Setelah dikhianati dan mati di tangan suaminya sendiri, Ruan Shu Yue dibangkitkan kembali sebagai putri keempat Keluarga Shu yang diasingkan di pedesaan karena dianggap pembawa sial.
Mengetahui bahwa dirinya terlahir kembali, Ruan Shu Yue bertekad menulis ulang takdir dan membalas pengkhianatan yang dia terima dari Ling Baichen. Selangkah demi selangkah, Ruan Shu Yue mengambil kembali semua miliknya yang telah dirampas menggunakan identitas barunya.
Anehnya, Pangeran Xuan - Pangeran Pemangku yang menjadi wali Kaisar justru muncul seperti variabel baru dalam hidupnya.
Dalam perjalanan itu, dia menyadari bahwa ada seseorang yang selalu merindukannya dan diam-diam membalaskan dendam untuknya.
***
"A Yue, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Kali ini, aku tidak akan mengalah dan melewatkanmu lagi."
Ruan Shu Yue menatap pemuda sehalus giok yang berdiri penuh ketulusan padanya.
"Aku bukan Shu Yue."
Pemuda itu tersenyum.
"Ya. Kau bukan Shu Yue. Kau adalah Ruan Shu Yu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6: Teman Lama
Setelah istirahat selama dua hari, tubuh Shu Yue mulai pulih. Lukanya sudah mengering dan tidak lagi sakit.
Nyonya Shu dan Tuan Shu memberinya semua perawatan terbaik, memberi obat terbaik dan tabib terbaik untuk merawatnya. Mereka juga mengatur beberapa pelayan yang kompeten untuk bekerja di Paviliun Haitang.
Hari ini Shu Yue meminta izin keluar kediaman. Ia beralasan ingin mengenal ibu kota lebih dalam agar memudahkan segala tindakannya kelak. Karena tidak tega menolak, Nyonya Shu mengizinkannya dengan syarat dia harus ditemani oleh Bibi Zhou dan beberapa penjaga kediaman.
Tidak ada yang berubah dari suasana di Jingdu meski sudah berlalu beberapa bulan. Satu-satunya hal yang berubah adalah dirinya.
Dia, Ruan Shu Yue, saat ini telah menjadi gadis keempat dari Kediaman Shu. Identitas dan statusnya berubah, namun ia hanya punya satu tujuan untuk hidup di sini: membalas dendam.
Shu Yue masuk ke Restoran Jiluo yang sedang ramai dikunjungi orang. Jam makan siang sudah tiba, ada banyak sekali siswa dari Akademi Kekaisaran yang memesan tempat dan makan di sini. Karena letaknya paling dekat dengan Akademi Kekaisaran, restoran ini jadi sangat laris dan popularitasnya kian menanjak di Jingdu.
“Bibi, bisakah kau keluar sebentar? Aku ingin membuat kantong pewangi untuk ibu. Tapi di kediaman sepertinya kehabisan benang dan jarum. Belikan beberapa untukku.”
“Baik, Nona. Budak tua ini akan segera kembali.”
Setelah Bibi Zhou keluar, Shu Yue juga ikut keluar diam-diam. Langkahnya begitu hati-hati. Dia berjalan ke bagian belakang restoran.
“Apa yang membuat dia begitu waspada?”
Pei Yuanjing yang kebetulan sedang berada di sana melihat sosoknya dari jauh. Kebetulan sekali, pikirnya. Dalam satu minggu ini, dia bertemu gadis keempat Keluarga Shu dua kali.
Kali ini, gadis itu bergerak dengan mencurigakan. Rasa penasarannya terpancing dan ia tergerak untuk mengikutinya diam-diam.
Demi menghindari hal yang tidak diinginkan, Pei Yuanjing mengenakan sebuah topeng untuk menutupi sebagian besar wajahnya.
“Tuanku, Anda sudah keluar istana sepuluh kali bulan ini. Jika ibumu mengetahuinya, dia pasti marah.”
Dugu Cheng mencoba memperingatkan majikannya agar tidak terlalu sering keluar istana. Sejak kematian Nyonya Ruan, emosi majikannya jadi tidak stabil.
Selain menegur keras Adipati Muda Ling, dia juga menegur beberapa pejabatnya. Padahal, mereka tidak melakukan kesalahan besar. Seolah-olah, tuannya ini sedang mencari kesenangan dengan melampiaskan kemarahannya kepada orang lain.
“Dia tidak akan menegurku.”
"Lalu bagaimana dengan Tuan Muda Kecil? Dalam satu bulan ini, dia sudah membuat dua guru mengundurkan diri."
"Aku yang akan mendidiknya nanti. Minggir, jangan menghalangi jalanku."
Pei Yuanjing ikut masuk ke bagian belakang restoran untuk melihat apa yang ingin dilakukan oleh Shu Yue. Ia melihat gadis itu masuk ke dalam sebuah ruangan, yang sepertinya merupakan tempat tinggal bos restoran ini. Pikiran aneh kembali muncul di dalam kepala Pei Yuanjing.
