NovelToon NovelToon
Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mafia / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:376
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Hari yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan Eireen justru berubah menjadi neraka. Dipelaminan, di depan semua mata, ia dicampakkan oleh pria yang selama ini ia dukung seorang jaksa yang dulu ia temani berjuang dari nol. Pengkhianatan itu datang bersama perempuan yang ia anggap kakak sendiri.

Eireen tidak hanya kehilangan cinta, tapi juga harga diri. Namun, dari kehancuran itu lahirlah tekad baru: ia akan membalas semua luka, dengan cara yang paling kejam dan elegan.

Takdir membawanya pada Xavion Leonard Alistair, pewaris keluarga mafia paling disegani.
Pria itu tidak percaya pada cinta, namun di balik tatapan tajamnya, ia melihat api balas dendam yang sama seperti milik Eireen.

Eireen mendekatinya dengan satu tujuan membuktikan bahwa dirinya tidak hanya bisa bangkit, tetapi juga dimahkotai lebih tinggi dari siapa pun yang pernah merendahkannya.
Namun semakin dalam ia terjerat, semakin sulit ia membedakan antara balas dendam, ambisi dan cinta.

Mampukah Eireen melewati ini semua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sorot Mata

Mobil mereka menuju ke arah mercusuar tadi. Tapi, tidak disangka, jika lewat darat, harus memutar cukup jauh mobilnya.

Eireen mengamati jalanan yang dilalui mereka lewat jendela kaca sebelahnya. "Sepi sekali. Identik dengan markas orang dunia gelap, bukan?"

"Ehm."

Xav juga curiga, ia pun mengendari mobilnya dengan hati-hati. Mengingat, jika benar ini area menuju ke sebuah markas, biasanya akan banyak jebakannya. Orang dunia gelap memang suka menggunakan cara ekstrim untuk menjaga keamaan wilayahnya.

Sementara, malam kian larut, jalanan mulai tidak beraspal, dengan kanan kiri pohon-pohon berdauan lebat, tampak sangat tua.

Eireen merasakan hawa yang berbeda sejak pohon-pohon besar itu menghiasi kanan kiri jalan yang mereka lewati.

Ia pun mengusap tengkuk kepalanya sendiri.

"Aneh. Kau tidak merasa sedang dilihati sekarang?"

"Ehm." Xav juga merasakan hal yang sama.

Mengingat, di pohon itu, memang ada kamera tersembunyi yang membuat orang bisa mengawasi mereka.

"Tapi kau tenang sekali ya? Aku justru merinding begini."

"Heh. Penakut!"

Eireen menoleh. "Tumben?"

"Apa?!" ketus Xav.

"Ya tumben kau mau menyahuti hal tidak penting yang kuucapkan? Pakai mengejek segala pula. Apa... kau sudah semakin nyaman denganku?"

Xav sendiri tidak sadar, jika ia berubah begitu. Kata-kata tadi, seolah begitu saja lolos dari mulutnya.

Tapi, karena gengsi ketahuan, ia mengelak dengan berkata ketus. "Hentikan omong kosongmu itu!"

"Biar tidak tegang tahu...!"

Xav tidak menyahut. Ia justru menghentikan mobilnya tiba-tiba. Eireen heran. "Kenapa?"

Laki-laki itu tidak menjawab, hanya kepalanya menoleh ke arah jendela, karena melihat sekelebat bayangan hitam di antara pohon tadi.

"Hei, ada apa?" tanya Eireen lagi, penasaran.

Kepalanya ikut celingukan ke arah jendela. Namun, Xav tidak menjawabnya, langsung membuat mobil mereka berjalan lagi. Bibir Eireen mengkerut, kesal juga kalau dibuat penasaran sendiri begitu. Tapi, ia tidak memaksa, justru memutuskan kembali fokus, mengamati sekitar. Satu jam perjalanan, barulah mercusuar tujuan mereka terlihat.

"Hei, tidak diparkir sini saja mobilnya?" tanya Eireen.

"Tidak perlu, mereka sudah tahu kita akan datang. Bersiaplah!" kata Xav.

Eireen menelan ludahnya sendiri. Ia gugup, karena mungkin juga akan bertemu keluarganya di sana. Atau, ia mungkin akan mengetahui apa yang tersembunyi di masa lalunya.

