Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"LO NGAPAIN DI SINI?!" teriak Calya, membuat Aksa terkejut dan hampir menjatuhkan sutilnya.
Aksa menoleh, tatapannya tenang. "Selamat pagi. Kamu sudah bangun," jawabnya seolah tak terjadi apa-apa.
"Jangan sok polos!" bentak Calya. "Lo pikir lo siapa, bawa-bawa gue ke sini?! Dan kenapa lo masih ada di sini?!"
Aksa menghela napas. "Calya, dengarkan aku. Semalam kamu pingsan. Aku tidak mungkin membiarkanmu sendirian di sini. Dan di luar hujan deras. Tidak ada cara lain."
"BOHONG!" teriak Calya, menunjuk Aksa. "Lo sengaja, kan? Lo manfaatin gue, kan?!"
"Apa yang kamu tuduhkan?" tanya Aksa, suaranya naik satu oktaf. "Aku sudah beritahu orang tuamu."
Mata Calya membelalak. "Lo bilang apa?!"
"Aku bilang, kamu bersamaku. Aku tidak akan membiarkanmu pulang dalam keadaan seperti itu," jelas Aksa, suaranya kembali datar. Ia mematikan kompor, lalu menaruh piring berisi nasi goreng dan telur di atas meja. "Sekarang, duduk. Kamu butuh makan. Setelah itu, aku akan mengantarmu pulang."
"Lo siapa nelfon-nelfon orang tua gue hah? gue tanya lo siapa? dan oh iya, Gue enggak sudi makan masakan lo!" Calya membanting pintu kulkas, lalu berjalan ke arah pintu keluar. "Minggir! Gue mau pulang sekarang!"
"Kamu tidak bisa pergi," kata Aksa. "Aku sudah janji sama mamamu untuk mengantarmu dengan selamat."
"Gue enggak peduli! lo ga usah deh ngomong kek gitu, lo tau gue jijik dengar suara lo, gue sampe mau muntah tau ga. lo ga usa so akrab sama gue, ingat posisi lo jaga jarak sama gue, ngerti lo!" Calya menarik gagang pintu, tapi pintu itu terkunci. Ia menoleh, menatap Aksa dengan pandangan membunuh. "Buka pintunya, atau gue dobrak!"
Calya menarik-narik gagang pintu, tapi pintu itu tetap terkunci. Ia menoleh, menatap Aksa dengan mata menyala-nyala. "Buka pintunya, Aksa!" teriaknya. "Lo pikir lo siapa, mau ngurung gue di sini?! bukaaa woii bukaaa nggaaa woiiii"
Aksa tetap bergeming. Ia hanya memperhatikan Calya yang mengobrak-abrik apartemennya dengan amarah. Gadis itu menendang meja, menjatuhkan vas, dan melempar bantal ke arahnya. Aksa tidak menghindar. Ia hanya berdiri di sana, membiarkan kemarahan Calya meluap.
"Ini semua salah lo! Gara-gara lo, gue jadi kayak gini! bukaaa atau gue bikin lo jadi ayam geprek" Calya berjalan mendekat, lalu mulai memukul-mukul dada Aksa dengan kepalan tangannya. Pukulannya lemah, tapi Aksa bisa merasakan emosi yang meluap-luap di setiap pukulan.
"Lo tahu? Gue benci cowok kutu buku kayak lo! Gue benci orang yang sok baik, sok peduli! dan sokab kaya lo, merinding guee hiiih" karna Aksa mengabaikannya Calya kini terisak dirinya sungguh sangat lelah. "Gue cuma mau pulang. Gue mau pulang!"
Aksa meraih tangan Calya, menghentikan pukulannya. "Dengar, Calya," ucapnya dengan nada lembut. "Aku enggak akan biarin kamu pulang sampai kamu makan. Kamu belum makan dari semalam. Aku enggak mau kamu sakit."
Calya menatapnya tak percaya. "Gue enggak peduli!" bentaknya. "Gue mau pulang! Buka pintunya! lo jangan maksa-maksa gue, lo itu bukan siapa-siapa".
"Aku enggak akan buka," jawab Aksa. "Aku sudah janji sama orang tuamu untuk menjagamu. Sekarang, duduk dan makan. Setelah itu, aku akan mengantarmu pulang."
