NovelToon NovelToon
Di Jual Untuk Sang CEO

Di Jual Untuk Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: RaHida

Aliza terpaksa harus menikah dengan seorang Tuan Muda yang terkenal kejam dan dingin demi melunasi hutang-hutang ibunya. Dapatkah Aliza bertahan dan merebut hati Tuan Muda, atau sebaliknya Aliza akan hidup menderita di bawah kurungan Tuan Muda belum lagi dengan ibu mertua dan ipar yang toxic. Saksikan ceritanya hanya di Novelton

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RaHida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 # Pagi hari

Pukul lima pagi, Aliza sudah terjaga. Setelah mandi dan merapikan diri, ia turun dari kamar dengan langkah ringan menuju dapur. Aroma harum masakan langsung menyambutnya. Para pelayan tampak sibuk menyiapkan sarapan, masing-masing bergerak dengan cekatan sesuai tugasnya.

“Apakah ada yang bisa saya bantu, Bu Nur?” tanya Aliza sopan sambil mendekat.

Mendengar namanya disebut, Bu Nur segera menghampiri dengan ekspresi sedikit cemas.

“Tidak ada yang perlu Nona kerjakan. Semua pelayan sudah memiliki tugas masing-masing,” ucapnya pelan. Ia lalu menoleh seakan memastikan tidak ada yang mendengar, sebelum melanjutkan dengan suara lebih serius, “Sebaiknya Nona kembali ke kamar. Takut Tuan Muda mencari Nona.”

Aliza terdiam sejenak, hatinya bergetar. Ada perasaan hangat karena perhatian Bu Nur, tapi juga rasa terkungkung—seolah setiap gerak langkahnya harus tetap berada di bawah bayang-bayang Tuan Muda Nadeo.

Aliza mengangguk pelan pada Bu Nur, lalu berbalik meninggalkan dapur. Langkahnya ringan tapi hatinya terasa berat. Setiap sudut rumah besar itu seperti mengingatkan bahwa ia hanyalah “tamu” yang harus tunduk pada aturan Tuan Muda.

Saat Aliza membuka pintu kamar, langkahnya terhenti. Jantungnya hampir meloncat ketika melihat Tuan Muda Nadeo sudah bangun dan duduk santai di tepi tempat tidur. Tatapan matanya menusuk, seolah menunggu jawaban dari sesuatu yang belum ia tanyakan.

“Dari mana saja kamu?” suaranya datar, namun mengandung tekanan.

Aliza menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

“Saya… pergi ke dapur, Tuan. Ingin membantu memasak.”

Sudut bibir Nadeo terangkat tipis, entah senyum sinis atau sekadar kebiasaan.

“Kamu tidak perlu memasak di dapur,” ucapnya dengan nada penuh kepastian. “Tugasmu hanya satu—melayani aku.”

Tatapan Tuan Muda Nadeo menyapu Aliza dari atas hingga bawah. Alisnya sedikit berkerut.

“Kenapa kamu masih memakai baju kumuh itu?”

Kumuh? Aliza menjerit dalam hati. Padahal ini masih terlihat bagus. Dasar aneh! Ia berusaha menahan ekspresinya tetap tenang.

“Maaf, Tuan,” jawabnya lirih. “Saya hanya memiliki baju seperti ini.”

Nadeo menghela napas panjang, lalu menatapnya tajam.

“Apakah kamu tidak melihat pakaianmu yang sudah aku letakkan di dalam lemari? Aku tidak ingin melihatmu memakai baju seperti itu. Itu merusak pemandangan.”

Ia berdiri, mendekat, suaranya makin dingin.

“Dan satu hal lagi… apa yang akan dikatakan orang jika melihatmu berpakaian seperti itu? Mereka akan mengira aku tidak memperlakukanmu dengan baik.”

Kata-kata itu menusuk hati Aliza. Antara marah karena direndahkan, sekaligus perih karena disamakan dengan pemandangan yang harus enak dilihat.

"Buang semua baju yang kamu bawa dari rumahmu,” ucap Tuan Muda Nadeo tegas. “Ini terakhir kali aku melihatmu memakainya. Siapkan air mandiku, dan setelah itu… ganti bajumu.”

Aliza hanya bisa mengangguk. Tanpa membantah, ia melangkah ke kamar mandi, menyalakan keran, memastikan suhu air sesuai, lalu menambahkan sabun mandi beraroma lembut. Saat ia berbalik hendak keluar, pintu kamar mandi terbuka.

Nadeo masuk begitu saja—tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Aliza terperanjat, matanya tak sengaja tertuju ke bagian tubuhnya yang membuat wajahnya merona. Astaga… tidur saja sudah begitu… apalagi kalau bangun, batinnya dengan pikiran yang langsung ia tepis.

Ia buru-buru ingin melangkah keluar, namun tangan kokoh Nadeo menahan lengannya.

“Pijat kepalaku,” perintahnya singkat.

Aliza terdiam sejenak, lalu menurut. Saat Nadeo berendam di bathtub, ia duduk di sisi bak mandi dan mulai memijat lembut kepalanya. Aroma sabun bercampur dengan aroma maskulin tubuh pria itu memenuhi ruangan, membuat Aliza sulit bernapas tenang.

Beraninya kau berdiri tanpa sehelai kain pun… kau sudah merusak kesucian mataku, gerutunya dalam hati, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Pijatanmu sangat enak,” suara Tuan Muda Nadeo rendah, dalam, seolah menahan sesuatu. “Sepertinya aku bisa ketagihan.”

Aliza hanya terdiam, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah. Begitu Nadeo selesai mandi, ia segera bergegas ke walk-in closet. Jemarinya mulai menyentuh kancing bajunya, namun langkahnya terhenti saat pintu terbuka.

Nadeo masuk begitu saja. Kehadirannya memenuhi ruangan, membuat udara mendadak terasa sesak.

“Kenapa tidak kau buka bajumu?” tanyanya pelan, namun nadanya menekan. Bibirnya melengkung sinis. “Apa kau takut aku akan memakanmu?”

Aliza menelan ludah. Mau tak mau, ia menurut. Dengan gerakan gugup, ia mulai membuka satu per satu kancing bajunya. Setiap bunyi klik terasa begitu nyaring di tengah keheningan, membuat jantungnya semakin berdebar.

Tatapan Nadeo menempel pada dirinya, tidak berpaling sedikit pun. Sorot matanya tajam, penuh rasa ingin tahu yang membuat Aliza semakin gelisah. Pipinya memanas, tubuhnya bergetar, tapi ia tidak punya pilihan selain menuruti.

Ruangan menjadi begitu hening, hanya menyisakan napas keduanya yang semakin berat. Aliza ingin membuang pandangan, tapi sesekali ia menangkap tatapan Nadeo yang membuat lututnya hampir lemas.

Ya Tuhan… apa yang sebenarnya dia inginkan dariku? batinnya.

1
partini
baca jadi ingat novel tahun 2019 daniah sama tuan saga ,, good story Thor 👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!