"Aku tidak akan banyak bicara, semua yang terlihat akan kubunuh seketika!" Tiba-tiba Xav berkata begitu.

"Kenapa bicara begitu kepadaku? Kau pikir, walau mungkin ada keluargaku di sana, aku akan mencegahmu begitu?"

Benar, tapi, Xav tidak menjawab. Kediamannya sudah cukup membuat Eireen yakin benar tebakannya.

"Tenanglah. Walau mungkin ada hubungan darah, tapi, aku tidak merasa mereka keluarga. Mana ada keluarga yang membuangku dan baru mencariku saat butuh saja? Ya, kan?"

Xav tidak menanggapi. Ia bisa merasakan sendu dalam setiap kata yang diucapkan gadis di sebelahnya itu.

"Aku tidak akan menghalangimu. Kau bisa lakukan sesukamu, jika memang mereka orang-orang yang telah membuat masalah untukmu. Termasuk, jika aku juga ternyata menjadi bagian dari mereka."

Xav melirik sekilas. Eireen memaksakan diri tersenyum tipis. "Sesuai janji kita tadi, kan? Hentikan aku, walau harus dengan membunuhku."

Laki-laki itu tidak memberikan respon, mengalihkan pandangannya lagi.

Eireen menghela napas, berusaha menenangkan diri, dan fokus menghadapi apapun yang terjadi nanti.

Diam-diam, Xav mengamati setiap pergerakannya sejak tadi, karena sebenarnya cemas juga. Ia tidak sadar, jika dirinya juga sudah terlanjur sepeduli itu. Tapi, ada satu rasa yang mencegahnya menunjukkan secara nyata kepeduliannya. Sebuah pertanyaan di kepala. Bagaimana jika Eireen sama saja dengan Aleysha, yang pada akhirnya mengkhianatinya?

Semakin banyak hal yang menghubungkan antara Aleysha dan Eireen, membuat Xav semakin curiga hingga membangun tembok besar dinding pertahanan, agar tidak sampai terbawa rasa, seperti dulu, ia pernah begitu mencinta. Mobil akhirnya melewati pagar pembatas, area mercusuar. Tidak ada tanda kehidupan sama sekali di sana.

Xav menghentikan mobil tepat di pelataran bangunan mercusuar itu. Ia menatap Eireen sekilas, hingga gadis itu menganggukkan kepalanya, seolah berkata sudah siap. Mereka berdua bersamaan turun dari mobil, melihat sekitar. Sepi, hanya ada suara hewan malam saja.

Xav yang membawa senjata laras pendek pun mulai berjalan, menuju ke pintu bangunan mercusuar.

Eireen mengikutinya. Bahkan, gadis itu yang menawarkan diri, untuk membuka pintu, biar Xav tidak curiga, kalau dia di belakangnya. Sayang, pintunya tidak terbuka dan harus menggunakan sistem keamanan khusus.

"Cobalah!" kata Xav.

Eireen pun meletakkan sidik jarinya ke alat keamanan pintu, dan benar saja. Satu kode terverifikasi.

Ia tentu saja terkejut, menatap Xav penuh tanya. Laki-laki itu tidak mengatakan apapun, karena memang ia sudah curiga dari awal. Mata Xav hanya mengkodenya, agar mencoba satu kode keamanan lagi, yang menggunakan sensor iris mata.

TIT...!

Sekali lagi kodenya cocok, terverifikasi dengan benar. Eireen semakin merinding. Ia bahkan tidak tahu tempat ini, baru ini merasa datang ke sini. Tapi bagaimana bisa, sidik jari dan iris matanya ada pada sistem keamanan pintunya? Kini, Eireen tidak banyak bicara, fokus membuka pintu, mau segera menemukan jawab atas pertanyaan di kepalanya.

CEKLEK!

Pintu terbuka, kosong, ruangannya gelap, tidak ada barang apapun yang terlihat. Tanpa ragu gadis itu melangkah. Xav yang heran, karena gadis itu tidak membawa senjata sama sekali.

