"Untukmu, seluruh waktuku. Dariku untuk menantimu"
____________________________
Yumi tak pernah mengira dirinya akan menjalin kasih dengan lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Lelaki aneh, yang seakan tau segalanya tentang dia.
Berulang kali Yumi berusaha kabur, menjauh, bertindak tak semestinya agar lelaki itu merasa ilfeel dan meminta putus, tapi justru lelaki itu semakin melabelinya sebagai miliknya!
Aneh. Hampir tak masuk logika.
Apa alasan dibalik hubungan yang terbentuk dengan cara ekstrim ini?
Dan akankah Yumi berhasil membuat lelaki itu pergi?
Atau akankah dirinya terjebak selamanya dihubungan yang tak nyaman bersama lelaki asing itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harusnya vs Nyatanya
...• Bab 9 •...
...»»——⍟——««...
..."Tidak semua 'mungkin' bisa menjadi nyata"...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
"Yumi!! Ngelamun aja sih lo! Ayo pulang" ajak Lidya yang mengibaskan tanganya didepan wajahnya temanya itu.
Yumi mengedip cepat, ia memasukan semua perlatan tulis nya ke totebag, "Eh iya iya~ ayo"
Dua sejoli itu berjalan keluar beriringan. Mereka menuruni tangga dengan perlahan sembari membicarakan Pak Hartoyo yang kemarin menangis tersedu saat melihat Yumi berpakaian kebaya lengkap, beliau sempat mengira ada titisan mendiang istrinya dikelas.
Keduanya terkekeh saat mengingat kembali dosen itu ingin memfoto Yumi namun malah menekan tombol rekam video. Sungguh hiburan yang menyenangkan untuk pembuka kelas.
Triiingg~ Triiing~
Dering telpon Yumi berbunyi sewaktu mereka masih sampai di lantai satu. Gadis itu tersentak begitu melihat nama yang tertera di layar. Ia menoleh ke arah Lidya dengan tatapan bertanya, haruskah ia mengangkatnya?
"Angkat aja, siapa tau itu karena mau bilang putus"
Yumi manggut-manggut, ia mengangkat fitur hijau dilayar dan menempelkan ponselnya ke telinga. Lidya sampai ikut menempelkan telinganya juga untuk menguping.
"Ha.. lo?"
"Lo udah selesai kelas?"
"Udah"
"Sekarang dimana?"
"Dibawah, lantai satu"
"Tunggu disitu, jangan kemana-mana"
"Hah, kenapa? Gue mau pulang"
"Tunggu sebentar gak lama"
Tutt!
Telpon terputus. Yumi mendecih, ia menatap bingung ke arah Lidya. Temannya itu nampak berpikir, tanganya menyilang di dada memikirkan kemungkinan yang terjadi.
"Mungkin dia mau ngomong langsung, Mi"
"Tentang"
"Ya itu. Mungkin putusin hubungan aneh kalian, dia pasti kapok banget kemarin, jadi dia mau mutusin lo langsung"
Gadis itu nyengir hingga seluruh giginya terlihat. Ia manggut-manggut semangat.
"Oke Lid, lo duluan aja. Gue mau siapin diri buat diputusin nih"
Lidya terkekeh, ternyata ada di dunia ini orang yang semangat untuk menyambut hal itu.
"Yaudah, gue duluan" Lidya melambai ke Yumi, gadis itu membalas dengan senyuman.
Yumi melangkah ke kursi ruang tunggu mahasiswa tepat didepan ruangan dosen. Ia menyangga dagu nya dengan tangan menanti sosok yang baru ditemuinya kemarin. Matanya terus menatap ke arah tangga untuk bersiap menyambut kedatangan lelaki itu.
Tapi, ia menoleh dengan cepat begitu merasakan kursi berderet sambung yang ia duduki sedikit bergetar.
"MONYONG LU!" pekik Yumi hampir tersungkur ke lantai.
"Lu emang suka banget ya monyong-monyongin orang?"
Yumi memegang dada nya yang masih berkedut. Ia menghembuskan napas kasar. Mana ia sangka sosok yang ditunggu nya tiba-tiba muncul disamping disaat dia terus menanti dari arah berlawanan.
"Ke.. kenapa nyuruh gue nunggu? Mau bilang apa?"
"Hari ini lo pulang sendiri dulu ya"
"Hari ini? Hari ini aja?"
"Iya, gue mau ada perlu. Jadi, gue gak bisa anter"
"Loh kok... berarti besok?"
"Ya gue anter lagi"
"Lah tapi... "
Yumi mengedip tak mengerti, bukankah harusnya lelaki ini bilang sesuatu yang mengakhiri semuanya? Ini kenapa seakan hubungan aneh mereka masih akan berlanjut? Kenyataan aneh apa lagi ini.
"Lo pikir gue mau ngomong apa?"
"Bukan apa-apa... lagian kalo ngomong gitu doang kan bisa chat aja atau langsung ditelpon tadi"
Lelaki itu tak menjawab ia berdiri, menyodorkan paperbag pada Yumi tanpa ekspresi. Yumi yang masih terduduk mendongak keatas mengerutkan alis.
"Karena sama mau kasih ini"
"Apa ini?"
"Buka aja"
Yumi menerima paperbag itu dan membukanya. Ia semakin mengkerut tak mengerti. Matanya berkedip cepat meminta penjelasan.
Dermaga berjongkok untuk mempermudah gadis itu menatapnya, "Gua gak nyangka lo berusaha se-hemat itu sampe hodie aja lo pinjem temen. Pantes lu tenggelem pas pakai"
Bibir Yumi berkedut, itu kan terpaksa dia lakukan karena lelaki ini. Tapi, sepertinya Dermaga memperhatikan Pasha saat tadi mereka dikantin. Karena saat itu Pasha memang memakai hodie yang sama dengan yang Yumi pinjam.
Jadi, karena berpikir Yumi seingin itu memakai hodie hingga meminjam milik temannya. Lelaki ini membelikannya hodie sendiri? Tapi kenapa...
"Hodie nya agak... lucu ya"
Yumi mengangkat hodie merah muda cerah. Ditengah nya terdapat gambar hamster berwarna putih lucu memegang bunga matahari. Diatas tudungnya terdapat telinga bulat kecil yang menambah kesan imut.
"Kan katanya lo suka cosplay gitu, buat tambahan kan, cosplay hamster"
"Ahh~~ ya ya cosplay ya.. ha.. ha makasi banyak" Yumi meringis, ia memasukan kembali hodie itu ke paperbag.
"Gimana kabar Mika, Miko?" tanya Dermaga tanpa melepas pandangan pada Yumi.
Mika, Miko, nama dua hamster yang baru mereka beli kemarin. Saat perjalanan pulang mereka berdebat panjang untuk menentukan nama kedua hamster itu. Sampai akhirnya, Yumi mengalah dan membiarkan Dermaga yang menentukan namanya.
"Kayanya mereka gelisah"
"Hah kenapa?"
"Itu.. makanan nya disimpen mulu gak dikunyah"
Dermaga menghela napas tipis, "Itu normal nya hamster makan, Mi.."
"Terus itu si Miko kasian, Mika nya kabur mulu tiap di deketin"
Dermaga terkekeh pelan, ia menatap Mika dengan bibir yang terulas senyum tipis. Yumi hampir tak berkedip dibuatnya. Tidak. Bahkan hampir tak bernapas. Ternyata seperti itu ya wajahnya, kalau sedang bahagia? Damai sekali.
"Kenapa ketawa?"
"Gak. Cuma keinget sama seseorang aja"
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
...• TBC •...