 
                            ''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHASIA DI BALIK RAK TUA
"Guru itu kembali ke dalam kelas—sendiri.
Langkah kakinya terdengar pelan, seirama dengan suara kapur yang dijatuhkannya ke atas meja. Tidak ada bayangan Haeun di belakangnya, hanya udara kosong yang seolah menyisakan tanya.
Jae-hyun mendongak perlahan.
Tatapan matanya menelusuri pintu kelas yang kini kembali tertutup, berharap sosok itu akan muncul, tapi yang datang hanya sunyi.
“Seonsaengnim,” suaranya nyaris setenang bisikan, namun penuh cemas yang disembunyikan.
Guru itu menoleh. “Ada apa, Jae-hyun?”
Jae-hyun menelan ludah, lalu bertanya pelan, “Apakah Ibu menemukan Haeun? Tadi… bukankah Ibu mencarinya?”
" eumm... seperti nya gadis itu butuh waktu untuk sendiri, jangan khawatir kan dia, buk gayoung ada bersama nya. " Jawab guru itu singkat.
" sekarang kalian semua fokus ke papan tulis.... arasso??... " tanya guru killer itu terdengar menakutkan.
" Ne seonsaengnim.... " jawab murid serentak kecuali jae-hyun yang sibuk dengan pikiran nya sendiri.
" Di sisi lain
Langkah kaki seorang gadis terdengar sayup di lorong sekolah yang mulai berdebu oleh diam. Suara sepatu bersentuhan dengan lantai seperti detak waktu yang berjalan enggan. Seragamnya sedikit kusut, pita kecil di lehernya hampir terlepas, namun sorot matanya tetap dingin, menyimpan sesuatu yang bahkan dirinya tak sanggup pahami.
Rael berjalan menuju perpustakaan.
Tempat itu berdiri sunyi di ujung koridor, seperti ruang yang terlupa dari dunia yang terus berputar. Semua murid telah masuk ke kelas masing-masing; hanya ada dirinya dan aroma buku-buku tua yang menua bersama waktu.
Pintu kayu tua itu berderit pelan saat ia dorong.
Udara di dalamnya dingin dan berat, bercampur aroma kertas yang nyaris lapuk. Di balik meja kayu besar, duduk seorang wanita tua pengawas perpustakaan dengan rambut putih terikat longgar dan pandangan yang sulit dijelaskan.
Matanya menatap Rael lama, dalam, seolah sedang membaca sesuatu di balik wajah gadis itu, bukan sekadar menatap, tapi menelusuri.
Tak ada sapaan, tak ada teguran karena datang di luar jam istirahat. Hanya keheningan yang terasa terlalu penuh, seakan kata-kata pun tak diizinkan lahir di ruangan itu.
Rael membalas tatapan itu.
Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang membuat dadanya bergetar tanpa alasan.
Wajah wanita itu terasa familiar.
Entah dari mana, entah kapan, tapi tatapan itu, tatapan seolah mengenalnya, membuat waktu berhenti sesaat.
Gadis itu menarik napas pelan, menatap sekeliling, lalu berjalan di antara rak buku yang menjulang. Jemarinya menyusuri punggung buku-buku yang berdebu, namun pikirannya tetap tertahan di wajah pengawas tua itu.
Sampai akhirnya, samar terdengar suara lembut dari arah meja, suara yang seharusnya tak mungkin terdengar dalam keheningan seperti ini.
"Kau kembali juga… akhirnya."
Rael membeku di tempatnya.
Matanya membulat, napasnya tersangkut di tenggorokan. Ia menoleh perlahan, namun kursi di meja pengawas itu kosong.
"Tak ada siapa pun di sana.
" Apa aku cuma salah dengar ya, " gumamnya tidak terlalu peduli.
"Rael melangkah perlahan di antara rak-rak tua perpustakaan. Jemarinya menyapu punggung buku yang berjajar rapi, debu halus menari-nari di udara saat setiap buku disentuh. Aroma kertas kuno dan lem yang menua menyelimuti ruangan, membangkitkan rasa penasaran yang aneh di dadanya.
Langkahnya terhenti di ujung paling belakang, di rak yang tampak seperti sudah lama terlupakan,tempat di mana kemarin dia di culik oleh hyeri dan teman-temannya,mengingat kejadian itu membuat rael sedikit marah.
