follow IG Othor @ersa_eysresa
Di usia 30, Aruni dicap "perawan tua" di desanya, karena belum menemukan tambatan hati yang tepat. Terjebak dalam tekanan keluarga, ia akhirnya menerima perjodohan dengan Ahmad, seorang petani berusia 35 tahun.
Namun, harapan pernikahan itu kandas di tengah jalan karena penolakan calon ibu mertua Aruni setelah mengetahui usia Aruni. Dia khawatir akan momongan.
Patah hati, Aruni membuatnya menenangkan diri ke rumah tantenya di Jakarta. Di kereta, takdir mempertemukannya dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak dia kenal.
Apakah yang terjadi selanjunya?
Baca kisah ini sampai selesai ya untuk tau perjalanan kisah Aruni menemukan jodohnya.
Checkidot.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Setelah pelayan keluar dari kamar, Rico kembali mendekati Aruni, senyumnya tak henti mengembang melihat Aruni yang sudah sedikit pulih, meskipun masih terlihat enggan bergerak. Aruni, yang sudah berganti pakaian dengan piyama sutra yang diberikan mama Amanda, merasa sedikit lebih nyaman, namun tetap saja malu dengan kondisi tubuhnya saat ini.
"Sudah enakan, Sayang?" tanya Rico lembut, meletakkan tangannya di bahu sang istri. Dan mencium aroma tubuh Aruni yang sangat harum
Aruni mengangguk pelan. "Lumayan. ayo kita sarapan?"
"Ayo." jawab Rico membantu Aruni berjalan perlahan menuju sofa yang terletak di sudut ruangan dekat dengan balkon.
Mereka sarapan dalam diam, sesekali bertukar pandang dan senyum. Rico sesekali menyuapi Aruni, menunjukkan perhatiannya yang tulus. membuat Aruni merasa begitu dicintai dan dilindungi. Rasa sakit fisik yang ia rasakan terasa sebanding dengan kebahagiaan hati yang meluap-luap.
"Makasih, ya, Mas Rico," bisik Aruni setelah menghabiskan sarapannya. "Kamu… kamu sangat baik sekali”
Rico tersenyum, mengusap lembut rambut Aruni. "Tidak kepada semua orang aku baik. Dan tentu saja alu harus bersikap baik padamu, agar suasa hatimu baik-baik saja. Kamu istriku sekarang. Aku akan selalu bersabar dan menjagamu."
Setelah sarapan, Rico membantu Aruni bangun dan memapahnya ke kamar mandi lagi karena Aruni ingin buang air kecil. Meskipun Aruni merasa malu, ia pasrah. Sentuhan Rico yang lembut dan penuh pengertian membuat hatinya menghangat. Ia menyadari, ini adalah bagian dari perjalanan baru mereka.
Sisa hari itu, Aruni habiskan dengan lebih banyak beristirahat di kamar. Rico tidak keberatan sama sekali. Ia menemani Aruni, membaca buku, atau sekadar mengobrol ringan. Amanda sesekali datang menjenguk, membawa buah-buahan atau camilan. Ia tidak menanyakan apa-apa, hanya tersenyum maklum dan penuh arti pada Aruni, membuat Aruni semakin malu namun juga merasa diterima dengan baik oleh mama mertuanya itu. .
"Kamu istirahat saja dulu, Nak," kata Amanda pada Aruni. "Tidak perlu terburu-buru. Rico akan menjagamu dengan baik."
Aruni tersenyum tipis. "Terima kasih, Mama."
Malam harinya, Aruni merasa jauh lebih baik. Ia bisa berjalan dengan normal, meskipun masih sedikit canggung. Dan bisa makan malam bersama keluarga Rico di ruang makan. Suasana kembali hangat dan penuh canda tawa. Aruni mulai beradaptasi dengan kehidupan di rumah ini. Ia mengamati interaksi antara Rico, orang tuanya, dan juga bagaimana bersikap kepada paran pelayan di rumah ini. Mereka adalah keluarga yang modern, terbuka, dan sangat harmonis.
"Aruni, besok Mama akan ajak kamu jalan-jalan, ya?" ajak Amanda saat mereka sedang minum teh di ruang keluarga. "Kita bisa belanja kebutuhan kamu atau sekadar keliling mal."
Aruni menoleh kearah suaminya dan dilihatnya Rico mengangguk memberikan isin kepada Aruni. "Boleh, Mama. Terima kasih banyak."
Rico menoleh kearah mamanya. "Pastikan Aruni tidak terlalu lelah, Ma."
Amanda terkekeh. "Tentu saja Harusnya mama yang yang bilang seperti itu kepadamu. Mama akan jaga menantu Mama ini baik-baik, asalkan kamu tidak membuatnya kelelahan dan bisa berjalan besok. "
Skak, ucapan Mama Amanda membuat Rico tidak bisa berkata apapun lagi. Dan tentu saja membuat Aruni malu. Ternyta mama mertuanya sangat memahami kelakuan anaknya yang sudah membuatnya tidak bisa berjalan.
