Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Tanda Merah
Selepas Maghrib, Bryan langsung mengganti pakaiannya. Dia akan menemui orang yang tadi memintanya datang ke hotel. Namun, tentu dia juga tidak ingin membuat Kirana curiga dengan kepergiannya malam ini.
"Aku mau ke luar dulu, Yank. Ada bisnis sama Mas Andrew." Bryan memberi alasan akan bertemu kakaknya pada Kirana.
"Bisnis apa, Mas?" Kirana tak mencurigai apa-apa. Dia sama sekali tak menyimpan prasangka buruk ada Bryan, karena selama ini Bryan tak pernah macam-macam. Juga karena suami dan kakak iparnya itu memang sering menjual properti pada nasabah bank kenalannya.
"Bisnis yang menghasilkan cuan, Yank." Bryan mengecup kening Kirana. "Aku keluar dulu. Assalamualaikum ..." pamit Bryan.
"Waalaikumsalam, hati-hati, Mas. Jangan malam-malam pulangnya!" ujar Kirana pada Bryan yang sudah melangkah ke luar dari kamar mereka.
Bryan berlari dengan sangat bersemangat menuruni anak tangga.
"Papa ...!" Si kecil Reva yang berusia tiga tahun berteriak memanggil Bryan dan berlari menghadang Bryan di bawah tangga seraya merentangkan tangan, menginginkan Bryan mengangkat tubuhnya.
Bryan mengambil tubuh kecil putrinya setelah menjejaki anak tangga terakhir dan mengecup pipi Reva.
"Papa mau pergi sebentar, Reva sama Sus dulu, ya!" Bryan menyerahkan Reva kembali kepada Sus Ina, pengasuh kedua anaknya sejak mereka bayi, karena dirinya dan Kirana sama-sama bekerja.
"Papa mau ke mana?" tanya Ryan yang baru keluar dari dapur dengan menggenggam botol minuman yogurt di tangannya.
"Papa mau ada perlu dulu sebentar, Abang jagain adik dulu, ya!" Bryan mengusap kepala Ryan kemudian melangkah ke luar rumah.
"Sus, Papa kok pergi nggak bilang assalamualaikum?" Ryan terheran, karena papanya itu selalu mengingatkan agar mengucapkan salam ketika pergi meninggalkan rumah, begitu juga sebaliknya.
"Papa lupa kali, Bang." Sus Ina tak ambil pusing kenapa Bryan tak mengucapkan salam. "Tapi, bukan berarti Abang boleh meniru apa yang papa Abang lakukan tadi, ya!" Sus Ina mengingatkan Ryan untuk tidak meniru sikap yang tidak baik.
"Iya, Sus." Ryan mengangguk cepat.
"Oh ya, buku untuk besok sekolah sudah disiapkan belum, Bang? Topinya jangan lupa dimasukin ke tas dulu biar nggak ketinggalan!" "Papa mau ke mana?" tanya Ryan yang baru keluar dari dapur dengan menggenggam botol minuman yogurt di tangannya.
"Papa mau ada perlu dulu sebentar, Abang jagain adik dulu, ya!" Bryan mengusap kepala Ryan kemudian melangkah ke luar rumah.
"Sus, Papa kok pergi nggak bilang assalamualaikum?" Ryan terheran, karena papanya itu selalu mengingatkan agar mengucapkan salam ketika pergi meninggalkan rumah, begitu juga sebaliknya.
"Papa lupa kali, Bang." Sus Ina tak ambil pusing kenapa Bryan tak mengucapkan salam. "Tapi, bukan berarti Abang meniru apa yang papa Abang lakukan, ya!" Sus Ina mengingatkan Ryan untuk tidak meniru sikap yang tidak baik.
"Iya, Sus." Ryan mengangguk cepat.
"Oh ya, buku untuk besok sekolah sudah disiapkan belum, Bang? Topinya jangan lupa dimasukin ke tas dulu biar nggak ketinggalan!"
Kirana memilih orang yang benar-benar punya keahlian dalam mengasuh anak. Tidak hanya cekatan, tapi juga bisa mengajarkan hal-hal positif pada anak-anaknya, seperti Sus Ina.
"Iya, Sus, sudah Ryan taruh di tas." Ryan lalu melangkah ke kamarnya meninggalkan Sus Ina n adiknya. Namun, sebelumnya ia sempat mencium gemas pipi adiknya dulu.
***
Bryan berjalan di lorong hotel menuju kamar di mana orang yang ingin ia temui menginap. Langkahnya kini terhenti di kamar dengan nomer 691.
Ceklek
Dia membuka handle hingga daun pintu terbuka. Sebelumnya ia sudah memberitahu orang yang ada di kamar itu jika dirinya sudah sampai di hotel, sehingga kamar itu tak terkunci dari dalam.
Seorang wanita cantik langsung menyambut Bryan dengan melingkarkan tangan di tengkuk Bryan.
Wanita itu mengenakan lingerie transparan berwarna biru muda, hingga tiap lekukan tubuh 5eksinya terlihat jelas tertangkap mata Bryan.
"Aku pikir Kirana akan melarang Mas pergi," kata wanita yang tak lain adalah Maudy.
"Dia nggak mungkin melarang, Sayang. Kirana bukan tipe istri yang mengekang suami." Bryan langsung menjelajahi leher jenjang Maudy dengan bibirnya.
