu dia membuka brankas miliknya. Setelah itu Dia memasukkan kode brankasnya, brankas yang memiliki dua pintu itu akhirnya terbuka, uang yang ada di dalam brankas itu langsung terlihat dengan jelas.
Dia tidak tahu berapa jumlah uang yang ada di dalam brankas itu, tetapi dia sadar ada uang yang hilang dari sana. Tumpukannya sedikit berkurang, tak banyak tapi tetap saja kentara.
"Berkurang ini duitnya, tapi berapa ya kira-kira? Siapa yang ambil?"
Sugeng berpikir dengan begitu keras, yang tahu kode brankas miliknya itu hanya dirinya dan juga ibunya. Inah saja tidak dia beritahukan, rasanya tidak mungkin kalau ibunya yang mengambil karena wanita itu ada di pusat rehabilitasi.
"Apa iya Inah mencoba mengambilnya? Tapi kenapa dia tak bilang?"
Sugeng mencari Inah, setelah melihat istrinya yang ternyata sedang menyiram tanaman di halaman depan, Sugeng mengajak wanita itu untuk berbicara di teras depan rumah.
"Ada apa ya, Mas? Kok mukanya serius gitu?"
"Aku tadi baru saja ngecek isi brankas aku, kayaknya uangnya berkurang deh. Kamu ada ambil uang di brankas?"
Inah kaget mendengar pertanyaan dari Sugeng, karena ternyata apa yang dia lakukan langsung disadari oleh pria itu. Padahal, dia sudah sangat rapi dalam mengambil uang milik Sugeng.
"Kok kamu diem aja, Nah? Apa mungkin kamu yang ambil?"
Sugeng merasa curiga karena istrinya itu hanya diam saja, Inah yang dituduh seperti itu langsung menggelengkan kepalanya. Walaupun pada kenyataannya dia yang mengambilnya, tetapi dia tidak mau sampai ketahuan oleh Sugeng.
"Aku mana berani mengambil uang kamu, dari dulu juga aku selalu diberi uang oleh kamu. Aku tidak mungkin mengambilnya tanpa sepengetahuan kamu, selain itu, aku juga tidak tahu kode brankas kamu."
"Benar juga," ujar Sugeng.
Inah merasa kalau saat ini mungkin Sugeng bisa percaya terhadap dirinya, tetapi bisa saja nanti di saat pria itu sendiri, pasti Sugeng akan berpikir ulang. Inah berpikir dengan begitu keras, sehingga tidak lama kemudian terlintas ide di benaknya.
"Apa mungkin uangnya sudah hilang sejak lama?"
"Maksudnya bagaimana?"
"Sebelum masuk pusat rehabilitasi ibu menghabiskan banyak uang untuk berbelanja, apa mungkin dia yang mengambilnya secara diam-diam tanpa sepengetahuan kamu?"
"Masa sih ibu yang ambil?"
"Bisa saja, Mas. Karena dia takut kamu akan marah kalau misalkan uangnya dipakai untuk belanja banyak," ujar Inah.
Sugeng memikirkan apa yang dikatakan oleh Inah, selama ini dia memang mempercayakan apa pun kepada ibunya. Bisa saja ibunya mengambil tanpa sepengetahuan dirinya.
Atau mungkin ibunya itu ingin memberitahukan kepada dirinya, tetapi belum sempat karena keburu depresi dan dimasukkan ke pusat rehabilitasi.
"Sudahlah, aku jadi pusing. Kamu masuk aja gih, aku masih ingin sendiri."
Inah menghela napas lega mendengar apa yang dikatakan oleh Sugeng, karena setidaknya dia lolos dari tuduhan pria itu. Namun, tetap saja dia merasa harus waspada dan bisa menyembunyikan dengan rapi apa yang sudah dia ambil.
"Iya, Mas. Inah langsung masuk ke dalam kamar, sedangkan Sugeng masih duduk di teras depan rumah.
