ketika kita ingin melupakan masa lalu namun itu sulit, padahal itu semua yang membuatnya sakit hati setelah 5 tahun dia menghindar dari segala urusannya dengan masa lalu apa jadinya jika takdir justru menuntunnya bertemu dengan org yang selama ini ingin dia hindari.
apa dia akan menemukan kebahagiaan atau akan terluka untuk yg kedua kalinya?
ini karya pertama ku mohon dukungannya teman-teman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sriiwidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 34
Ziah sudah siap untuk berangkat ke sekolah, dari kemarin semenjak pulang mencari cincin yang berakhir dirinya marah terhadap Andreas, Ziah sama sekali tidak menghubungi calon suaminya itu.
Ziah pun hari ini akan membawa motor, terserah nanti Andreas menjemputnya atau tidak.dirinya masih kesal dengan kelakuan Andreas.
"gak di jemput Zi." tanya Bu Aminah saat melihat Ziah yang tengah memanaskan mesin motor.
"Gak tahu Bu." jawab Ziah seadanya.
"terus persiapan pernikahan sampai mana? Ingat lo
h tiga Minggu itu bukan waktu yang lama." Bu Aminah mencoba mengingatkan.
"iya Bu." jawabnya Ziah tidak menanggapi bukan tidak sopan dia hanya masih kesal karena di sini kesannya seperti Ziah yang ngebet pengen nikah.
"berangkat dulu ya Bu. Assalamualaikum." pamitnya sambil mencium tangan Bu Aminah.
"iya hati-hati, waalaikumsalam.' ucap Bu Aminah sambil memandangi kepergian Ziah.
Baru keluar dari halaman rumah, Ziah berpapasan dengan Andreas yang akan menjemputnya. Namun Ziah hanya melihat sekilas tanpa memberhentikan laju motornya dia pun pergi ke sekolah di belakangnya ada Andreas yang mengikuti motor Ziah.
Andreas lupa Ziah jika sedang kesal pasti seperti sekarang, terkadang memang seperti itu jika sedang marah Ziah lebih baik menghindar.
Mereka berdua sampai di parkiran sekolah, Andreas masih menunggu Ziah yang sedang membenahi kerudungnya lewat kaca spion. Dia tidak menggubris kehadiran Andreas di sana. Ziah berjalan menuju ruangannya masih dengan Andreas yang mengikutinya di sebelah, tidak ada obrolan apapun. Hingga mereka tiba di ruang perpus.
Ziah duduk menyalakan komputer, dan sedikit membenahi mejanya. Andreas duduk di kursi sebrang meja Ziah. Dia tidak tahan jika didiamkan seperti ini.
"Mas minta maaf kalo emang Mas salah."ucap Andreas. Namun Ziah seolah-olah tidak mendengarnya.
"Mas janji gak bakalan kayak kemarin. Ini udah mau Deket pernikahan masa malah berantem mana banyak lagi yang kurangnya." jelas Andreas.
"Ya udah tahu yang kurangnya banyak tapi tiap kali minta pendapat pasti jawabannya terserah mas ikut maunya kamu, emang disini yang mau nikah cuma saya doang. Kesannya kayak saya yang ngebet pengen nikah." omel Ziah sedikit emosi.
"iya mas minta maaf, kan maksud mas biar kamu milih yang kamu mau." timpal Andreas.
"udah nanti sisanya mas yang milih sendiri gak mau di kalau harus pusing sendiri.". Ucap Ziah.
Andreas hanya pasrah saat Ziah sudah berkata begitu, membantah pun percuma justru nanti urusannya jadi makin panjang.
"ya udah mas mau ngajar dulu, nanti pulang sekolah baru nyari yang belum siap." pamitnya sambil berdiri meninggalkan Ziah.
Pembelajaran berjalan dengan lancar, dan tidak terasa jam pulang sudah waktunya tiba. Ziah sudah bersiap-siap untuk pulang. Sesuai yang di rencanakan sekarang tinggal mencari undangan dan juga fitting baju pengantin.
