Sebuah kisah tentang seorang wanita bernama Rumondang yang memilih menganut ilmu hitam untuk membalas dendam dan memiliki kekayaan.
Berawal dari sebuah kekecewaan dan penderitaan yang begitu berat, membuat ia harus terjerumus dalam lembah hitam untuk bersekutu dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Ia menempuh jalan sesat dengan memilih memelihara sesosok makhluk mengerikan yang berasal dari daerah suku Batak, Sumatera Utara, yang disebut dengan Begu Ganjang. dimana sosok makhluk ini semakin akan memanjang keatas jika semakin dilihat dan siapa yang bertemu dengannya, maka kematian yang akan ia dapatkan...
Apakah Begu Ganjang? dan apakah Rumondang dapat mencapai tujuannya?
Begu Ganjang, suara yang memanggil dalam kegelapan. Membawa kematian yang sangat mengerikan, teror yang tidak berkesudahan.
Bagaimana kisah selanjutnya, ikuti novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah
Kematian dua orang warga secara misterius membuat warga semakin dirundung ketakutan. Ditambah lagi kematian keduanya sangat mengerikan, dan hal ini membuat pihak kepolisian semakin harus bekerja berat untuk menyelidiki kasus yang terus beruntun.
Kedua kantong jenazah membawa jasad Lina dan juga Uci yang sudah terbujur tak bernyawa dengan menyisakan tanda tanya yang sangat dalam.
Para petugas menggunakan alat pelindung diri saat sepeeti kejadian virus Covid melanda beberapa tahun yang lalu.
Hal ini disebabkan karena penularan secara cepat pada virus yang menyerang kedua korbannya.
Setelah jenazah dibawah ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi, Opung Rospida terlihat berdiri mematung menatap tempat dimana kedua jasad itu meraung kesakitan dengan tubuh yang penuh kudis dan ditarik paksa oleh sosok yang datang tanpa diundang.
Ia merasakan jika, sang Iblis telah berubah menjadi sosok yang akan membuat seluruh warga desa terkena akan imbasnya.
Wanita sepuh itu memutar tubuhnya. Ia bergerak ingin pulang, dan berjalan menyusuri jalanan yang sangat sepi, sebab para warga mengurung diri mereka dirumah, karena takut akan adanya penularan penyakit aneh yang sangat menakutkan.
Wanita itu berhenti sejenak. Ia berdiri menatap hamparan padi yang menguning yang seharusnya dipanen hari ini. Ia memetik tangkainya, lalu menekan bulirnya, dan ia dikejutkan oleh kenyataan, dimana gabah itu kosong, tidak ada isi beras didalamnya.
Opung Rospida merasakan ketakutan yang sangat kentara. Wajahnya memucat, ini tandanya jika desa mereka akan dilanda paceklik dan kelaparan akan meningkat.
"Debata, aha sala nami?" (Tuhan, apa salah kami) ia menatap langit yang terlihat mendung dengan awan hitam yang seolah mengiringi rasa kesedihan warga saat ini.
*****
Waktu masih memperlihat pukul delapan malam. Tetapi warga sudah memilih untuk masuk kedalam kamar dan kelambunya masing-masing.
Hujan turun cukup deras, menambah kengerian dan kesunyian malam yang semakin mencekam.
Udara dingin yang menusuk tulang tak membuat seorang wanita menghentikan langkahnya. Ia terus saja berjalan dibawah guyuran hujan yang semakin deras.
Tubunnya menggigil. Rambut dan tubuhnya basah kuyup, namun ia terus melangkah menuju sebuah rumah Jabu Bolon yang merupakan rumah satu-satunya yang masih menganut adat budaya kental didesa tersebut.
Langkahnya terlihat gemetar, bukan saja karena dinginnya air hujan dan udara malam, tetapi juga karena rasa bersalah atas apa yang telah diperbuatnya. Ditangannya terdapat sebuah buntilan kain yang mana didalamnya terdapat beberapa barang yang akan dijadikan sebagai sesaji.
Ia menapaki anak tangga. Setiap langkahnya membawa harapan dan penyesalan yang telah membuatnya begitu merasa sangat bersalah.
Ia tiba didepan pintu, dan hembusan angin kencang membuat tubuhnya semakin basah, sesekali petir menggelegar dilangit malam.
Dengan sebuah keberanian yang sangat tipis. Ia mengetuk pintu rumah tersebut. Suara rintik hujan menyamarkan setiap usahanya, dimana suara ketukan tak terdengar oleh wanita yang sedang duduk bersila sembari memejamkan kedua matanya.
"Datu Rospida," panggil suara wanita diluar sana dengan sangat lirih nadanya bergetar menahan rasa dingin juga ketakutan.
Wanita sepuh itu membuka matanya. Ia beranjak dari duduknya, lalu berjalan dengan menggunakan bantuan tongkat kayunya, dan menuju pintu depan rumahnya.
Pintu dibuka. Terlihat wanita cantik yang telah dimakan usia sedang berdiri dengan tubuh basah dan gemetar.
"Masuklah," ajak sang pemilik rumah dengan lirih, lalu berjalan memasuki rumah dengan lantai papan yang sudah berusia ratusan tahun.
Setiap didingnya memiliki hiasan yang disebut dengan gorga. Dimana semua warnanya men-dominan warna putih, merah, dan hitam yang merupakan warna khas Batak.
Dibagian pintu terdapat gorga Ular yang terlihat berdiri tegak. (Gorga\=lukisan)
Dimana lambang tersebut bermakna perlindungan dan keberkahan. Sedangkan dibagian dinding rumah, terdapat Gorga kerbau yang melambangkan semangat dan pekerja keras.
