CEO dingin Ardan Hidayat harus bertunangan dalam tiga bulan demi warisan. Ia memilih Risa Dewi, gadis keras kepala yang baru saja menghancurkan kuenya, untuk kontrak pertunangan palsu tanpa cinta. Tapi saat mereka hidup bersama, rahasia keluarga Risa sebagai Pewaris Tersembunyi keluarga rival mulai terkuak. Bisakah kepura-puraan mereka menjadi kenyataan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Utang Budi dan Kunjungan yang Terlarang
Setelah berhasil mengatasi krisis baja, Risa merasa lega, tetapi rasa bersalahnya terasa berat. Ia telah menyelamatkan proyek Ardan, tetapi ia berutang budi pada Leo Jaya, seorang anggota keluarga musuh yang ia tolak.
Ardan kembali dari Singapura dengan gembira, memuji Risa karena berhasil mempertahankan jadwal proyek.
"Kau melakukan pekerjaan luar biasa, Risa," kata Ardan, saat mereka makan malam intim di penthouse. "Aku tahu ada sedikit masalah baja, tapi kau menyelesaikannya dengan cepat. Kau benar-benar luar biasa."
Mendengar pujian tulus itu membuat Risa semakin sulit untuk mengakui bantuan dari Leo. Ia tahu Ardan akan melihatnya bukan sebagai bantuan, melainkan sebagai pengkhianatan kecil.
Panggilan dari Leo
Ketenangan itu tidak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, saat Risa sedang bekerja di kantornya, ponselnya berdering. Itu adalah Leo Jaya.
"Halo, Risa," suara Leo terdengar santai dan penuh percaya diri.
"Tuan Jaya," Risa menjawab, suaranya tegang, segera menutup pintu kantornya. "Terima kasih atas bantuan Anda. Berapa yang harus saya bayar untuk jasa Anda?"
Leo tertawa kecil. "Aku bilang, tidak ada uang. Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Sebuah bantuan kecil sebagai sepupu. Bukan untuk Jaya Sakti, Risa. Ini pribadi."
Risa merasa perutnya melilit. "Bantuan apa?"
"Aku tahu kau sudah memiliki akses penuh ke arsip-arsip lama Hidayat Group. Aku hanya butuh informasi tentang transaksi tanah tertentu yang dilakukan oleh Kakek Ardan sepuluh tahun lalu. Ini bukan tentang bisnis, Risa. Ini adalah masalah warisan internal keluarga kami yang mungkin terkait dengan tanah itu," jelas Leo.
Risa terdiam. Membocorkan informasi internal Hidayat Group, bahkan yang sudah tua, adalah pelanggaran yang tak termaafkan terhadap kepercayaan Ardan. Itu adalah pengkhianatan nyata.
"Saya tidak bisa melakukan itu, Tuan Jaya," kata Risa tegas. "Itu adalah rahasia perusahaan."
"Benarkah? Atau kau tidak mau mengkhianati suamimu?" sindir Leo. "Kau pikir kau bisa menerima bantuan dari musuh tanpa konsekuensi, Risa? Ingat, kau sudah berutang padaku."
Leo mengakhiri panggilan itu, meninggalkan Risa dalam dilema moral yang serius.
Konfrontasi di Kantor
Risa menghabiskan sisa hari itu dalam keadaan panik. Ia tidak tahu bagaimana menghadapi situasi ini.
Malam harinya, saat Risa sedang memeriksa dokumen proyek, Ardan masuk ke kantornya. Wajahnya gelap.
"Kau berbohong padaku," kata Ardan, tanpa basa-basi.
Jantung Risa mencelos. "Tentang apa?"
Ardan meletakkan sebuah laporan kecil di meja Risa. Itu adalah laporan singkat yang merinci bagaimana baja Risa dibebaskan di pelabuhan. Di bagian bawah laporan ada catatan kecil yang ditambahkan Ardan: Diurus oleh kontak logistik yang sangat tinggi, yang memiliki hubungan dengan Jaya Sakti.
"Aku punya mata dan telinga di mana-mana, Risa. Baja itu tidak keluar secara ajaib," kata Ardan, suaranya tenang, tetapi penuh rasa sakit. "Kau meminta bantuan dari keluarga Jaya. Apakah kau bertemu dengan mereka?"
Risa tahu ia tidak bisa berbohong lagi. Ia harus menceritakan kebenaran secara utuh.
"Saya tidak bertemu. Tapi saya menelepon Leo Jaya. Dia yang melakukannya," aku Risa. "Saya tahu Anda akan marah, tapi saya tidak punya pilihan, Ardan! Bima sudah siap menyerang. Saya harus menyelamatkan proyek itu untuk Anda!"
"Kau seharusnya memberitahuku! Kita sudah melewati badai Bima bersama!" Ardan membentak, tangannya mengepal di meja. "Kau tahu betapa berbahayanya mereka! Mereka ingin informasi! Mereka ingin mengambilmu kembali!"
"Dia meminta sesuatu sebagai balasan," kata Risa, menatapnya dengan putus asa. "Informasi tentang transaksi tanah lama Hidayat Group. Saya menolaknya, Ardan! Saya menolaknya! Saya bersumpah, saya tidak akan mengkhianati Anda!"
Ardan menatap Risa lama sekali. Wajahnya menunjukkan perjuangan antara kemarahan dan kepercayaan yang baru lahir.
"Kau menolaknya?" Ardan bertanya.
"Ya. Karena aku mencintaimu," jawab Risa, suaranya tegas. "Dan aku tidak akan pernah melakukan apa pun yang bisa menyakitimu."
Ardan menghela napas panjang, kemarahannya mereda. Ia berjalan ke arah Risa, dan perlahan memeluknya.
"Aku percaya padamu, Risa," bisik Ardan. "Aku percaya bahwa kau menolak. Tapi aku ingin kau mengerti. Musuh kita tidak akan pernah membiarkan kita berdua bahagia. Leo Jaya sekarang akan mengincarmu. Dia akan mencari kelemahanmu, dan dia akan mencoba memisahkan kita. Jangan pernah lagi menyembunyikan apa pun dariku. Janji."
"Janji," kata Risa, air mata lega mengalir.
Ardan melepaskan Risa, ekspresinya kembali serius. "Baik. Kita akan menggunakan ini untuk keuntungan kita. Kita akan memancing Leo. Kau bilang dia hanya ingin tahu tentang warisan keluarga. Aku akan memberikanmu informasi yang sah dan aman yang bisa kau berikan padanya. Itu akan memberinya apa yang dia mau, dan itu akan melindungimu. Tapi kau harus bertemu dengannya, Risa. Kau harus menjaganya tetap tenang dan percaya padamu."
Risa terkejut. "Anda ingin saya bertemu dengan sepupu musuh Anda?"
"Ya," jawab Ardan, matanya memancarkan strategi dingin seorang CEO. "Leo tidak akan bisa melawan Nyonya Hidayat. Tapi dia akan mempercayai sepupu jauhnya. Kau akan menjadi mata-mata kita di keluarga Jaya. Bisakah kau melakukannya, Risa?"