Eireen masuk ke dalam ruangan, berjalan perlahan, hingga menemukan skalar lampunya. Lampurnya masih menyala, bahkan di dalam ruangan itu bersih, terawat, tidak seperti pagar di depan, yang seolah tidak terawat sama sekali. Terlihat tangga menuju atas, Eireen tanpa kata, tanpa mengkode Xav langsung menaikinya.

TEK!

Satu langkah menaiki anak tangga itu, ia berhenti, karena itu bukan tangga biasa, melainkan, ketika dipijak, terdengar bunyi.

Xav yang di belakangnya melihat sekitar, mencari sumber suaranya. Tapi tidak ada speaker yang terlihat.

Melihat Eireen diam saja, Xav berbisik, "Hei, kau tidak apa-apa?"

Eireen tidak menjawab. Kepalanya tampak tertunduk. Xav jadi khawatir.

Ia mau memegang lengan Eireen, tapi gadis itu justru melanjutkan langkah, tanpa kata. Seperti halnya tadi, ketika menjejak anak tangga selanjutnya, selalu terdengar bunyi yang berbeda-beda. Selagi Eireen masih menaiki tiap anak tangganya, Xav memperhatikan sekitar. Ia ingin tahu itu melodi apa dan kenapa harus ada di mercusuar tua ini? Tidak menemukan jawaban, ia pun memutuskan naik, menyusul Eireen yang sudah beberapa langkah di depannya. Ia bersiaga, melihat atas bawah, memback-up Eireen yang tidak biasanya hanya diam, bahkan tidak menoleh ke arahnya sama sekali sejak menjejak tangga itu.

'Ada apa dengannya?' batin Xav mulai merasa janggal dengan sikap gadis itu.

Ia pun hanya bisa mengikuti, sambil melindungi Eireen dari belakang, menaiki satu per satu anak tangga yang memutar ke atas itu. Saat ia mau melangkah, Xav sadar, jika tangga yang ia injak tidak menghasilkan bunyi. 'Apa... efek musiknya hanya untuk penginjak pertama saja?' gumamnya menebak-nebak.

Bisa jadi, ini hanya dekorasi unik dari bangunan mercusuar itu, pikirnya.

Mengingat, tangga itu cukup tinggi. Bisa jadi, untuk hiburan, biar orang yang mau naik ke atas tidak bosan, dan nada suaranya tidak terganggu dengan penginjak selanjutnya.

'Ya, hanya suara begini, apa bahayanya? Ok, rileks, Xav!' batinnya menenangkan diri.

Saat mereka sudah sampai di pertengahan tangga, tiba-tiba suara pintu di bawah tertutup terdengar.

KRET...! BRAK!

Xav yang agak terkejut menoleh ke bawah, mengintip ke arah pintu, sambil mengarahkan senjata apinya.

Tidak ada tanda-tanda orang. 'Mungkin pintu tertutup otomatis?'

Tidak mau tertinggal jauh, ia segera menyusul Eireen lagi. Gadis yang tadinya hanya diam saja, fokus menaiki anak tangga itu justru tiba-tiba saja memegangi kepalanya.

Xav mengamati dari belakangnya. "Hei..."

Xav mau menanyakan kondisinya, tapi Eireen sudah melanjutkan langkah lagi. Sambil masih memegangi kepalanya sendiri, Eireen terus menapaki anak tangga, dengan Xav mengikuti di belakangnya. Jujur saja, semakin ke atas, Xav yang semakin khawatir pun menghentikannya. Tapi, saat berdiri di tangga yang sama, Xav baru melihat sorot mata Eireen berubah, membuatnya terhenyak.

"Jangan ikuti aku!" kata Eireen setelah menampik tangannya, melanjutkan langkah dengan cepat.

Xav sempat tertegun sekilas. Ia berpikir akan menghentikan Eireen, karena perasaannya tidak enak sekali setelah melihat sorot matanya tadi.

"Hei!"

Nahas, saat tangga yang ditapaki kaki Eireen sudah tidak menghasilkan suara, langkah Xav terhenti. Ia melihat sosok perempuan di ujung tangga, menatap ke arahnya. Gigi Xav seketika menggertak, amarah membuncah dalam dirinya.

Tapi, tiba-tiba saja, suara Eireen terdengar berteriak kesakitan. "Argh....!"

Saat Xav menoleh, Eireen sudah terduduk memegangi kepala dengan kedua tangannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!