"Terlihat buku- buku di rak tersebut berbeda dari yang lain,lapisan debu menutupi hampir seluruh permukaannya, kertasnya menguning dan kaku, seakan tak tersentuh tangan manusia berabad-abad lamanya. Namun di antara tumpukan itu, matanya tertarik pada satu buku yang lain daripada yang lain.
Buku itu tidak memiliki judul, tidak ada tulisan di sampulnya. Kulitnya polos, tua, tapi mengeluarkan aura yang begitu berbeda, seolah menyimpan rahasia yang menunggu untuk dibuka. Debu di sekitarnya tampak menolak jatuh ke permukaannya, seakan melindungi isi yang tersembunyi di dalam.
Rael mendekat, langkahnya hening tapi napasnya mulai memburu. Ada dorongan tak bisa dijelaskan yang menariknya, seakan buku itu memanggilnya dengan bisikan lembut yang hanya bisa dirasakan hati. Tangan Rael terulur, jemarinya menyentuh kulit buku itu, dan seketika, udara di sekitar seakan menegang.
Suara detak jantungnya begitu keras di telinga, namun di luar, perpustakaan tetap sunyi.
" Ada apa dengan buku ini, kenapa aku merasakan energi yang sangat kuat dari buku ini... " gumamnya penasaran dengan apa yang ada di dalam buku tersebut.
"Rael menatap buku itu lebih lama. Tidak ada kata-kata yang bisa ia baca, tidak ada petunjuk tentang isi buku itu, Tapi rasa penasaran yang tak tertahankan membuatnya yakin,buku ini berbeda. Ia bukan sekadar buku tua biasa.
"Dengan napas tertahan, Rael hendak membuka buku itu. Jarinya hampir menyentuh halaman kosong yang tampak begitu memanggil, saat tiba-tiba suara lembut namun menakutkan terdengar di belakangnya.
"… kau tidak seharusnya menyentuh ini," ucap seseorang, pelan tapi menembus kesunyian perpustakaan.
Rael menoleh perlahan, dadanya berdegup cepat. Di sana berdiri pengawas tua itu, tubuhnya membungkuk sedikit, matanya tajam menatap Rael, namun entah mengapa tatapan itu seakan menembus jiwa Rael sendiri. Aura di sekitarnya dingin dan berat, membuat seluruh tubuh Rael kaku.
Sebelum Rael sempat merespons, tangan pengawas itu meraih buku dari tangannya dengan gerakan lembut namun tegas, dan meletakkannya kembali di rak. Buku itu seolah kembali menempel pada tempatnya, menunggu siapa pun yang layak.
Rael menatap wajah tua itu, mencoba menahan amarah, tapi kata-kata tak mampu keluar dari mulutnya. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang menahan dirinya dari kemarahan. Wajah pengawas itu tak menua seperti seharusnya,setiap kerut dan garis tampak hidup, penuh rahasia yang tidak bisa dipahami.
"Apa maksudmu…" Rael akhirnya berhasil bersuara, suaranya bergetar sedikit, tapi sebelum ia sempat melanjutkan, pengawas itu mengangkat satu jari, mengisyaratkan hening.
"Tidak semua hal ditujukan untuk disentuh,lebih baik kau tidak usah tahu,karena banyak tahu akan mempercepat kematian seseorang," kata pengawas itu, suaranya serupa angin lembut yang menusuk tulang, membuat Rael menelan ludah dan menunduk sedikit.
Rael tetap diam, hatinya campur aduk antara penasaran, takut, dan rasa ingin menentang. Tapi entah kenapa, saat menatap mata pengawas tua itu, seluruh keberaniannya menguap. Ia merasa kecil, seolah setiap kekuatan yang dimilikinya dipatahkan hanya dengan tatapan itu.
Pengawas itu mencondongkan tubuh, hampir mendekat, namun tidak menyentuh. "Buku itu bukan untukmu sekarang. Ingatlah itu, dan jangan biarkan keserakahanmu membawa kehancuran."
" kata-kata pengawas itu membuat rael terdiam beberapa detik, namun saat ia ingin bertanya apa maksud pengawas tersebut, buk gayoung malah datang dan mengajak rael kembali ke dalam kelas.
" aishhh.... shiball.... ".... umpat rael membuat pengawas tua itu tersenyum dengan penuh arti.
"Kadang, keberanian hanyalah bayangan dari rasa takut yang tak ingin kau akui. Dan kadang, rasa penasaran membakar jiwa lebih kuat daripada takut itu sendiri."
 
                     
                    