Keesokan harinya, Aruni merasakan energi yang berbeda. Setelah melewati malam yang 'menyakitkan', ia merasa lebih baik sekarang dan siap menghadapi kehidupan barunya.
"Oh, iya, ini uang nafkah dari aku untukmu. Untuk membeli semua keperluanmu dan untuk bersenang-senang. Sedangkan untuk belanja dapur, sudah aku berikan kepada mama. Karena mama yang akan mengurus pengeluaran di dapur selama kita berada di rumah ini. Tapi nanti saat kita kembali ke apartemen, semua kebutuhan apartemen akan aku transfer padamu. " Rico menjelaskan semua tentang kebutuhan mereka kepada Aruni agar istrinya tidak salah pahan.
"Iya, aku mengerti. " jawab Aruni singkat.
"Nomor pinnya adalah hari ulang tahunmu. " kata Rico, "Dan nanti saat kamu kembali dan aku tidak sda di rumah, itu artinya aku masih bekerja. Aku mulai bekerja hari ini. "
Aruni kembali menganggukkan kepalanya tanda kalau dia mengerti semuanya.
Hari itu Amanda benar-benar menepati janjinya. Setelah sarapan, mereka berdua pergi berbelanja. Amanda membawa Aruni ke butik-butik mewah, membelikannya pakaian-pakaian baru yang modern dan elegan, serta kebutuhan pribadi lainnya. Aruni merasa sedikit tidak nyaman dengan kemewahan ini, namun Amanda meyakinkannya bahwa ini adalah bagian dari penyesuaian diri.
"Kamu sekarang adalah istri Rico, sayang," kata Amanda lembut saat Aruni tampak ragu memilih gaun. " Mama ingin kamu tampil percaya diri dan menawan. saat nanti Rico mengajakmu bertemu rekan bisnis atau kliennya. "
"Tapi ini terlalu mahal, Mama," bisik Aruni.
Amanda tersenyum. "Tidak apa-apa. Ini hadiah dari Mama untuk menantu kesayangan Mama. Kamu harus terbiasa dengan ini. Nanti kalau ada acara, kamu tidak perlu pusing lagi memilih baju."
Selain berbelanja, Amanda juga memperkenalkan Aruni pada beberapa relasi dan teman-teman sosialitanya. Aruni berusaha bersikap ramah dan sopan, meskipun ia merasa sedikit kikuk berada di tengah lingkungan yang baru dan jauh berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Ia menyadari bahwa perannya sebagai istri Rico akan membawa ia ke dalam lingkaran sosial yang lebih luas. Karena Rico sudah mengatakan padanya tentang siapa dirinya oada Aruni semalam.
Saat malam tiba, Aruni dan Rico menghabiskan waktu berdua di kamar mereka. Aruni menceritakan pengalamannya seharian bersama Amanda.
"Mama sangat baik ya, Mas, " kata Aruni, bersandar di bahu Rico. "Mama membelikanku banyak barang."
Rico mencium rambut Aruni. "Tentu saja. Mama memang seperti itu. Dia senang melihatmu bahagia. Kamu sudah nyaman di sini? Dan sebagian karena aku yang meminta mama."
“Ya ampun mas. Pantas saja, hari ini mama tidak mau di tolak dan memasukkan semua pakaian yang dia anggap pantas untukku. " kata Aruni sambil menggelengkan kepalanya.
Rico terkekeh dan mengusap punggung tangan Aruni. "Semua itu hadiah kecil dariku untukmu. aqku dan kedua orang tuaku akan membantumu beradaptasi dengan keluarga ini dan dengan semua kesibukanku. Jangan sungkan untuk bilang kalau ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman, ya.”
Aruni mendongak, menatap Rico. “Terima kasih, Mas. Aku akan berusaha menjadi istri dan menantu yang baik untuk keluargan ini aku beruntung punya kamu."
Rico tersenyum. "Aku juga beruntung punya kamu, Sayang."
Mereka saling berpelukan untuk melepaskan rasa sayang dihati masing-masing. Namun ada sesuatu yang mengganggu hati Aruni, dan dia ingin mengatakannya kepada Rico.
"Mas, bagaimana dengan pekerjaan ku? " tanya Aruni hati-hati.
Rico tersenyum tenang dan menatap kearah Aruni dengan lembut, " kamu boleh bekerja untuk saat ini, aku tidak melarang. Tapi nanti, saat kamu hamil aku harap kamu berhenti bekerja dan lebih fokus pada kehamilan dan anak-anak kita. Simpan ilmu yang kamu miliki untuk mengajari kita nanti. Okay. "