Novel ini udah revisinya kalau masih ada kesalahan kata harap maklum🤗
Bismillahirohmanirohim.
Jihan gadis yang sudah dikhianati oleh sahabat sekaligus orang yang sangat dia cintai di hari-hari yang masih berduka di keluarganya.
Bahkan setelah pernikahan sahabat dan mantanya, Jihan sering mendapatkan sindiran dari orang-orang sekitar.
Sampai dia memutuskan pergi dari kampungnya untuk mecari kerja di kota.
Siapa sangka dia akan bertemu dengan seorang anak perempuan jenius yang akan dia asuh.
penasaran sama ceritanya yuk kepoin kisah Jihan, hanya di Noveltoon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Bekerja
Bismillahirohmanirohim.
Jihan tengah duduk di ruang tunggu sekolah Nafisa sudah 1 jam dia berada disana. gadis berhijab army itu selalu setia menunggu Nafisa. Hanya ada Jihan di ruang tunggu, sedangkan orang tua murid yang lainnya mendampingi anak-anak mereka masing-masing.
"Haus sekali." Ucap Jihan pada diri sendiri.
Dia sampai memegangi tengorokannya yang terasa sangat kering, akhirnya Jihan memutuskan untuk membeli minum lebih dulu.
"Aku cari minun dulu kali ya, lagipula Nafisa masih lama keluarnya." Putus Jihan.
Jihan bangkit dari kursi berwarna biru yang disiapkan oleh pihak sekolah ada beberapa kursi yang memang diuntukan untuk ruang tunggu. Jihan melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah, sampai di sana Jihan langsung mengambil sebotol air mineral, setelah itu Jihan segera membayar air mineral tersebut.
Barulah Jihan kembali lagi ke tempat semula Jihan menunggu Nafisa keluar sambil membaca arti-arti dari surah yang ada di dalam al-quran. Rutinitas tersebut memang sudah Jihan lakukan saat pertama kali dia menunggu Nafisa pulang sekolah.
Merasa bosan akhirnya Jihan mencari kesibukan sendiri, sesekali hembusan angin menerbangkan hijabnya, tapi Jihan tak terganggu sama sekali. Angin yang terus berhembus menerpa wajahnya, sangat Jihan nikmati. Fokusnya tetap pada kegiatan saat ini.
Hal yang ada disekitar tidak membuat Jihan terusik sedikitpun, dia tetap terlihat enjoy saja, walaupun terik matahari sudah mulai menerpa wajahnya juga. 2 jam berlalu, satu persatu para anak-anak sudah mulai berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Begitu juga dengan Nafisa.
Diantara gerombolan para anak-anak tersebut ada Nafisa juga disana, dia tidak ikut berdesak-desakan seperti yang lain, dia keluar paling pertama diantara yang lainnya. Nafisa berjalan menghampiri Jihan, melihat Nafisa mendekat ke arahnya Jihan juga ikut berjalan menghampiri Nafisa.
"Gimana belajarnya seru ngga?" tanya Jihan basa-basi.
"Biasa aja mbak Jihan, lebih seru belajar bareng sama Caca."
Gleg!
Jihan menelan ludahnya kasar, apa tadi dia tidak salah dengar bukan apa yang dikatakan oleh Nafisa.
'Lebih enak belajar sama caca, Ya Allah, yang benar saja.' Keluh Jihan dalam hatinya. Memangnya seekor harimau juga bisa belajar, entahlah Jihan malas memikirkannya.
"Sudah ayo kita pulang, pak Mail juga sudah menjemput." Ajak Jihan.
Karena memang pak Mail sudah datang untuk menjemput mereka.
"Yasudah ayo mbak Jihan." Ajak Nafisa.
Seperti sudah menjadi rutinitas Nafisa untuk selalu mengandeng tangan mbak Jihan. Kedunya sudah masuk ke dalam mobil, Nafisa suka sekali menjahili mbak Jihan. anak kecil itu terus menarik-narik jilbab Jihan.
Jihan sudah merasa kesal pada Nafisa, tapi sebisa mungkin Jihan diam agar tidak marah-marah pada Nafisa, dia biarkan saja Nafisa melakukan papapun yang dia inginkan.
"Mbak Jihan, Nafisa mau main sama caca, sama mbak Jihan juga tapi."
Jihan langsung menoleh ke samping, Nafisa masih saja memainkan hijabnya.
"Boleh."
"Hah! Mbak Jihan serius mau."
"Iya Nafisa, mbak Jihan mau."
"Yee!"
Jihan dan pak Mail tersenyum melihat Nafisa senang, semenjak ada Jihan di samping Nafisa, anak itu lebih banyak tersenyum.