Langkah sang wanita yang tak lain adala Rumondang terlihat lamban. Ia semakin kedinginan, dengan bibirnya yang membiru dan wajahnya yang pucat.
Ia melirik gorga dibagian jendela, yang terdapat sebuah gambar cicak. Dimana binatang itu melambangkan makna adaptasi dan bertahan hidup.
Saat memasuki sebuah ruangan lain, Rumondang membungkukkan kepalanya, bersikap sopan untuk menghargai leluhur yang didalam rumah dan sakralkan.
Dibawah pilar panggung. Terdapat hasil panen dan beberapa ternak lainnya.
"Duduklah," Opung Rospida mempersilahkan tamunya. Lalu pergi keruangan lain dan tak berselang lama kembali dengan membawa pakaian kering berupa kebaya brokat berwarna meras dengan sebuah rok berwarna hitam yang terlihat sangat anggun.
"Pakailah, kau sangat kedinginan." ia memberikan pakaian tersebut kepada Rumondang.
Melihat hal itu, Rumondang meraihnya, lalu menuju bilik lain untuk mengganti pakaiannya yang basah.
Menit berikutnya, ia telah kembali dengan balutan kebaya dan rok hitam yang ditenun dengan menggunakan benang berwana hitam merah dan putih.
Opung Rospida menatapnya, saat melihat wanita itu sudah duduk dihadapannya.
"Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan nada datar.
Rumondang menundukkan kepalanya. Ia tak dapat menatap kedua mata Opung Rospida, ia sangat takut bercampur rasa bersalah.
Tangannya yang gemetar meraih buntilan kain yang tadi dibawahnya. Lalu membukanya, dan menyerahkan beberapa barang yang dibawanya.
"Tolong aku, Datu," ucapnya dengan memohon.
Wanita itu menatap beberapa barang bawaan milik Rumondang, disana ada satu kampit beras, kain selendang ulos, dan bahan lainnya.
"Ini tak mampu untuk memutuskan hubunganmu demgannya, aku tak sanggup, ia terlalu kuat," tolak Opung Rospida dengan wajah ketakutan.
"Maafkan aku, Datu. Aku khilaf, dan ingin mengakhiri semuanya, tolonglah, bantu aku untuk memutuskan perjanjian dengannya," Rumondang terus mendesak.
"Kau sudah terlalu jauh. Iblis itu sudah menjadikan tanah ini tanah terkutuk," ucapannya dengan raut wajah pucat bercampur kesal. "Jika saja warga tahu kamu yang melakukannya, maka dipastikan kamu akan dibakar hidup-hidup,"
Rumondang tersentak kaget. Ia tahu jika itu akan terjadi jika saja warga sampai tau kalau pelaku Par Begu Ganjang itu adalah dirinya.
"Tolonglah, Datu. Aku menyesal dengan semua ini, ungkapnya dengan bersungguh. rambutnya yng basah terlihat menetesi dipunggungnya.
"Aku tidak sanggup" tolaknya secara halus.
"Aku mohon." Rumondang mengatupkan kedua tangannya dibawah dagu, ia sangat berharap pertolongan wanita sepuh itu.
Opung Rospida sangat berat hati, dan ia mencoba mempertimbangkan permintaan sang tamu.
"Pulanglah, nanti akan aku fikirkan." wanita itu mengusir Rumondang secara halus.
Wanita berambut panjang sepinggang itu akhirnya menuruti perintah Opung Rospida, dan beranjak pulang meninggalkan rumah Jabu Bolon, dan berharap jika perjanjian ghaibnya dengan sang iblis akan berakhir.
Setelah kepergian Rumondang. Opung Rospida meraih sebuah anglo yang sudah diberi bakaran arang dan ia mulai mengambil beberapa kemenyan yang ia taburkan diatasnya.
Asapa mengepul dengan meninggalkan aroma asap yang menyengat. Bibirnya yang keriput membaca mantra dengan lantunan yang sangat lirih dan hampir terdengar, bersama derasnya hujan yang turun mengguyur.
berarti JK Harta Kekayaannya ikutan Musnah ,, Rumondang kembali jd Kismin lagi donk yaa ,, kembali ke Kehidupan Awal lg 🤔🤔😱😱
semoga jg Perkampungan yg td nya Mati kembali Hidup lagi dg banyak nya Masyarakat yg kembali ke Kampung Halaman nya lagi 🤗🤗🤗
Semangat Datu Silaban ,,, Kamu psti bisa Mengembalikan Tondi nya Ture lg ke Jasad nya ,, Aku menaruh Harapan Besar pada Mu , Datu 🥳🥳😘😘
Agam nya Selamat dr si Begu nya ,,, tapi Ture nya malah sdh tak berdaya ,, mna sdh di Cekik nya ,,, apakah Ture selamat , kak ❓❓🤔🤔
knp pula tu Tas yg berisi ramuan nya mlh jatuh dn hilang entaah kmna 😤🥺🥺
sumpah Loch aku deg degan bgt bacanya 😱😱
Takut jg si Agam mati di tangan si Begu 🙈🙈🙈
pdhal mereka baru menyatakan perasaan nya masing-masing Loch ,,, masa mo berpisah alam 😔🥺
ahahayyy tp kek mana dgn wrg desa yaaa kira2 akan ngamuk g ya
ogn nyebur aja dehh 🤣🤣🤣
kekasih hati yg blm terungkap secara lisan 🤣🤣🤣
ayo ture pasti berhasil doa tulus seorang anak demi keselamatan ibunya pasti didengar Rumondang berhasil memutus perjanjian pas diujung ture tercekik