Shu Yue baru saja kembali dari pedesaan setelah belasan tahun tinggal di sana. Namun, mengapa dia bisa mengenal begitu jelas tata letak tempat ini?
Ibu kota bukan tempat yang ia tinggali dan tidak mungkin ia tahu setiap tempatnya. Tindakannya hari ini mengisyaratkan bahwa dia sebenarnya sangat mengenal tempat ini.
Pei Yuanjing mendekat ke ruangan tersebut. Ada suara laki-laki berbicara dengan seorang perempuan di dalam sana. Namun, dia tidak bisa mendengar jelas topik apa yang sedang mereka bicarakan.
“Kau siapa? Mengapa kau tahu tempat ini?”
Shu Yue hanya menatap datar seorang pemuda berpakaian eksentrik yang terkejut melihat kedatangannya. Dekorasi di tempat ini dipenuhi nuansa putih.
Ada lingkaran hitam di bawah mata pemuda itu. Ruan Shu Yue kemudian tersenyum tipis. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, orang ini masih saja norak.
“Lin Muyang, sampai kapan kau akan terus kekanak-kanakan seperti ini?”
Lin Muyang mengernyit. Gadis kurang ajar ini wajahnya sangat asing.
Dia berani menerobos halaman belakang restoran dan masuk ke kamar pribadinya. Dia juga berani memanggil namanya secara langsung, seolah-olah namanya ini sudah sangat akrab dan sudah sering diucapkan olehnya.
“Kau tahu namaku? Siapa kau sebenarnya?”
“Jika Ruan Shu Yue tahu kau masih tidak dewasa dan masih menekuni hobi anehmu, dia pasti marah sampai muntah darah.”
“Tunggu sebentar,” Lin Muyang mengernyit. “Kau mengenal Xiao Yue?”
Lin Muyang terlalu sedih karena kabar kematian Ruan Shu Yue. Dulu dia seorang pemain opera yang ditindas dan sering dihina.
Ruan Shu Yue yang kebetulan saat itu sedang melakukan perjalanan bisnis dengan ibunya menemukannya sedang dipukuli karena tidak mau melayani tamu.
Karena kasihan, Ruan Shu Yue meminta ibunya membelinya dari pemilik opera dan membebaskannya dari perbudakan, membawanya ke Jingdu dan mendidiknya menjadi seorang pebisnis.
Tapi sejak Ruan Shu Yue menikah dengan Ling Baichen, mereka jadi jarang bertemu. Bahkan pertemuan mereka bisa dihitung dengan jari dalam beberapa tahun ini. Ruan Shu Yue seakan menghilang dari dunia, terkurung di dalam kediaman Adipati Muda Ling dan tidak bisa keluar.
Lin Muyang berkali-kali ingin menyelamatkannya, namun dia hanya seorang rakyat jelata yang tidak berdaya. Kekuasaan Ling Baichen begitu besar. Kediamannya juga dijaga dengan ketat. Mau membawa lari Ruan Shu Yue rasanya sangat tidak mungkin, sehingga dia hanya bisa mengingat namanya di dalam hatinya.
“Bisa dibilang kenal. Aku pernah bertemu dengannya di Dingzhou beberapa tahun lalu.”
“Hubungan kalian dekat?”
“Ruan Shu Yue termasuk temanku. Dia banyak bercerita tentang Jingdu untuk menghiburku.”
“Jadi, kau juga temannya? Astaga, Xiao Yue, kau kejam sekali! Meninggalkanku di dunia ini sendirian, juga tidak bercerita kalau kau punya teman lain di luar daerah!”
Shu Yue agak pusing. Lin Muyang masih norak seperti biasa. Pembawaannya yang riang sering kali membuatnya bingung manakah bagian dari emosinya yang asli.
Dia terlalu pandai bersandiwara. Bakatnya sebagai pemain opera tidak pernah hilang dari dirinya, meski dia sekarang sudah meninggalkan dunia yang hingar bingar itu.
“Aku pernah mendengar tentangmu darinya. Kau adalah salah satu teman terbaiknya.”
“Jangan katakan omong kosong itu. Gadis tidak berperasaan yang tidak punya hati itu memilih hidup menderita dengan pria tidak setia dibandingkan melebarkan sayapnya dengan bebas. Aku tidak punya teman seperti dia.”
Shu Yue terkekeh. Lain di kata, lain juga di hati.
“Kalau kau tidak menganggapnya temanmu, kau tidak akan mengadakan upacara berkabung untuknya.”
Lin Muyang menundukkan kepalanya. Kain-kain putih di dalam ruangan ini sengaja ia persembahkan untuk Ruan Shu Yue.
Dia tidak bisa mengunjunginya untuk terakhir kalinya karena Adipati Muda Ling melarang siapapun mendatangi kediamannya saat berita kematiannya diumumkan. Jadi, dia hanya bisa membangun sebuah aula duka di kamarnya sendiri.
“Xiao Yue pergi tanpa memberitahuku. Dia memilih meninggalkan dunia ini dengan sunyi, seolah tidak ada siapapun di dunia ini yang mengingatnya.”