"Bukan tipe istri yang mengekang suami, tapi Mas selingkuh di belakang dia." Maudy terkekeh dengan mendongakkan kepala karena sentuhan Bryan di lehernya menimbulkan gelenyar yang memercikkan g4irah bercinta.
Bryan menghentikan sentuhannya dan menatap tubuh indah Maudy. Senyumnya terkulum menikmati tubuh aduhai wanita di hadapannya saat ini.
"Itu karena kamu yang menggodaku, Sayang." Bryan menurunkan tali lingerie di pundak Maudy hingga pakaian tipis itu turun dan memperlihatkan dada indah dan mulus Maudy.
Bryan menyergap bibir ranum Maudy dan mengangkat kedua pant4t Maudy hingga kaki Maudy melingkar di pinggangnya. Mereka asyik berpagutan dengan penuh n4fsu, sampai akhirnya Bryan menjatuhkan tubuh Maudy di atas tempat tidur.
Bryan melepas pakaiannya dan mulai mengungkung tubuh Maudy, melanjutkan percintaan mereka menjadi lebih int!m dan penuh kenikmatan.
***
Suara adzan shubuh yang berkumandang membangunkan Kirana dari tidurnya. Bola matanya bergerak ke samping, melihat Bryan yang tertidur di sebelahnya.
Dia tidak tahu jam berapa suaminya itu pulang, karena sebelum jam sembilan malam dia sudah tertidur lelap, sampai tak menyadari kedatangan suaminya itu.
Karina bangkit dari tidur dan menggulung rambut panjangnya lalu mengikat dengan helaian rambutnya.
"Mas, bangun! Udah masuk shubuh. Ayo sholat dulu." Kirana membangunkan Bryan agar tak tertinggal waktu sholat shubuh.
"Ouugh ...!" Bryan menggeliat, merentangkan tangan dan meregangkan otot-ototnya. "Jam berapa sekarang, Yank?" tanya Bryan dengan menguap.
"Setengah lima," jawab Kirana, "Semalam pulang jam berapa, Mas? Aku tidur sore tadi malam," tanya Kirana.
"Setengah sepuluh. Aku datang kamu memang sudah tidur dengan mulut terbuka." Bryan mempraktekkan bagaimana posisi mulut Kirana semalam.
"Iihh, nggak usah dipraktekin gitu dong, Mas!" protes Kirana karena Bryan menirukan tidurnya semalam.
"Hahaha ..." Bryan tertawa puas meledek Kirana. Dia lalu memeluk dan mencium pinggang istrinya.
"Mas, astaga! Sudah masuk shubuh ini. Cepetan wudhu dulu!" Kirana mengurai pelukan Bryan dari pinggangnya.
Bryan akhirnya bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi karena semalam dia melakukan hubungan int!m dengan Maudy.
Sepuluh menit di kamar mandi, Bryan terlupa mengambil handuknya, sehingga ia berteriak meminta Kirana mengambilkan handuk untuknya.
"Yank, ambilkan handuk aku, dong!"
Kirana lalu mengambil handuk bersih dari lemari karena handuk Bryan sudah ia suruh ART mencucinya.
Tok tok tok
"Ini handuknya, Mas!" Kirana mengetuk pintu untuk menyerahkan handuk Bryan.
Saat pintu dibuka, tangan Kirana langsung ditarik Bryan hingga tubuh Kirana terbawa ke dalam kamar mandi. Dia mendapati suaminya itu telanj4ng, tak ada sehelai benang pun di tubuhnya.
"Astaga, Mas!" Kirana ingin buru-buru keluar kamar mandi. Namun, tangan Bryan menghalangi dan menarik kembali tubuh Kirana, lalu merapatkan ke dinding kamar mandi. Bryan mengungkung tubuh Kirana dengan tangannya menyangga ke dinding.
"Mas, jangan aneh-aneh, deh! Ini sudah masuk waktu shubuh. Nanti waktu shubuh nya habis.." Tangan Kirana mengusap jambang yang tumbuh di sekitar rahang hingga dagu Bryan. Hingga matanya tiba-tiba melihat warna merah di lengan bagian dalam dekat ketiak Bryan.
Tangan Kirana turun menyentuh tanda merah di lengan suaminya itu. "Ini kenapa, Mas? Kok, merah gini?" tanya Kirana heran.
Bryan terkesiap ketika Kirana mendapati bekas gigitan cinta yang dibuat Maudy semalam. "Oh, ini. Ini kemarin terbentur meja di kantor. Aku nggak lihat kalau jadinya merah gini." Bryan berkelit dan menutupi kebohongannya.
*
*
*
Bersambung ....
wes gass buruan jadi janda Na
duda tajir melintir sudah menanti kamu,,eeh
dijamin aman dari Bryan
kayanya biarpun Bryan mengemis2 minta balikan
Kirana bakalan ogah2han
selingkuh itu penyakit yah
tat udah di maafkan di kasih kesempatan ke 2 malah di belakang selingkuh lagi,,
ogah lah balikan lagi sama laki² kayak Bryan.jangan jadikan anak² sebagai alasan .mereka akan baik² saja .
ayo na pergi bawa anak2 ke tempat yg gk bryan tau,,,,
Semua sudah jelas Bryan.
Jangan persulit kalau Kirana minta cerai