Andreas sudah duduk di atas motor sportnya, Dea sedang menunggu kedatangan kekasih hatinya itu. Terlihat Ziah sedang berjalan bersama guru lainnya ada Bu Lanny dan juga,,, tunggu Andreas menajamkan penglihatannya dan benar apa yang di lihat di sana juga ada pak Adnan yang berjalan tepat di belakang Ziah bahkan dia terlihat melirik ke arah Ziah.
"pak, Bu saya duluan." pamit Ziah pada guru yang lain. Dia berjalan ke arah Andreas yang sudah menunggunya.
"tahu gitu tadi Mas nyamperin kamu aja ke ruangan. Ngapain sih tu orang masih bareng sama kamu." Dumel Andreas, meluapkan kekesalannya.
"apa sih, kan yang penting gak jalan berdua gak berdampingan juga. jangan cemburuan." jelas Ziah.
"perasaan yang cemburuan disini cuma aku ya, jangan-jangan kamu gak sayang lagi sama Mas." tuding Andreas sambil menatap ke arah Ziah yang hendak memakai helm.
"ya ampun, kalo udah kayak gini Zi pasrah deh, kita mau berantem lagi cuma Masalah ini. Kalo aku gak sayang terus ngapain mau nikah sama Mas?" tanya Ziah kesal dengan apa yang di bicarakan Andreas.
"iya-iya maaf, ya udah ayok kita berangkat." ucapnya sambil cengengesan.
Dia sadar dia begitu sangat mencintai Ziah, dan sifat cemburuan dan posesifnya terkadang seperti remaja yang baru jatuh cinta saja.
Keduanya meninggalkan parkiran sekolah, tadinya Andreas akan menyuruh Ziah untuk meninggalkan motornya di sekolah tapi dia juga takut nanti motornya itu hilang, jadi terpaksa jalan dengan motor masing-masing.
Benar persis seperti pasangan yang berantem,nikah karena di paksa datang nyari undangan dan juga kebaya untuk nikahan saja perginya pakai motor masing-masing.
...****************...
setelah mendapatkan apa yang mereka cari, mereka memutuskan untuk pulang. Tidak ada drama seperti sebelumnya. Andreas membantu Ziah memilih kebaya dan juga undangan yang dirasa cocok.
Ziah membaringkan tubuhnya diatas kasur, hari ini begitu lelah. padahal mereka hanya mencari undangan dan kebaya, sementara untuk WO dan catering itu di urus Bu Ratih. Ziah tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika semuanya di handle dirinya.
Ziah keluar kamar menghampiri ibunya dan juga kedua adiknya. dia tiduran berbantalkan paha Bu Aminah.
"udah selesai semuanya?" tanya Bu Aminah.
"udah Bu Alhamdulillah." jawab Ziah. dia menikmati elusan lembut di kepalanya dari tangan Bu Aminah.
"Kalau udah nikah ujiannya pasti akan bertambah, menikah bukan keluar dari masalah tapi nambah masalah, bakalan ada ujiannya entah itu dari manapun, kamu harus belajar sabar apa-apa harus di selesaikan dengan kepala dingin jangan pakai emosi. Apalagi nanti kamu nikah langsung jadi ibu." ucap Bu Aminah tiba-tiba.
"makanya teh kalau mau nikah nyarinya yang single jangan yang udah Bunya buntut." ucap Ega tanpa beban.
Plakk, Ziah menampar betis adiknya yang duduk di sampingnya.
"Udah jodoh, emang mau gimana?" tanya Ziah.
"bukan jodoh, itu mah teteh nya aja yang kecintaan banget. Dia udah punya anak aja mau-maunya di ajak nikah. Kan banyak yang statusnya bujang." tambahnya lagi. Ziah mendelik ke arah adiknya itu.
"Teteh sumpahin biar kamu nanti nikah sama janda." dumel Ziah.
Bu Aminah hanya menggeleng kan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya memang anaknya yang bontot suka sekali meledek kakaknya. Tapi itu adalah hiburan tersendiri bagi keluarga mereka.