Calya berlutut, menangis tersedu-sedu. "Kenapa lo begitu benci sama gue?" tanyanya padahal yang bencikan dia kenapa mala bilang gitu ya? biasa cewe hihihi
Aksa menunduk, menatap Calya yang kini terlihat begitu rapuh. Ia berjongkok, sejajar dengan mata Calya. "Aku tidak membenci kamu, Calya," ucapnya. "Aku... hanya ingin kamu baik-baik saja."
Calya mendongak, menatap matanya. "Bohong! terus kenapa lo muncul dalam hidup gue? kenapa lo nerima perjodohan ini? lo taukan gue ga suka sama lo!" tanya Calya dan itu membuat Aska mematung mendengar ucapannya
Aksa menggeleng. "Aku tidak bohong." Ia lalu menghela napas dan hanya itu yang bisa ia katakan dirinya juga bingung berada diposisi ini. "Sekarang, makan. Setelah itu, kita bisa bicara."
Calya terdiam. Ia menatap piring nasi goreng yang sudah dingin di meja. Perutnya berbunyi lagi. Ia tahu, ia lapar. Ia tahu, Aksa benar. Tapi, ia masih terlalu marah untuk mengakui itu.
Calya akhirnya mengalah. Dalam diam yang mencekam, ia menyantap nasi goreng buatan Aksa yang sudah dingin. Ia makan dengan cepat, seolah-olah tujuannya bukan untuk mengisi perut, melainkan untuk segera menyelesaikan drama yang tak berujung ini. Setelah piringnya kosong, ia langsung berdiri dan berjalan menuju pintu.
"Aksa buruan gue udah mau pulang ini, lo lelet banget sih makanya, selain cupu lo juga lelet". ungkap Calya merasa kesal karena ia melihat Aska seolah-olah sengaja berlama-lama menyantap nasi goreng buatanya yang yang ga enak itu. "Ck ah elah ni anak minta ditimpuk lo ya". Calya berdecak
"Sabar dong aku masih makan ini, bentar cuci piring dulu". lanjut Aksa sambil berjalan kearah wastafel
"Ga usah nanti aja cupirnya lo anterin gue aja dulu." akhirnya Aksa mengalah dari pada Calya akan misuh-misuh seperti ini sampai dirinya mengiyakan.
Aksa mengikutinya, mengambil kunci, dan membukakan pintu.
Di dalam mobil, keheningan terasa begitu berat. Calya duduk di kursi penumpang, memalingkan wajahnya ke jendela, menolak untuk menatap Aksa. Aksa yang sedang menyetir juga memilih diam, fokus pada jalanan. Namun, beberapa menit kemudian, Calya memecah kesunyian.
"Batalin perjodohan ini," ucapnya dingin, tanpa menoleh.
Aksa menoleh sekilas. "Apa?"
"Gue bilang, batalin perjodohan ini," ulang Calya, kini dengan suara yang lebih tegas. "Gue enggak akan mau dijodohkan sama lo. Lo tahu kenapa?" Calya akhirnya menatap Aksa, matanya menyorot tajam. "Karena gue sudah punya seseorang yang gue suka. Dan itu bukan lo. jadi lo harus bilang ke orang tua gue kalo lo ga mau sama perjodohan ini"
Aksa merasakan sebuah tusukan di dadanya. Pria itu, yang tadi malam berani menghadapi badai, kini merasa ciut. Ia tahu, Calya mengacu pada dirinya yang "cupu," yang selalu membawa buku ke mana-mana.
Aksa menghela napas, berusaha menyembunyikan rasa sakitnya. "Aku juga tidak mau perjodohan ini. Tapi ini semua kehendak orang tua kita, kalau lo mau ya sudah bicara aja sendiri jangan ajak aku, itu tanggung jawab kamu" jawabnya, suaranya datar. Ia menggunakan logika untuk menutupi perasaannya yang kacau.
mendengar jawaban Aksa, Calya naik pitam " maksud lo apa bilang gitu, mereka ga bakal mau kalau cuma gue yang nolak, lo juga harus nolak perjodohan ini" balas Calya. "Kita bisa bicara dengan mereka."
Aksa menggeleng. "Tidak semudah itu. Mereka sudah merencanakan ini sejak lama. Dan aku ga mau nyakitin hati mereka"
"Jadi lo mau kita teruskan? Lo mau menikah dengan cewek yang benci sama lo? terus bagaimana sama hati gue hah?!! gue juga punya pilihan sendiri" Calya bertanya, suaranya naik satu oktaf.