Senyum yang tulus, bukan senyum yang pura-pura tulus. Sampai di rumah Jihan dan Nafisa langsung menghampiri Caca, tapi sebelum itu Jihan sudah mengganti salin Nafisa lebih dulu.
Kedunya berjalan perlahan menghampiri Caca yang sedang asyik bermain sendirian ditaman. Kakek Amran sudah menyewa seorang yang khusus untuk merawat Caca, agar hewan itu selalu bersih.
"Satu, dua, tiga." Ucap Nafisa.
"Caca." Kata Jihan dan Nafisa kompak.
Caca yang merasa dipanggil mendekati Jihan dan Nafisa. Harimau putih itu langsung bermanja dengan Jihan dan Nafisa.
"Hahahah, geli Caca, geli." Jihan terseyum.
Jihan yang gemasy pada pipi Nafisa akhirnya dia menguyel-unyel pipi cubby putih, bersih milik Nafisa.
"Mbak Jihan gemas sekali pokoknya."
"Aw, mbak Jihan lepas, sakit tau."
"Nggak! Habisnya kok kamu bisa gemesin banget kayak gini sih Nafisa, mbak Jihan kan jadinya pengen nyubit."
"His! Mbak Jihan lo, Nafisa marah nih ya."
Jihan tertawa, Nafisa jika marah tambah imut saja membuat Jihan semakin gemesy.
Di tempat lain, tepatnya di kota B.
'Elsa aku sedang ada tugas di kota B, jadi jangan datang ke perusahaan.'
Kira-kira seperti itu pesan yang Radit kirim, pada kekasihnya itu sebelum berangkat ke kota B. Radit dan Cahyo sudah sampai di anak cabang perusahaan Amran Mining di kota B.
Sampai disana Radit menyuruh Cahyo segera bekerja, Radit ingin cepat menyelesaikan semua pekerjaan. Agar dia bisa cepat pulang, seperti yang Radit katakan pada papanya, dia tidak mau berlama-lama ada di kota B, dengan alasan ingin selalu melihat Nafisa.
"Cahyo selesaikan semua dengan cepat." Suruh Radit sebelum masuk ke rungaannya..
"Hah!" bingung Cahyo.
"Kenapa hah? Ada yang salah. Saya menyuruh untuk segera menyelesaikan urusan di sini. Temui kepala manajernya."
"Baik pak."
Tanpa sadar Cahyo mengelus dadanya sendiri, dia kira mereka akan menginpa untuk 1 atau 2 hari di kota B, ternyata tidak.
"Ya Allah, nasib-nasib." Keluh Cahyo pelan.
Dia harus berkata pela agar bosnya tidak mendengar apa yang dia katakan tadi, buru-buru Cahyo menemui kepala manajer di anak cabang tersebut. Sedangkan Radit segera mengurus semuanya, jika bekerja Radit benar-benar fokus tidak ada yang dapat menanggung pekerjaannya.
Jika ada orang yang mengganggu pekerjannya pasti Radit akan marah, dia tidak bisa diganggu jika sedang dala mode serius.
Apalagi kalau masalah pekerjaan Radit sangat sensitif sekali, dia pasti akan langsung marah jika kerja sedang diganggu.
Radit menghembuskan nafas kasar, sebelum mulia bekerja dia menenggangkan otot-ototnya lebih dulu.
Di sebuah apartemen seorang perempuan sudah bersiap akan pergi kesuatu tempat, dia baru menyalakan hpnya.
Ting.
'Elsa aku sedang ada tugas di kota B, jadi jangan datang ke perusahaan.'
Ya, perempuan itu adalah Elsa, dia membuatkan matanya membasa pesan dari Radit, kedua bola mata itu seakan hendak keluar dari tempatnya saat itu juga.
"Hah, Radit kenapa dia tidak bilang dari kemarin sih!" gerut Elsa.
"Terus apa dia kagak ngasih gue apa-apa, astaga gue lagi butuh duit padahal." Dengusnya kesal.
Tiba-tiba seorang memegang pundak Elsa, "Udah jangan marah-marah, kamu kan bisa telepon atau chat dia aja."
"Bener juga, sebentar."
Tut, tut, tut.
"Nomor yang anda tujui sedang berada diluar jangkauan." Suara aprator membuat Elsa kesal sekali.
"Sudahlah aku chat saja dia, aku yakin Radit sedang bekerja, mungkin dia tidak bisa hidup selain bekerja." Kesal Elsa.
"Kita susul saja ke kota B gimana."
"Tidak! Itu ide yang buruk, kalau kita ketahuan gimana."
"Benar juga."
banyak kata yg typo, banyak kata yg tidak sesuai maksud dan penempatannya...