Princess Inka Dan Inha

"Apa kau sudah gila?! " Fafa terlihat tidak suka saat tahu adik nya akan menikah dengan duda itu.

"Sudah aku pikirkan dan ini yang terbaik." Inha tak berani melihat mata kakaknya yang begitu menakutkan saat marah.

"Aku tidak suka dengan duda itu, kau harus dapat yang lebih baik darinya. "

"Dia baik dan bertanggung jawab. "

"Tapi dia punya anak perempuan umurnya 9 tahun. Apa kau yakin bisa berdampingan dengan anak kecil. "

" Apa kau bisa menjadi ibu sambungnya." Fafa berkata demikian karena tahu betul sifat adiknya yang tidak mau ribet dengan anak kecil. Inha bukan wanita yang sabar menghadapi anak-anak. Berbeda dengan Inka yang menyukai dunia anak-anak, ia lebih telaten dan sabar.

" Aku yakin bisa mengurusnya. "

" Duda itu punya mantan istri, mereka cerai karena istrinya selingkuh dan kurang perhatian. Dan kau tahu apa artinya itu, jika kau menikah dengan duda itu. Bisa jadi nantinya kau akan kurang perhatian atau bisa jadi si duda itu lebih over protektif padamu karena dulu pernah dikhianati. "

Inha merenung sejenak, ia tidak berfikir kearah situ. Bahkan ia tidak tahu duda itu bercerai karena apa. Inha tak ingin tahu apapun tentang nya.

"Baguslah jika dia sibuk dengan dunia nya jadi aku tidak perlu repot-repot mengurusnya. Aku sudah siap dengan segala resikonya. " Ucapnya dengan mantap

"Kau itu aneh, ingin menikah dengan nya tapi tak ingin mengurus nya. "

"Pernikahan macam apa yang akan kau jalani. "

"Terserahlah, jika kau yakin menikah dengan duda itu. " Lagi-lagi Fafa menghela nafas panjangnya,ada rasa sedih dan kesal karena adiknya tak mau diberi nasehat.

Inha mulai ragu dan khawatir dengan pilihan nya setelah tahu alasan duda itu bercerai. Ia mulai berfikir apakah keputusan nya tepat atau tidak.

###

Richi tersenyum lebar saat tahu Inha bersedia menikah dengan nya. Tidak sia-sia usaha nya kali ini. Merekomendasikan dokter psikiater kenalan nya pada calon mertua, mengantar jemput keluarga Davian ke rumah sakit serta sedikit meneror si gadis pujaan hati. Dengan bujuk rayu akhirnya gadis itu mengiyakan untuk menikah dengan nya.

" Akhirnya hari itu akan tiba juga. "Richi begitu bahagia bisa mendapatkan gadis kecil yang ia sukai sejak dulu. Gadis yang selalu membuat dirinya tersenyum tanpa sadar.

###

Hari terus berganti dan Inka mulai membaik, ia mulai tersenyum lagi walaupun masih sesekali diam dan hanya menjawab beberapa pertanyaan saja. Suasana keluarga mulai hangat, beberapa persiapan pernikahan mulai dibeli. Navysah dan Davian lebih sering tertawa karena beberapa kali calon besan mengunjunginya. Tidak ada acara lamaran, mereka ingin segera menikahkan seperti keinginan si calon pengantin pria. Lusa, hari pernikahan namun si calon pengantin perempuan seolah enggan untuk berdiam diri di rumah. Ia lebih senang berada di restoran.

"Mana Inha? Ini ada beberapa barang dari mami Imel untuk nya. " Khaffi membawa beberapa totebag yang di khususkan untuk Inha. Entah mengapa beberapa hari ini ia merangkap sebagai sopir, terkadang mau saja diperintah mami Imel untuk mengantarkan barang ke rumah Navysah.

"Dia lagi di restoran. " Jawab Fafa yang sedang disuapi Hanin, layaknya anak kecil.

"Dih! Udah gede minta disuapin. Malu sama bocah! " Kelakuan sepasang suami istri itu membuat ia geli hingga menonyor kepalanya.

"Ini namanya romantis, istri sayang suami. " Ujar Fafa

"Ets, jangan toyor toyor kepala suamiku. Sini aku toyor balik! " Hanin tidak terima ,dengan cepat membalas dengan menoyor kepala khaffi.

"Mak lemper marah, ih takut. " Khaffi pura-pura bergidik ngeri.

"Bujang tua , belum nikah. Cepetan nikahin tuh dokter gigi keburu lu karatan! "

"Berisik lu Nin! "

"Dikasih wanita karir yg jelas masa depan nya malah tidak mau, kurang apa coba tuh dokter. Sudah cantik, baik, pintar eh masih juga dianggurin. " Hanin masih ingat perjodohan yang dilakukan ibunya Khaffi dengan sahabatnya. Mereka berdua menjodohkan anak-anaknya namun si Khaffi belum juga tergerak hatinya. Entah pria ini menunggu gadis yang mana padahal banyak wanita yang ingin berjodoh dengan nya.