Trisno tentu saja memperhatikan apa yang di obrolkan oleh Sugeng dan juga Inah, karena jarak dia dan juga Sugeng tidak jauh. Pria itu langsung menghampiri Sugeng dan berdehem beberapa kali.
"Kamu kenapa dari tadi bardehem terus? Mau pinjem duit kamu?!"
''Enggak, Pak bos. Cuma mau ngomong aja kok."
"Mau ngomong apa? Buruan ngomongnya," ujar Sugeng.
"Aku kok curiga sama ibu bos," ujar Trisno mulai memanasi hati Sugeng yang sedang gundah gulana.
"Curiga gimana?"
"Maaf loh, Pak bos. Tadi saya nggak nguping, cuma kebetulan denger aja."
"Kamu itu terlalu bertele-tele, sebenarnya kamu mau ngomong apaan? Kenapa kamu bisa curiga terhadap istri saya?"
"Maaf banget ya, Pak bos. Ibu bos sekarang penampilannya udah kurang banget, bisa saja dia benar-benar mengambil uang Pak bos. Buat melarikan diri sebelum dibuang sama Pak bos," jawab Trisno.
Sugeng juga merasa seperti itu, tapi masalahnya dia tidak punya bukti. Jadi, pria itu tidak bisa membenarkan apa yang dituduhkan oleh Trisno.
"Maaf loh, Pak bos. Tapi kelakuan Ibu bos akhir-akhir ini mencurigakan. Pak bos harus waspada, bisa saja sekarang Pak bos kehilangan sedikit uang. Tapi, besok-besok kehilangan banyak uang dan dimiskinkan oleh Ibu bos."
"Masa sih?" ujar Sugeng yang mulai termakan omongan Trisno.
"Iya lah, udah jelek begitu pasti nyari alasan untuk pergi. Karena pergi dengan membawa uang banyak, akan membuat hidup Ibu bos makmur tanpa takut kelaparan."
"Hem," ujar Sugeng yang langsung pergi dari sana untuk masuk ke dalam rumah.
Saat Sugeng masuk ke dalam rumah, dia melihat Romlah yang sedang memberikan susu formula di ruang keluarga. Sugeng merinding melihat wanita itu, karena mengingat tadi malam wanita itu berubah menjadi Mantan istrinya.
"Tuan kenapa melihat saya seperti itu?"
"Nggak apa-apa, oiya, Rom. Tadi malam pas saya masuk ke kamar kamu, kamu beneran udah tidur?"
"Tadi malam Tuan masuk ke dalam kamar saya dan Neng Ayu memangnya?"
"Iya," jawab Sugeng dengan waspada karena takut kalau wanita yang ada di hadapannya nanti akan berubah kembali menjadi setan.
"Wah! Saya udah tidur, Tuan. Jadi tak tahu," ujar Romlah.
Bulu kuduk Sugeng langsung berdiri semua mendengar apa yang dikatakan oleh Romlah, karena jika wanita itu tertidur tadi malam, itu artinya yang menemui dirinya adalah Romlah mantan istrinya.
"Kok wajah Tuan pucet? Tuan kenapa?" tanya Romlah.
"Nggak apa-apa," ujar Sugeng yang langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamarnya.
Namun, saat dia hendak masuk ke dalam kamarnya, dia melihat Inah dari pintu kamar yang tidak tertutup sempurna sedang menyimpan sesuatu ke dalam lemari milik wanita itu.
"Apa yang dia simpan? Apa mungkin uang milikku yang dia curi?"
Sugeng diam sambil memperhatikan apa yang dilakukan oleh istrinya, ingin sekali dia langsung menegurnya. Namun, takutnya wanita itu akan berkilah.
"Sepertinya nanti malam kalau dia sedang tidur aku harus memeriksa apa yang sebenarnya dia sembunyikan," ujar Sugeng lirih.