Bukan Ruan Shu Yue tidak memberi tahu siapapun. Dia hanya sudah terlalu lelah dan kehilangan suaranya, sehingga tidak bisa berteriak meminta tolong atau melantukan permohonan.
Hidupnya sudah terlalu kacau dan hatinya terlanjur hancur. Dia tidak bisa lagi melihat dunia dengan jelas dan suaranya sudah hilang.
Kesunyian itu jelas diciptakan oleh Ling Baichen dan Shen Jia. Mereka tak ingin orang lain tahu bahwa halaman belakang kediaman Adipati Muda Ling adalah sebuah penjara hidup bagi Ruan Shu Yue.
Kenyataan pahit itu ditutupi dengan mudah. Mereka bisa menipu semua orang, namun mereka tidak tahu bahwa Ruan Shu Yue masih ada di dunia ini.
“Lin Muyang, dia sudah pergi. Apakah kau tidak berencana membalaskan dendamnya?”
Lin Muyang mendongak, terkejut dengan ucapan gadis asing yang mengaku teman Xiao Yue-nya. “Maksudmu, dia pergi dengan tidak adil?”
“Tidakkah kau merasa aneh? Setelah dia menikah, dia seakan menutup dirinya dari dunia luar. Selama bertahun-tahun ini hanya muncul beberapa kali. Dia yang seharusnya menjadi Nyonya Adipati yang terhormat, justru seakan menghilang dari dunia dan meninggal begitu saja.”
“Kau benar. Sejak awal aku sudah tidak setuju dia menikah dengan Adipati Muda Ling. Walau wajahnya tidak setampan aku, tapi aku tahu pria seperti dia tidak setia. Padahal jelas-jelas baru menikah, tapi tidak sabar membawa gadis lain ke kediamannya dan menjadikannya istri yang setara dengan Xiao Yue.”
“Adipati Muda Ling menghancurkan hatinya dan mengacaukan hidupnya. Dia bahkan tidak membiarkan orang lain tahu penderitaan yang dialaminya. Pria seperti itu sungguh tidak pantas dihargai.”
“Aku setuju denganmu. Karena dia tidak bisa menghargai istri yang begitu mencintainya, maka semua hal yang pernah ia terima dari istrinya itu harus diambil kembali.”
“Lin Muyang, kau adalah tangan kanan Ruan Shu Yue. Datangilah Serikat Dagang, ambil kembali semua toko yang dijadikan maskawin ketika dia menikah dengan Adipati Muda Ling.”
“Ah? Apakah bisa?”
“Ruan Shu Yue tidak pernah mengubah nama pemilik akta toko tersebut. Hak pengelolaannya, sebaiknya diambil kembali saja.”
Lin Muyang seperti mendapatkan pencerahan. Gadis di hadapannya benar.
Dia mungkin tidak bisa menuntut Adipati Muda Ling atas kematian Ruan Shu Yue. Tapi, dia bisa mengambil kembali kekayaan yang pernah diberikan Ruan Shu Yue kepada orang itu.
Walau tidak akan berdampak besar, setidaknya barang-barang milik Ruan Shu Yue tidak akan digunakan lagi oleh orang yang membuatnya mati.
“Kau benar. Xiao Yue mungkin tidak bisa mengambilnya kembali. Kalau begitu akulah yang akan mengambilnya untuknya.”
Shu Yue tersenyum. Lin Muyang jadi lebih dewasa setelah tidak bertemu sekian lama.
Dia adalah kandidat terbaik yang bisa membantunya mengambil kembali semua toko dan bisnis miliknya yang dulu dia gunakan untuk menopang Kediaman Adipati Muda Ling dan membantu Ling Baichen.
Lin Muyang punya bukti bahwa dia adalah pengelola resmi bisnis Ruan Shu Yue. Saat mengambil alih, seharusnya tidak akan ada masalah besar.
“Nona, sedari tadi kau dan aku bicara begitu akrab tentang Xiao Yue. Tapi, kita belum berkenalan dengan resmi. Kau tahu namaku, tapi aku tidak tahu namamu.”
“Aku adalah Shu Yue, putri keempat Keluarga Shu.”
Lin Muyang tertegun. Hatinya sedih lagi. Bahkan nama gadis ini begitu mirip dengan Ruan Shu Yue. Mungkin, ini adalah takdir.
Langit mengirimkan seseorang yang begitu peduli untuk membantunya menemukan keadilan bagi Ruan Shu Yue. Dia bersyukur sekaligus agak bingung juga.
“Nona Keempat dari Kediaman Sensor Kerajaan rupanya. Namamu begitu mirip dengan Xiao Yue. Bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan yang sama? Aku merasa Xiao Yue masih ada di sini, menemuiku dan melihatku.”
“Tentu saja. Kau boleh memanggilku dengan sebutan itu,” ucap Ruan Shu Yue.
“Baiklah. Xiao Yue, mari kita balaskan dendam Xiao Yue kita!”
Catatan kecil: Lin Muyang versi Author
Emang enak di tampar kenyataan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