"Sayang, Khaffi itu sedang dekat dengan Mira. Penyanyi ajang pencarian bakat itu lho yang sexy. " Fafa tergelak tawa saat mengatakan nya.

" Dia tidak sexy malah seperti gentong air. "Kelakar Khaffi. Bisa -bisanya Fafa memuji fisik wanita itu padahal asli nya tidak demikian.

" Biarpun dia gentong air tapi lu demen kan? Gue lihat lu pergi kencan dengan nya."

"Sok tau! Gue pergi sama dia cuma anterin dia ke rumah sakit. Dia sakit gula dan hipertensi. "

" Seriusan?! "

" Iyalah serius masa koloran eh bohongan. "Kelakarnya

" Apa jangan-jangan lu ada maksud lain, nganterin Mira biar deket sama adiknya, si Bunga. " Fafa tidak bisa percaya begitu saja dengan Khaffi. Ia yakin pasti Khaffi menyembunyikan niat terselubung.

Dan benar saja Khaffi tergelak tawa, seolah rahasia nya terungkap. "Gue deketin kakaknya biar bisa pacaran sama adiknya. "

"Si Bunga sexy banget bro, gue suka dia.Apalagi saat ciuman, pemain ulung dia. " Khaffi masih saja mengulas senyum saat mengatakan nya. Mengingat saat kejadian itu.

"Dasar sinting! Sudah tua gak insyaf -insyaf. " Hanin menjambak rambut khaffi saking gemasnya. Pria itu tak pernah berubah, masih saja berpetualang dengan bnyk wanita.

"Gue masih muda Nin, belum tua. Berpetualang adalah hobiku, hanya berani area dada tidak lebih hehehe. " Tanpa merasa berdosa ia menceritakan aibnya sendiri.

"Halah, dusta! Tidak mungkin kau masih perjaka. Gue kagak percaya! " Hanin

"Lu mau nyoba?! " Tantang Khaffi

"Dia bini gue, anjir! " Umpat Fafa sembari menjambak rambut khaffi

" Manatahu Hanin khilaf pengen rasa yang lain. "Khaffi tergelak tawa

" Najis! "Umpat Hanin

" Jadi lu masih takut kalau ditendang ibumu dari kartu keluarga? " Fafa masih teringat jelas perjanjian antara Khaffi dan ibunya. Jika Khaffi macam-macam dan sampai menghamili seorang gadis maka dia akan dicoret dari keluarga dan siap hidup miskin selamanya.

" Bukan masalah takut hidup sengsara, gue hanya ingin jaga kepercayaan orangtuaku saja. Hanya aku anak lelaki nya. "

"Jadi lu niat nikahin si bunga? " Tanya Hanin dengan serius

"Kagak! "

"Mau nikahin dokter gigi itu yang dijodohin tante Ifa? "

"Kagak juga! " Jawabnya dengan enteng

"Terus lu mau nikah sama siapa, anjir?! " Hanin begitu kesal karena lagi- lagi pria itu mempermainkan wanita, hanya bersenang-senang saja.

" Entahlah..., gue hanya ingin bebas untuk saat ini. "

" Bunga sexy, cantik, manja ,tapi ada satu kekurangan nya. " Ucap Khaffi

"Apa? "

"Suara nya kayak tokek bikin sakit telinga. " Seloroh nya. "Kalo ada yang jual pita suara di toko pasti gue bakal beliin buat dia ganti sama suara lonceng penjual es krim. " Khaffi terkekeh geli

"Sekalian saja ganti pita suara nya dengan kentongan pos ronda. " Ujar Hanin.

"Tidak perlu ganti pita suara, mungkin bunga hanya butuh pelumas oli di tenggorokan nya agar suara dia kembali normal. " Fafa mulai berimajinasi dan memberi saran yang tidak masuk akal.

"Ganti saja dengan knalpot brong. " Timpal Hanin sembari terkekeh

"Yang ada tuh tenggorokan ditilang polisi, Nin. " Khaffi terkekeh kembali.

 " Kalau bercanda gini gue jadi inget si Keken. Kapan ya dia pulang dari Singapura. " Semenjak Keken tinggal disana komunikasi mereka mulai renggang.

"Iya, si Keken PE'A banget anak masih kecil-kecil udah gaspol aja. " Fafa tidak menyangka Keken akan memiliki anak keempat karena istrinya hamil kembali.

" Farah juga mau saja dibodohi pria itu, hampir tiap tahun hamil anak si Keken. "

"Oiya gue baru ingat, jangan-jangan lu masih nungguin temen si Farah itu ya , siapa namanya. " Fafa ingat dulu Keken pernah cerita kalau Khaffi pernah ada rasa dengan teman Farah, namun pria itu selalu menepis nya.

" Siapa? Gue kagak kenal gadis itu" Wajah khaffi mulai berubah kesal. Ia bangkit dan pergi menghindari pertanyaan yang pasti akan diajukan Fafa lagi.

"Ah, kok pergi gitu aja sih bro! Lu marah? " Teriak Fafa

Khaffi hanya melambaikan tangan nya tanpa menoleh kebelakang.